Mereka yang Pernah Memimpin Forum Lingkar Pena Aceh



Ketua Forum Lingkar Pena Aceh dari masa ke masa
Tulisan ini seharusnya saya posting minggu lalu, tepat 11 Maret (saat milad FLP Aceh), atau minimal dua atau tiga hari setelah 11 Maret, tapi akhirnya selalu tertunda karena berbagai alasan.

Tahun ini, bulan ini, tepatnya 11 Maret lalu, Forum Lingkar Pena  Aceh berusia 13 tahun. Di Indonesia, nama Forum Lingkar Pena mungkin sudah tidak asing lagi bagi mereka yang bergiat di dunia literasi, mungkin juga bagi siapa saja yang tertarik dengan dunia menulis, apalagi di era pesatnya media sosial seperti saat ini. Namun buat yang belum mengenal FLP lebih dekat, atau malah belum pernah mendengarnya sama sekali, silakan ke postingan di website FLP Aceh; ‘Mengenal Lebih Dekat FLPAceh’.
Pertambahan usia membuat organisasi ini kian matang, bertumbuh dan berkembang dengan pesat, menuai prestasi gemilang dalam banyak hal. Berikut petikan catatan prestasi FLP Aceh yang saya kutip dari link di atas.

Hingga kini tercatat lebih dari 60 judul buku yang telah diterbitkan. Baik antologi maupun individu dalam berbagai genre. Angota FLP Aceh juga mewakili Indonesia dalam ajang MASTERA (Majelis Sastra Asia Tenggara), 5 anggota FLP Aceh meraih penghargaan sastra BALAI BAHASA Banda Aceh 2009, Juara 1 lomba cerpen Pekan Seni Mahasiswa seIndonesia 2010, peraih Nova Award, peraih I Love Aceh kategori IT dan Sosial Media, Duta Bahasa Prov. Aceh, juara utama naskah teater FTI, terlibat sebagai editor dibeberapa penerbit nasional, dan berbagai penghargaan lainnya.

 Nah, di usia ke 13 tahun, tercatat sudah 10 orang yang jadi ‘pelayan’ organisasi ini, seperti pada gambar di atas, gambar yang juga saya pinjam dari website FLP Aceh.
Marilah kita berkenalan dengan mereka satu persatu. Karena tulisan ini hanya untuk postingan di blog pribadi saya, maka tulisan ini saya buat hanya berdasarkan versi saya, sependek yang saya tahu saja. Saya tidak akan mencantumkan biodata mereka secara detail karena sudah pasti saya tidak hapal, hahaa… Nama-nama mereka akan saya link ke blog pribadi mereka, jadi pembaca blog saya bisa langsung meng-klik link blog mereka untuk mengenal mereka lebih dekat melalui blog (kalau mau sih, hehe…). Hitung-hitung saya ikut mempromosikan blog teman-teman saya se-organisasi :D Ohya, sebagian kecil dari orang-orang keren di atas tidak/belum memiliki blog pribadi (saya tidak tahu apa alasannya, mungkin belum mendapat hidayah?), sebagian lagi hanya ‘berumah’ di kanal blog komunitas seperti Kompasiana. Tapi, apapun itu, yang penting mereka tetap menulis di manapun mereka bisa. Okesip.
Tentang siapa mereka, saya urutkan dari ketua pertama sampai ketua terakhir;
1.      Nora Folina

Saya memanggilnya Kak Nora, mohon maaf, beliau tidak begitu aktif di blog :D Kak Nora Folina adalah senior banget di FLP. Secara, beliau adalah ketua pertama, juga termasuk dalam deretan orang-orang pertama yang memperjuangkan berdirinya FLP Aceh. Sejak beliau memimpin FLP Aceh hingga ke ketua ketiga (Cut Intan Meutia –yang juga akan saya tuliskan selanjutnya), beliau masih aktif bersama FLP Aceh. Tahun 2003-2004, ketika FLP Aceh belum memiliki tempat untuk bernaung, kak Nora memberikan sebagian tempat usahanya untuk FLP. Saat itu beliau menyewa sebuah ruko di daerah Lingke Banda Aceh untuk usaha rental buku dan jualan pakaian muslimah. Setelah tsunami, saya kehilangan kontak dengan beliau. Kini, kak Nora  menetap di kampung halamannya, Pidie.

2.      Cut Januarita

Cut Januarita. Siapapun yang mendengar namanya, pasti langsung bisa menebak; beliau lahir di bulan Januari. Ya, betul sekali. Momen hari lahir yang begitu mudah diingat hanya dengan mengingat namanya, apalagi tanggal lahirnya bertepatan pula dengan perayaan tahun baru. Kak Cut, begitu kami memanggilnya, menjadi ketua FLP pada periode kedua, tahun 2002-2004. Di masa beliau, FLP berada di masa-masa sulit. Dulu, ketika kami sama-sama belum menikah, saya langganan tidur di rumah Kak Cut jika ada kegiatan FLP. Kakak saya yang cantik dan kalem ini belum punya blog. Kak Cut pernah meminta saya membuatkan blog untuknya. Blog khusus tulisan kuliner. Sejak lama saya tahu beliau senang membuat kue. Semoga segera terealisasi.

3.      Cut Intan Meutia (http://daanishzarin.blogspot.com)
Namanya Aceh banget, wajahnya juga Aceh banget. Seyogyanya, Intan memimpin FLP Aceh sejak 2004-2006. Namun pada pertengahan 2005, Intan mendapat kabar gembira terkait pendidikannya. Tak tanggung-tanggung, Intan akan terbang negeri Paman Sam. Maka semua tugasnya dialihkan ke pengganti Cut Intan. Intan di mata saya adalah teman yang menyenangkan, seseorang yang periang (dia nyaris selalu tertawa), dan seorang pemimpin yang tegas serta berwibawa. Saat ini Intan menetap di kampung halamannya di Langsa, menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi Islam di sana. Sayang sekali, sejak pulang dari Amerika, menikah dan punya anak, nama Cut Intan Meutia nyaris tenggelam. Selain sudah kurang aktif di FLP offline maupun online, tulisan Cut Intan pun tidak pernah muncul lagi di media. Intan punya blog, namun blog Cut Intan juga jarang sekali di-update. Mungkinkah karena dia sudah memiliki dunia sendiri, ataukah karena sudah berada jauh dari komunitas, sehingga Cut Intan nyaris tak terdengar lagi?  
4.      Tentang saya; hmm…sepertinya, saya tak perlu menulis tentang saya. Klik saja ‘About me’ di bagian atas blog ini untuk gampangnya :p Tentang perjalanan saya bersama FLP Aceh, boleh dibaca di; ‘JalanPanjang Bersama FLP’.

5.      Ferhat Muchtar (http://www.ferhatt.com)
Ferhat Muchtar adalah anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara. Dia memang lahir dari keluarga besar. Meski Ferhat duduk di ‘kursi panas’ FLP Aceh setelah saya (2006-2008), namun sesungguhnya dia adalah anggota FLP yang lebih lama dari saya. Bahkan Ferhat masuk dalam deretan orang-orang yang membangun FLP di awal-awal dulu. Yang saya ingat ketika Ferhat menjabat sebagai ketua FLP adalah seringnya kami jalan bersama. Dari mulai membuat program ‘FLP Goes to School’ di beberapa sekolah di Banda Aceh sampai menyodorkan proposal ke kantor BRR (Badan Rekonstruksi Rehabilitasi Aceh pasca tsunami) di Lueng Bata, Banda Aceh. Untungnya, dia lebih muda dari saya. Untungnya lagi, kami selalu naik labi-labi. Kalau tidak, bisa-bisa ditangkap WH, wakakakkk… :v  

6.      Rinal Sahputra
Saat Rinal Saputra terpilih sebagai ketua FLP secara musyawarah mufakat (untuk masa 2008-2010), saat itu saya bisa merasakan seperti ada beban di diri  Rinal. Awalnya, tentu saja dia menolak. Alasannya saat itu adalah karena dia sedang menjalani koass kedokteran di sebuah rumah sakit pemerintah di Banda Aceh. Namun setelah dorong sana dorong sini, akhirnya Rinal pun naik sebagai pemimpin selanjutnya. Sekarang, setelah Rinal tidak lagi aktif di FLP, nasibnya sama seperti ketua ketiga, namanya nyaris tenggelam. Dulu, dia cukup sering menulis cerpen dan pernah dimuat di media. Dia pernah mengatakan bahwa inspirasinya dalam menulis cerpen adalah Alimuddin, teman satu kosnya. Alimuddin adalah salah satu cerpenis ternama di Aceh. Spesifikasi Rinal dalam menulis sama seperti inspiratornya yaitu menulis cerpen. Saat ini Rinal sedang menempuh pendidikan di negeri Pangeran William, Inggris. Beberapa waktu lalu, saya mengajaknya kembali menulis, setidaknya dia bisa memulainya dari ngeblog. Tapi Rinal ini agak gaptek menurut saya :D Saya sudah menawarkan diri mengajarinya ngeblog bahkan dari yang paling dasar sekali, namun dia begitu cepat menyerah begitu ada kesalahan kecil (peace, Rinal! :D). Sehubungan dengan potensinya dalam dunia menulis fiksi agar tidak hilang, saya dan teman-teman membuat sebuah grup rahasia yang membahas karya-karya kami.  

7.      Riza Rahmi (http://rizarahmi.com)
Riza, begitu nama penggilan gadis manis dengan senyuman yang menawan ini. Riza bergabung dengan FLP setelah tsunami. Namun entah karena apa, setelahnya Riza mulai jarang hadir. Suatu hari, di jalan di dalam kampus saya Unsyiah, saya berpapasan dengannya. Saya masih ingat, Riza mengenakan baju dan jilbab merah. Dari jauh, dia melemparkan senyum ke arah saya, dan saya membalas senyumnya. Saya menanyakan kabarnya. Sebelum berpisah, saya mengajaknya untuk kembali ke FLP. Ajiiib! Dia datang. Lagi. Itu bertahun-tahun sebelum Riza menjadi ketua FLP. Tahun 2010-2012, Riza menjadi ketua FLP selanjutnya. Saya tidak banyak tahu sepak terjang Riza sebagai ketua karena pada masa itu, saya sudah mulai bekerja di Unsyiah. Waktu saya mulai terbatas karena posisi saya sebagai perempuan bekerja juga ibu dengan anak yang masih kecil. 

8.      Ibnu Syahri Ramadhan (http://ibnuflp.wordpress.com)
Ibnu adalah ketua FLP selanjutnya (2012) pengganti Riza Rahmi. Namun, baru sebentar duduk di ‘kursi panas’ FLP, Ibnu mendapat panggilan kerja dari Majalah Tarbawi. Sebagai seseorang yang sudah menyelesaikan kuliah, Ibnu tentu saja punya mimpi. Dan menjadi bagian dari majalah tersebut adalah impiannya. Baru saja FLP Aceh mengganti ketua, Ibnu pun terpaksa melepas jabatan.

9.      Anugrah Roby Syahputra (http://www.kompasiana.com/anugrahroby)
Pengganti Ibnu adalah Roby. Roby adalah satu-satunya ketua FLP Aceh yang non Aceh. Awalnya Roby adalah anggota FLP Sumut. Entah tahun berapa, saya lupa (maaf ya, Roby :D), Roby yang saat itu masih lajang, pindah tugas ke Aceh. Saya ingat, saya mendapat SMS yang isinya memperkenalkan dirinya sebagai anggota FLP Sumut dan  dia menanyakan di mana alamat FLP Aceh karena dia ingin bergabung dengan FLP Aceh. Tak disangka, dia adalah calon pemimpin FLP Aceh selanjutnya. Kepergian Ibnu ke Ibu Kota menyisakan ruang kosong di FLP. Roby yang memiliki perhatian yang begitu besar terhadap FLP Aceh, dipercaya untuk mengambil alih tampuk kepemimpinan FLP Aceh (2013). Namun, lagi-lagi badai melanda FLP Aceh. Roby dimuatasikan ke kampung halamannya, maka berakhirlah masa kepemimpinan Roby yang juga tidak berlangsung lama. 


Saya kenal dengan Nuril saat menggantikan posisi Intan. Antara 2005 atau 2006, saya lupa kapan tepatnya. Saat itu, saya sedang gencar-gencarnya ngeblog di multiply dan Nuril adalah satu teman saya di blog multiply. Kami sering chatting via Yahoo Messenger karena saat itu Nuril sedang menempuh pendidikan menengahnya di Melbourne, Australia. Kami sering saling blogwalking dan berbagi cerita di multiply. Melalui multiply, Nuril tahu saya aktif di FLP Aceh. Di sela-sela chatting kami yang ke sekian, kami berjanji untuk kopdar jika dia pulang ke Aceh. Kata saya; “Main-main ke sekret FLP ya, Rin.” Alhamdulillah, sampai sekarang Nuril cantikku ini masih bertahan di FLP dan saat ini menjabat sebagai ketua FLP Aceh.  

Itulah sekilas ingatan saya tentang mereka, orang-orang keren FLP Aceh. Kepada teman-teman yang namanya saya sebut di atas, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan jika info tentang kalian kurang lengkap atau kurang tepat. 
Salam menulis!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

19 comments

Write comments
Unknown
AUTHOR
21 Maret 2014 pukul 14.35 delete

Senang berkenalan dengan para kepala suku FLP, semoga dapat ikut bergabung di FLP pada Open Recruitment mendatang ... :-)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
21 Maret 2014 pukul 14.35 delete

ups, saya komennya dari mana ini yaa, hehe ...

Reply
avatar
Hiraeth
AUTHOR
21 Maret 2014 pukul 22.38 delete

Mantap qie, pake banget. :)

Reply
avatar
Hiraeth
AUTHOR
21 Maret 2014 pukul 22.39 delete

Mantap qie, pake banget. :)

Reply
avatar
22 Maret 2014 pukul 00.43 delete

Welcome to FLP Azhar. Gak rugi lho jadi anggota FLP :D

Reply
avatar
22 Maret 2014 pukul 00.44 delete

Makasih yed. Ditunggu tulisanmu yang dikau bilang tadi yak :D

Reply
avatar
Keke Naima
AUTHOR
25 Maret 2014 pukul 21.18 delete

salam eknal untuk semuanya :)

Reply
avatar
27 Maret 2014 pukul 15.18 delete

Salam kenaaaal *sambil dadah dadah :D

Reply
avatar
Mugniar
AUTHOR
29 Maret 2014 pukul 10.23 delete

Kebanyakan perempuan ya mbak :)
SUkses ya FLP Aceh

Reply
avatar
30 Maret 2014 pukul 12.48 delete

Pengurusnya keren keren, yang sudah kenal cuma bu Intan, dan sekarang sibuk dia karena ngurus kampus sebagai ka. Jur Bahasa Inggris, salut buat teman - teman semua

Reply
avatar
30 Maret 2014 pukul 13.27 delete

Wah, ternyata Zatin kenal dengan Intan yak. dunia memang kecil ya, xixixii
Baru tau kalo Intan udah adi ketua jurusan. mantap kaliiii :D

Reply
avatar
isni wardaton
AUTHOR
6 April 2014 pukul 21.56 delete

merangkap kak, mantap. :)

Reply
avatar
7 April 2014 pukul 02.24 delete

merangkap apanya isni?
merekap sih iya :D

Reply
avatar
22 Juni 2014 pukul 15.20 delete

Eqy, kak (alm) Diana Roswita bukannya ketua FLP yg pertama? Saya msh ingat ketika awal pendirian FLP di Gedung Pasca-Sarjana IAIN, alm sangat aktif waktu itu. Dia bersama kak Himmah Tirmikoara menjadi motor melahirkan FLP Aceh. Kebetulan, saya dulu ikut ketika acara di Gedung Pasca tersebut....nyaris saja saya jadi anggota FLP benaran seandainya ketika datang ke sebuah rumah di Rawa Sakti menyerahkan naskah kedua utk majalah FLP edisi kedua (lupa namanya) tak semuanya ceweknya hehe.

Reply
avatar
23 Juni 2014 pukul 07.49 delete

Taufik, almarhum Diana Roswita memang termasuk salah satu tim motor pertama yang melahirkan FLP Aceh, bersama Cut Januarita, Meutia Mayda, Nora Folina, dan sedikit yang lainnya, saya lupa, hehee...
Tapii...yang jadi ketua bukan Kak Diana. katanya bliau gak mau jadi ketua, maka diangkatlah kak Nora sebagai ketuanya, sekaligus menjadi ketua pertma FLP Aeh.
Begitu kira-kira fik, hehee...

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
2 Juli 2015 pukul 15.15 delete

Kak eqi keren...
Wah, Abu Rahmat Idris perlu diambah lagi kiranya. Smoga kedepan FLP bisa dipimpin oleh generasi yg great macam pendahulu.
:)

Reply
avatar
6 Juli 2015 pukul 04.12 delete

Iya, nanti ditambah lagi. soalnya ini postingan lama Syu, jadi gak cocok kal ditambah di postingan ini :D
Atau, Syu mau menuliskan ulasannya lagi? :D

Reply
avatar
29 Oktober 2015 pukul 14.55 delete

Waaaah, Aula Andika Fikrullah Albalad tidak ada dalam deretan nama diatas. :(

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky