Sumbawa vs Sumba



Sebuah pesawat jet pribadi dengan warna hijau tua berkelir keemasan mendarat mulus di Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III, Sumbawa Besar. Membawa seorang pria bernama Zaman. Sementara itu sebuah mobil jip telah menunggu di parkiran bandara, beserta supirnya bernama La Golo.  

“Itu nama tokoh dari dongeng Sumbawa, Pak.” La Golo menjelaskan saat ia pertama sekali memperkenalkan diri kepada  Zaman dan pria itu tampak mengernyitkan keningnya.

La Golo memang dongeng terkenal dari Sumbawa. Dari La Golo, Zaman jadi tahu banyak tentang dongeng terkenal di Sumbawa tersebut.

Mobil Jip melaju di atas aspal mulus. Zaman menurunkan jendela kaca. Membiarkan angin menerpa wajah. Pemandangan dari mobil mengagumkan, sebelah kanan adalah lautan biru, sebelah kiri adalah hutan lebat, bukit-bukit hijau khas Sumbawa. Sesekali terlihat kerumunan kuda berlari.
***
Dulu sewaktu Papa saya masih bertugas di Lombok, saya menyesal kenapa saya tidak memaksa Papa  membawa kami––saya dan adik saya yang tinggal di Aceh––jalan-jalan sampai ke Sumbawa. Keliling Lombok itu mudah karena orang tua saya tinggal Mataram, Lombok Barat, di sebuah kelurahan yang namanya terdengar aneh di telinga saya; Lendang Lekong.  Lendang Lekong artinya kebun kemiri, begitu jelas teman saya di Lombok. Mungkin akan sama anehnya jika saya menyebut salah satu nama daerah di Aceh; Lampoh Saka, yang berarti kebun gula. Tetapi saya tidak menyebutnya. 


Nah, untuk ke Sumbawa, tidak semudah seperti mengatakan ‘Pa, mari kita keliling Lombok’, karena kau tahu, Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah provinsi dengan dua pulau yang sangat besar; Lombok dan Sumbawa. Papa hanya sesekali bertugas di Sumbawa dan sialnya itu adalah saat kami tidak sedang di Lombok. Dulu, dunia perpelancongan (orang sekarang menyebut travelling) belum se-booming sekarang sehingga saya tidak berpikir untuk jalan sendiri––atau berdua dengan adik saya––meskipun kami sudah pernah melakukan perjalanan ekstrem melintasi Sumatera-Jawa-Bali-Lombok. 

Jadi saya tidak punya bayangan apapun tentang Sumbawa selain kenyataan bahwa di sana terdapat perusahaan tambang emas terbesar di Indonesia, PT. NEWMONT (tempat Papa sesekali bertugas) dan bahwa Sumbawa ada di Provinsi NUSA TANGGARA BARAT dan BUKAN di Nusa Tenggara Timur.

Saya merasa perlu meng-capslock  beberapa huruf di kalimat tersebut… ya, untuk menegaskan bahwa Sumbawa ada di NTB, bukan di NTT.

Terkadang masih yang suka kebalik-balik menyebut antara NTB dan NTT. Padahal bedanya Barat dan Timur, ya seperti seperti Barat dengan Timur, lol.   

Saya tidak perlu memberi contoh jauh-jauh atas kesalahpahaman akut tersebut, cukup apa yang kami, keluarga saya, alami saja.

Dulu ketika pertama kali mendengar Papa saya pindah ke NTB dan bahkan ketika kembali ke Aceh, hal-hal dan komentar-komentar berikutlah yang terjadi:

v   Pacar saya yang tinggal di Aceh Selatan menyurati saya dan mengatakan bahwa jika saya ikut Papa, dia merasa mustahil bisa bertemu dengan saya lagi dan itu membuatnya patah hati. (Seolah-olah saya akan pergi ke kutub selatan dan tidak akan pernah kembali lagi karena mati tertimbun gunung es).

v  Orang-orang mengomentari bahwa itu keren karena kami akan menjelajah Indonesia timur. (Mereka ini dulunya pastilah siswa yang duduk di deratan paling belakang dan tertidur di kelas saat guru pelajaran Geografi menjelaskan tentang pembagian wilayah Indonesia sehingga mereka melewatkan penjelasan bahwa NTB adalah bagian dari Indonesia tengah dan bukannya Indonesia Timur).

v    Ketika Papa kembali bertugas ke Aceh dan pulang ke Aceh Selatan, adik bungsu laki-laki saya yang berambut kribo serta berkulit gelap mendapat bully-an SARA parah, sayangnya salah kaprah. Di sekolah barunya di kampung kami di Aceh Selatan dan di lingkungan barunya di kampung,  teman-temannya  mengatakan bahwa adik saya adalah anak pindahan dari Maluku karena dia berambut kribo dan kulitnya hitam. Bahkan ada juga yang mengejeknya anak Papua. Sudah SARA, salah pula. Ucapan mereka terdengar seolah-olah orang-orang Papua atau Maluku adalah orang-orang kelas bawah.  Shame on them! Bagaimana bisa orang tua saya yang tinggal di NTB, kemudian dikatakan pindahan dari Papua atau Maluku? *peta, mana peta?* *NTB di mana, Maluku di mana, Papua di mana, lol* Masih mending orang-orang di poin kedua karena well… NTB dan NTT itu bedanya cuma di ‘T’ saja, dan mereka dua provinsi yang bertangga––meskipun yeah… tetap saja ini tidak bisa dibenarkan. (Secara fisik, orang-orang Sumba memang lebih mirip orang-orang di Indonesia Timur). Yang paling ganas menanggapi bully-an SARA terhadap adik bungsu saya ini adalah adik perempuan saya, anak nomor tiga (adik bungsu adalah anak nomor empat, saya anak nomor satu). Suatu hari dia mendengar langsung seorang calon pengantin di kampung kami ketika menyebut adik bungsu saya ‘si anak Papua’, alih-alih menyebut nama. Adik perempuan saya yang memiliki darah panas turunan dari Ibu saya, ketika mendengar itu langsung mendatangi si calon pengantin dan… menampar si calon pengantin! Saya di antara prihatin dan ingin ketawa ketika mendengarkan cerita tersebut.  Sudah dodol, sok tahu pula, tapi ya kasihan juga.

Ada beberapa kejadian atau komentar lain yang mirip-mirip seperti di atas, tapi intinya sama sih, tidak tahu bahwa Barat dengan Timur itu beda, lol.

Pertengahan Januari 2017 lalu, pasangan seleb idola sejagad di abad ini menikah. Tidak mengejutkan, seperti ending sebuah drama, tebak-able (bahasa apa ini?). Tidak mengejutkan juga ketika mereka memutuskan untuk berbulan madu ke Bali karena Bali sudah menjadi tempat favorit bagi pesohor Korea Selatan untuk berlibur. Bali ya, BUKAN Indonesia, if you know what I mean, lol.

Yang mengejutkan adalah… ternyata mereka tidak berbulan madu di Bali… ternyata mereka cuma numpang lewat saja di Bali, sebelum akhirnya mereka ke Sumba… eh, Sumbawa… eh, Sumba. Mereka sebenarnya ke Sumbawa atau ke Sumba? Media mulai pening, baik media lokal maupun media internasional.  Soal mereka cuma numpang lewat saja di Bali, itu betul adanya. Fans yang sudah menunggu di bandara Ngurah Rai Denpasar sempat ber-dadah-dadah dengan pasangan itu, sebelum akhirnya mereka meninggalkan Bali menuju destinasi berikutnya. Ke mana? Ke Sumbawa atau ke Sumba? Di sini, informasi mulai kacau.

Di antara kekacauan informasi, saya mencari tahu, dong. Mereka ke Sumbawa atau ke Sumba? Ini bukan karena saya ingin repot-repot mencari tahu lalu merasa menang karena akhirnya saya tahu bahwa pesawat mereka mendarat di Bandara Sultan Kaharuddin Sumbawa, dan bukannya di Sumba.  

Saya hanya merasa akrab dengan kekacauan informasi ini, lol.                

Saya mengerti, masih ada suka kebalik-balik membedakan antara Sumbawa dan Sumba. Beberapa hari lalu, beberapa teman saya di facebook menuliskan caption ‘Sumba’ ketika menanggapi berita bulan madunya pasangan itu, meskipun di beritanya tertulis ‘Sumbawa’. Itu adalah bukti yang saya maksud.

Indonesia ini terlalu luas sekali ya, sehingga beberapa orang tidak mengetahui satu atau lebih nama tempat di negeri sendiri.  Tetapi sekarang ada mesin pencari Google, maha guru yang maha tahu. Tanya saja sama Google jika kau benar-benar tidak tahu. Hidup di zaman ini sesimpel itu, kok, lol.

Atau, jika ingin lebih menantang, kau bisa melakukan seperti yang dilakukan Zaman. Ambil cutimu, bawa catatan dan kamera DSLR-mu, lalu terbanglah keliling Indonesia.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

19 comments

Write comments
Bai Ruindra
AUTHOR
7 Februari 2017 pukul 17.43 delete

Lombok itu keren banget tata kota dan pengelolaan wisatanya :)

Reply
avatar
Ihan Sunrise
AUTHOR
7 Februari 2017 pukul 18.07 delete

aku sering dengar Sumba dari salah satu CD koleksiku, mendengarnya aku jadi ingin ke Sumba, mencium aroma tai kuda :-D

Reply
avatar
Citra Rahman
AUTHOR
7 Februari 2017 pukul 18.30 delete

Selain wilayah geografis, yang mungkin membingungkan adalah namanya yang hampir sama, Kak. Sumba dan Sumba-wa. Hehe wakwakwak

Reply
avatar
7 Februari 2017 pukul 18.52 delete

Tiba-tiba saya menyadari belum pernah jalan-jalan lagi, setelah sekian lama.

Reply
avatar
Tira Soekardi
AUTHOR
8 Februari 2017 pukul 03.18 delete

ah aku pingin deh ke sumba maupun sumbawa

Reply
avatar
8 Februari 2017 pukul 09.40 delete

Hihi aku pikir sama loh Mba, makasih udah ngasi tau semoga bisa liburan ke Lombok, Sumbawa n Sumba aamiin

Reply
avatar
liza
AUTHOR
8 Februari 2017 pukul 11.13 delete

"La Golo memang dongeng terkenal dari Sumbawa. Dari La Golo, Zaman jadi tahu banyak tentang dongeng terkenal di Sumbawa tersebut."

masih kurang paham dengan kalimat ini kak. La Golo itu dongeng atau pendongeng sih? aku enggak suka lagi sama Rain, udah enggak cakep lagi. jadi enggak peduli dia mau ke sumba or sumbawa

Reply
avatar
8 Februari 2017 pukul 11.37 delete

Idih Ihan jorok kok cium taik kuda

Reply
avatar
8 Februari 2017 pukul 11.40 delete

Iya itulah penyebab yang membuat orang bingung. Kalo beda nama ya pasti gak terjadi kebingungan yak, wkwkwk

Reply
avatar
8 Februari 2017 pukul 11.42 delete

Jalan-jalanlah Azhar. Kalo saya jalan-jalan lewat buku aja, hahahaaa =)D

Reply
avatar
8 Februari 2017 pukul 12.06 delete

La Golo itu nama si supir Liza. Jadi nama dia adalah nama tokoh dongeng dari Sumbawa.
Jsdi nama supirnya adalah La Golo, nama tokoh terkenal itu juga La Golo. Gitu liza, haha

Reply
avatar
Anonim
AUTHOR
9 Februari 2017 pukul 10.57 delete

Aku belum pernah ke Sumbawa ataupun Lombok, pasti pemandangannya keren banget ya. semoga ada rejeki aamiin

Reply
avatar
9 Februari 2017 pukul 13.47 delete

Sepertinya aku familier dengan La Golo dan Zaman. Ada Sri Ningsih juga nih kayaknya ;)
Ah iya betul, Sumbawa dan Sumba memang mirip namanya, tapi itu dua pulau yg berbeda, dan terletak di propinsi yg berbeda pula. Sebenarnya ada kaitan antara kemudahan mendapat informasi via google dengan mematrikan memori tentang sesuatu, Eky. Krn apa2 tinggal sekali tekan pake ujung jari, maka kita lebih mengandalkan jari itu utk mencari tau sesuatu dibandingkan dengan mengingat2 informasi yg sepertinya sudah pernah kita terima sebelumnya :) Semacam : ngapain repot2, ntar klo ga tau gugling ajah, habis perkara. Nah, seperti itu ;)

Reply
avatar
16 Februari 2017 pukul 01.07 delete

Wah, termasuk aku lho, sering ketukar-tukar :'D Terima kasih informasinya :)

Reply
avatar
arigetas
AUTHOR
17 Februari 2017 pukul 14.33 delete

ini pasti tentang kamu

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky