Salah
satu hari besar yang dinyatakan sebagai libur nasional di Thailand ada di
pertengahan April. Ada apa dengan bulan April di Thailand? Jadi, libur nasional
tersebut adalah karena adanya salah satu
event terkenal di sini yaitu Songkran Day. Tahun ini, Songkran Day
dimulai sejak 13 hingga 15 April 2014. Saat ini momen Songkran Day lebih
dikenal sebagai Songkran Festival. Yang terpenting adalah, Songkran Festival
ini mesti dan selalu dilaksanakan di bulan April, setiap tahunnya.
Tahun
ini merupakan pengalaman pertama saya melihat serunya Songkran Festival
tersebut. Event ini sudah lama saya nanti-nantikan, bahkan sejak pertama
sekali saya datang ke Thailand, namun baru tahun ini bisa menyaksikannya
langsung. Tahun 2012, saya pulang ke kampung halaman di Aceh untuk menghabiskan
liburan musim panas. Lalu April 2013, saya juga lagi di Aceh karena sedang
melakukan penelitian. Dan yeayy…April tahun ini saya ada di Thailand. Kesempatan
untuk melihat langsung Songkran Festival tidak akan saya sia-siakan. Tapi
sebelum itu, mari kita mengenal Songkran Day terlebih dahulu.
Apa
itu Songkran Day?
Songkran
Day adalah hari awal Tahun baru
tradisional Thai. Lho, Tahun baru tradisional Thai? Bukankah Thailand
punya kalender tersendiri yang penggunaannya
bahkan sudah diakui dunia? Saya pernah menuliskannya di Sistem Penanggalan diThailand. Jadi begini, secara umum, masyarakat Thai tetap menggunakan penanggalan
Thai Calender, seperti yang saya tulis di link di atas. Namun ternyata,mereka juga punya Thai
Traditional Calender di mana awal tahun barunya jatuh pada bulan April
setiap tahunnya. Inilah yang kemudian disebut sebagai Songkran Day. Sistem penanggalan
ini sudah tidak dipakai lagi saat ini, namun masyarakat Thailand masih memeringati
tahun baru Thai Traditional Calender atau Songkran Day tersebut. Thailand menjadikan event
istimewa ini menjadi begitu semarak melalui sebuah festival yang mereka sebut
Songkran Festival.
Songkran
Day itu identik dengan dua hal; sembahyang ke kuil (bagi umat Buddha) serta
memberi penghormatan untuk orang-orang tua dan mencipratkan air ke patung
Buddha juga ke orang-orang di sekitar mereka. Menurut penuturan teman saya, mencipratkan air ke
patung Buddha hanya sekadarnya saja, bukan dalam artian menyiramnya secara
keseluruhan (apalagi dilakukan secara kasar) dan membuat patung tersebut basah
di semua bagian.
Di hari ini juga, orang-orang khususnya umat Buddha akan
terlihat seperti memakai bedak tebal. Biasanya, itu karena dibubuhi oleh
seseorang yang mereka temui di jalan atau di mana saja. Inilah yang kemudian
manjadi inti dari kegiatan Songkran Festival yaitu bedak dan air (menyiramkan
air). Air yang digunakan untuk dicipratkan ke seseorang atau banyak orang haruslah
air yang bersih. Tidak dibenarkan mengisi pistol-pistol air atau galon air dengan air kotor.
***
13
April, tepat hari dilaksanakannnya Songkran Festival adalah hari di mana saya
juga harus ke perbatasan untuk memperpanjang masa tinggal saya di Hatyai. Ini
adalah semester terakhir buat saya, jadi saya memutuskan untuk tidak lagi
membeli visa. Jadinya setiap dua minggu sekali saya harus keluar masuk antara
dua negara, kalau tidak ingin kena denda. Perbatasan tersebut adanya di salah satu kota besar di
Songkhla, yaitu Danok. Saya pikir, sebagai salah satu kota besar di Songkhla
dan sebagai salah satu destinasi wisata bagi turis asing, tentulah Danok tak
akan ketinggalam merayakan Songkran Festival. Ternyata benar, sesampainya saya
di Danok setelah menempuh satu jam perjalanan dari Hatyai, suasana riuh dan
ramai a la sebuah festival langsung menyambut saya dan penumpang van yang saya
tumpangi.
Van
tersebut terpaksa harus mengambil jalan pintas karena macet yang luar biasa.
Oh, ternyata Songkran Festival dilaksanakan di ruas jalan utama di Danok.
Pantas macet. Padahal jalan tersebut merupakan jalur utama arus keluar masuk kendaraan yang melintasi perjalanan dua
negara. Saya lihat sebuah panggung besar sudah berdiri dengan megahnya.
Panggung tersebut selebar satu ruas jalan. Jadi, satu bagian ruas jalan (jalan bagian
masuk ke Thailand) otomatis ditutup untuk jarak sekitar 300 meter. Jadinya
kendaraan dari Malaysia yang masuk ke Thailand dialihkan pada ruas jalan
satunya lagi, sepanjang jalan yang ditutup tersebut. Untungnya ruas jalan-jalan
di Thailand ini lebar-lebar, jadi pada sisi satunya lagi, tidak terlalu
kelihatan berdesak-desakan antara kendaraan yang masuk dan yang akan keluar
dari Thailand.
Setelah
mendapat empat cap di paspor saya, saya berpikir ingin masuk ke ‘arena tempur’
Songkran Festival. Belum lagi saya sampai ke tempat tersebut, plasss…
tiba-tiba seseorang menembakkan senjata airnya ke arah saya. Oh My God!
Saya baru sadar; saya salah kostum dan saya lupa membawa pelindung untuk hape.
Padahal satu-satunya kamera yang saya punya saat itu hanyalah kamera di hape
tersebut, sejak kamera saku saya rusak sejak setahun lalu. Ditambah dengan
kenyataan hari itu saya memakai tas punggung berbahan katun Jepang. Memang tas
mahal sih, tapi kalau bahannya dari kain, dengan suasana festival air seperti
ini, tetap saja akan basah, kan? Boleh dibilang, hari itu saya
benar-benar tidak siap jika ingin terjun ke ‘arena tempur’ Songkran Festival’. Tidak
siap secara pakaian dan segala properti pelindung lainnya. Sementara orang-orang;
tua-muda, perempuan-laki-laki, besar-kecil, berkebalikan dari saya. Mereka
tidak menyandang tas seperti tas saya, mereka tetap membawa hape namun
memasukkannya dalam tas plastik khusus sebagai pelindung sehingga tetap bisa
dipakai untuk memotret, dan mereka juga memakai baju santai untuk berbasah-basahan.
Alhasil,
saya hanya bisa terkaget-kaget sambil melindungi tas punggung dan hape saat
pistol air diarahkan ke saya. Saya akhirnya membatalkan masuk ke ‘arena tempur’
festival tersebut yang berada tepat dan di sekitar panggung utama. Kegiatan
memotretpun menjadi terbatas. Tentu saja saya tidak boleh marah ketika
seseorang mengarahkan pistol airnya ke saya. Ini adalah hari mereka.
Akhirnya
saya hanya bisa menyaksikan pusat pertarungan siram menyiram air dari jarak 100
meter saja. Saya tadi menyebutnya sebagai ‘arena tempur’ karena tepat di depan
panggung utama itulah suasana ‘perang’ air
yang sebenar-benarnya ‘perang’ air. Manusia di kota ini numplek tumpah
ruah di depan panggung utama, dari yang kecil sampai yang tua. Musik yang agak
nge-beat yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi laki-laki mengiringi ‘perang
air’ air tersebut. Tentu saja lagu-lagu berbahasa Thailand yang tidak saya
mengerti sama sekali.
Medan
‘perang air’ sebetulnya tidak hanya di dekat panggung tersebut. Di mana saja
akan terlihat orang-orang menenteng pistol air yang besar dan menyemprotkannya
ke siapa saja, lalu biasanya akan terjadi balas semprot. Sebagian yang lain
memutuskan untuk tidak bergabung di depan panggung, mereka mencari ‘mangsa’ di
tempat-tempat yang sepi. Oleh karenanya, saya mencuri-curi sembunyi di tempat penjual ayam goreng. Sebagian yang lain,
memutuskan untuk keliling bersama baik keluarga atau teman-teman dengan
menggunakan mobil-mobil terbuka belakang. Di bagian belakang mobil terlihat galon-galon
setinggi tubuh remaja yang berisi dengan air. Air dalam galon-galon tersebut
tentu sebagai cadangan untuk mengisi pistol-pistol air yang disandang
orang-orang yang duduk di belakang mobil. Dengan mobil ini, mereka akan
berkeliling kota dan menembakkan airnya ke siapa saja yang mereka temui di
sepanjang jalan. Masih lumayan menggunakan pistol air, namun sesekali mereka
menggunakan gayung untuk menyiram seseorang atau siapa saja.
Intinya,
hari itu adalah hari pesta air. Di mana-mana hampir semua terlihat basah kuyup.
Matahari
semakin beranjak naik, hari semakin panas dan menyengat. Namun manusia-manusia
yang tumpah ruah di depan panggung sana terlihat semakin ramai saja, tak
sedikitpun mereka beranjak dari arena ‘perang’ air tersebut meski sekujur tubuh mereka sudah basah kuyup
dalam waktu yang lama. Apalagi lagu-lagu yang dibawakan semakin membakar
semangat mereka. Dari jauh, terlihat semburan air semakin menderas, seperti
hujan deras buatan. Tidak hanya semburan air yang melayang-layang di udara,
juga busa keputih-putihan memenuhi udara. Saya sedikit heran dengan semburan
yang air deras tersebut. Dari mana datangnya, ya? Memang, masing-masing
individu sudah membekali diri dengan ‘alat perang’ berupa pistol air yang besar
dan mengisinya dengan persediaan air yang penuh. Namun jika hanya mengandalkan tembakan
dari pistol air, meski jumlahnya ribuan, tetap saja tidak akan menghasilkan
semburan air yang terlihat seperti hujan yang tercurah dari langit. Apalagi
kalau hanya sekadar siraman air dari gayung.
Ternyata,
semburan air sedahsyat itu datangnya dari pipa-pipa besar yang sengaja
diletakkan di depan panggung utama. Jumlahnya ada banyak, tidak hanya satu
pipa. Di ujung pipa, dipasangi semacam mesin-mesin penyembur air yang
ketinggian semburannya melebihi ketinggian panggung di depan sana, sehingga
terjadilah hujan deras lokal buatan. Di samping pipa air, mereka juga
menyediakan pipa penyembur busa. Jadi mereka akan menyemburkan air dan busa
pada saat bersamaan. Wow…sebuah atraksi yang menarik!
Sayang sekali saya tidak
bisa merekamnya melalui kamera hape saya karena saya tidak masuk langsung ke
tempat penyemburan air dan busa. Bisa-bisa, basah semua dokumen dan hape saya. Saya
hanya menyaksikannya dari dalam van ketika van membawa saya kembali ke Hatyai.
Bahkan
saat van yang saya tumpangi berjalan pelan di ruas jalan di samping panggung
utama tadi, badan van tersebut berulang kali mendapat semburan air. Ternyata,
sasaran penyiraman air tidak hanya ke tubuh seseorang atau banyak orang, namun
ke setiap mobil atau apapun yang terlintas. Pokoknya, siram/ciprat pakai air! Itulah
inti dari Songkran Festival.
***
Di
Thailand, tempat paling seru menyaksikan Songkran Festival adalah di Bangkok dan
Thailand bagian utara. Mungkin sama seperti di Thailand Selatan, hanya saja
Songkran Festival Thailand Selatan hanya dilaksanakan satu hari saja. Mungkin
karena di Thailand Selatan banyak penduduk muslimnya. Tidak seperti di Thailand
Utara, di mana festival biasanya akan berlangsung selama tiga hari. Bisa
dibayangkan bagaimana suasana ‘hujan deras lokal’ dan berbasah-basahan akibat
cipratan air yang berlangsung di sana.
Inilah
salah satu festival paling menarik di Thailand; Songkran Festival.
20 comments
Write commentsWow, barulah saya mengerti apa makna Song dan kran :D
Reply#maaf komen asal, tapi udah baca sampe habis kok :-)
Pengeeeeen! Kemaren nyaris ke Thailand buat Songkran-an. Tapi karena liat-liat tiketnya bulan Maret, harganya udah menjulang huhu..
ReplySongkran azhar, gak dipisah LD
Replyweww...tiket2 di bulan maret memang mahal. lebih-leboh kalo pesannya dekat2 ama waktu berangkat. maunya kan pesannya tahun lalu gitu, ahahahhh.. :p
ReplyWaaah, jadi pengen mandi busa, asiiik tu..
ReplyKakak enak, lagi di Thailand.. Hehe
Kalo di Indonesia, kungkin serupa Tahun Baru Hijriyah ya?
di thailand hampir sama dengan malaysia ya, banyak perayaan dan festival
Replythailand memang luarbiasa..bisa memanajemen budaya lokal hingga menjadi atraksi yang memikat para turis....jadi ingin kembali ke masa kecil..bermain semprotan air bersama teman2....
Replykeep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
Iya, kalo di Indonesia, mirip Tahun Baru Hijriah kalo dilihat dr segi meriahnya.
ReplyTapi kalo dilihat lama liburnya, kayak libur Idul Fitri :D
Iya, betul Lisa, hehee
ReplyNah, Songkran Festival ini salah satu festival yang paling terkenal di Thailand. Kalo lagi masa Songkran, turis siap datang ke sini, untuk main air :D
ReplyTrims atas kunjungannya :)
asiiikkk...
Replyjadi pingin nih kesana... apalagi ada maen airnya,hehe
kapan yaa?
Waaah seru banget ya basah-basahaaan..jadi udara yang panas sejuk dan segaar
ReplyAyoklah maen ke sini. Kalo Songkran baru akan ada lagi ya April tahun depan :D
ReplyIya mbak, hehee...
ReplyThanks for visiting ;)
Banda Aceh sebenarnya juga banyak festival. Tapi dulu pas tahun 2011 aja...
Reply(kangen festival dan pengen menuliskannya jika ada kesempatan coz dulu belum hobi nge-blog seperti sekarang)
Kalau ada di Indonesia, kayaknay saya bakal ikutan :D
ReplySeneng ya lihatnya. Seger siram siram an air. kalau bawa kamera bisa marabahaya. Aku baca tentang festival ini disuatu majalah. Kalau denger festival selalu kebayang India. hehehe
Replykalau aku lihat mbak, mereka tetap bawa kamera, khususnya turis yang motret-motret, tapi kameranya dibalut plastik sebelumnya biar nggak basah :D
ReplyRental mobil toyota commuter + driver di kota bangkok atau pattaya, untuk info hubungi Mr Eko +66819250901 (WA juga bisa) atau pin bb 7432ef44
ReplyWah pengen ke bangkok, ada yang tau tiket murah ke Bangkok dibawah 500k-an mulai desember akhir deh klo bs sampe akhir februari gtu
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon