Bersama mahasiswa dan masyarakat Indonesia |
Sabtu
malam lalu adalah kedua kalinya Konsulat RI (KRI) di Songkhla mengadakan buka
puasa bersama warga Indonesia di Thailand Selatan. Seperti yang saya tulis
dalam Ramadhan Kedua sebelumnya bahwa buka bersama di KRI ini hanya diadakan seminggu
sekali, yaitu di hari Sabtu. Seperti biasa, buka puasa kali ini pun tetap
disuguhi dengan menu paling Indonesia. Alhamdulillah, saya pun tetap masuk
sebagai peserta yang mendaftar untuk ikut acara tersebut. Seperti yang saya
tulis dalam Semangat Ramadhan di Songkhla, bahwa karena jalanan menuju Muang Songkhla hari itu
agak macet, jadi kami tiba di KRI menjelang 10 menit sebelum waktu berbuka.
Tidak banyak hal yang bisa kami lakukan selain begitu sampai ya hanya
duduk-duduk saja menunggu waktu berbuka.
Saya
lihat, hari itu tidak begitu ramai seperti minggu sebelumnya. Mahasiswa dari
PSU (Prince of Songkhla) pun tidak ramai yang datang. Dan, saya mencatat beberapa menu paling
Indonesia, antara lain:
1.
Minuman dan makanan pembuka
Teh
manis menjadi minuman yang selalu tersedia setiap kali acara berbuka, dan kali
ini dtambah dengan segelas cendol dengan taburan es kristal. Perpaduan kedua
minuman yang langsung menghilangkan dahaga setelah berpuasa lebih kurang 14
jam. Di tempat yang terpisah telah tersedia kue-kue khas Indonesia seperti: kolak,
tahu isi, kue mangkok, dan rengginang. Tahu isi dan rengginang menjadi camilan
favorit untuk hampir semua warga yang datang berbuka di hari itu. Terbukti,
dalam hitungan menit, tahu isi ludes tak bersisa. Hal ini tak lazim terjadi.
Biasanya, meskipun sudah menyantap berbagai jenis kudapan, tak ada tempat yang
kosong, pasti masih berisi berbagai makanan sisa. Hal ini membuktikan bahwa
orang Indonesia doyan makan gorengan. Silakan menyajikan berbagai makanan yang
enak-enak untuk berbuka, maka orang Indonesia pasti akan memilih gorengan. Apalagi untuk orang Indonesia yang sudah lama
tinggal di luar negeri, yang sudah lama tidak mencicipi enaknya kuliner
gorengan ala Indonesia, pasti makanan jenis ini menjadi makanan yang paling
dicari.
2.
Makanan ‘berat’ selepas salat magrib
Orang
Indonesia belum disebut ‘sudah makan’ jika tidak/belum makan nasi, begitu
sebuah ungkapan untuk pola makan orang Indonesia pada umumnya. Nasi kan
mengandung karbohidrat, sama seperti beberapa camilan yang dimakan saat
berbuka, tetapi bagi orang Indonesia, tetap saja membutuhkan karbohidrat dari
nasi meski sudah mendapat porsi karbohidrat yang sama dari makanan lain.
Makanya sebagian orang menyebut nasi beserta lauk pauk plus sayur adalah jenis
makanan ‘berat’ dan kue-kue adalah makanan ringan (sebagai kudapan). Maka begitulah,
kebiasaan menyantap makanan ‘berat’ dilanjutkan setelah melakukan salat magrib
berjamaah.
Menu 'Paling Indonesia' |
Berbuka
di KRI kali kedua ini, saya mencatat beberapa menu paling Indonesia seperti kari yang rasanya Indonesiaaaaa
banget, mie goreng yang rasanya Indonesiaaaa banget, ada juga tempe goreng,
bakwan jagung, rempeyek kacang, yang semuanya sangat Indonesia. Maklum, semua
menu ini dimasak oleh ibu-ibu darma wanita-nya KRI di Songkhla dibantu oleh
para pekerja perempuan Thailand muslim. Jadi saat menyantap semua menu ini,
berkumpul dan duduk lesehan, benar-benar berasa di Indonesia banget deh. Duh,
setiap kali ke KRI, seperti berasa sedang pulang kampung, tidak sedang di
Thailand.
Selepas
menyantap semua makanan yang ‘berat’ tadi, kami semua pun bersiap untuk melaksanakan
salat Isya berjamaah dan juga taraweh.
Ada
yang berbeda pada pelasaksanaan salat berjamaah kali ini. Begitu kami sampai ke
kantor KRI, saya lihat beberapa helai tikar sudah dihamparkan di teras kantor.
Saya tanya pada Bu Tanti, apakah tikar ini akan digunakan untuk salat? Beliau
menjawab ‘ya’ dan hanya untuk jamaah perempuan saja. Dalam pikiran saya, tentu
tamu yang diundang kali ini akan lebih banyak dibandingkan minggu lalu sehingga
harus menggelar tikar di luar ruangan kantor. Namun kenyataannya, bahkan sampai
waktu berbuka tiba, saya dan teman-teman dari PSU adalah tamu terakhir. Jadi,
jika dibandingkan minggu lalu, minggu ini peserta buka bersama lebih sedikit
dari minggu lalu. Meskipun demikian kehangatan dan suasana kekeluargaan tetap
terjalin erat antar sesama warga Indonesia di Songkhla ini.
Nah,
hal berbeda yang saya maksud di awal adalah karena ini untuk pertama kalinya
kami melaksanakan salat tarawih di luar ruangan. Saya tidak tahu jika
sebelumnya pernah atau tidak. Tapi selama saya tinggal di Songkhla, ini pertama
kalinya jamaah perempuan tarawih di luar ruangan.
Sebenarnya,
ada bagusnya juga sih salat tarawih di tempat itu, jadinya jamaah laki-laki dan
jamaah perempuan tidak terlalu berdekatan posisinya. Hal ini sering terjadi
karena ramainya yang datang ke kantor KRI untuk kegiatan berbuka bersama ini.
Ruangan dalam kantor KRI sebenanya lumayan luas, cukuplah untuk menampung
jamaah dalam jumlah puluhan, tapi jika terlalu ramai, posisi jamaah laki-laki
dan perempuan akan terlihat terlalu rapat. Dengan adanya pemisahan ini, lumayan
membuat jamaah perempuan merasa leluasa. Perempuan cukup salat di teras luar dan laki-laki di ruangan bagian dalam
Teras luar |
Beda
halnya jika pada pelaksanaan salat Idul Fitri. Biasanya pelaksanaan salat ‘Id
dilaksanakan di lapangan depan kantor KRI. Jadi semua warga salatnya di
lapangan tersebut.
Pada
pelaksanaan taraweh kali ini, saya mendapat tempat yang lumayan strategis yaitu
di dekat tembok (sehingga saat ustadz memberikan ceramah saya bisa duduk sambil
menyandarkan tubuh di tembok, hehe..) dan burung garuda yang bertengger dengan
manisnya di tembok tersebut. Kalau lagi salat dengan posisi burung Garuda di
samping saya (eh, salah, posisi saya yang berdiri di samping burung Garuda,
hehee), jadi ingat dengan lagu ‘Garuda di Dadaku’. Tapi yang ini agak beda ya,
jadinya ‘Garuda di Sampingku’. Kemarin saya memposting foto di samping ke akun
facebook saya. Beragam tanggapan terhadap keberadaan ‘Garuda di Sampingku’ ini,
di antaranya yang paling berkesan adalah jamaah salat dan garuda sama-sama
sedang menghadap kiblat, hehee.. Ada-ada saja, ya.
Oleh
karena didukung dengan menu berbuka yang sangat Indonesia dan salat di teras
depan yang ada lambang negara RI ini, makanya judul tema Ramadhan ala saya hari
itu adalah ‘Ramadhan Paling Indonesia’ :D.
6 comments
Write commentspokoknya menu buka puasa di Indonesia itu paling maknyuuusss.. ^^
ReplyBetul mbak Chi, rasa kuliner Indonesia tiada tandingannya. Top markotop deh :)
ReplyPengalaman mengasyikkan. Kira2 ada berapa banyak warga Indonesia yang ikut tarawihan mbak?
ReplyWah, ada sekitar 50-an mbak. Tapi itu belum semua yang datang mbak. Jumlah ini masih sekitar 20% warga Indonesia di Thailand Selatan yang jumlahnya sangat banyak :)
ReplyIni di re-post ya mbak Ecky? Atau mbak Ecky sudah lama nggak posting? SIbuk ya? :)
ReplyLagi sibuk ya mbak Ecky? Sudah lama gak posting ... :)
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon