Partus Abortus Komplitus

Dokter, bidan, dan perawat ruang IGD mengerubungiku, dengan suara yang sahut menyahut, seperti segerombolan lebah yang sedang mendengung kencang.

“Bayi dan plasentanya sudah keluar lengkap, dokter.”

Jadi, gumpalan bulat yang tadi pagi-pagi sekali keluar dari selangkanganku sebanyak dua kali––setelah  sebelumnya dorongan air ketuban mendesak pintu rahim dan keluar seperti air yang tanggulnya jebol ––adalah bayiku dan plasentanya?

Seiring dengan jebolnya air ketuban, aku tahu bahwa pagi itu aku akan kehilangan bayiku. Aku berteriak––sambil menangis––memanggil Salmi, suamiku. Air ketuban kembali bobol persis ketika Salmi tiba di hadapanku. Tak sampai semenit kemudian, segumpal sesuatu keluar dari rahimku, disusul dengan keluarnya gumpalan kedua saat tubuhku digotong beramai-ramai untuk kemudian didudukkan di mobil sebelum akhirnya aku dilarikan ke rumah sakit umum, rumah sakit besar terdekat dari rumahku. Semua berlangsung sangat cepat usai kontraksi sejak pukul setengah empat pagi. Pagi itu aku belum tahu kalau gumpalan itu adalah bayiku dengan plasentanya. Poor my fetus, tampaknya dia terjepit lama di selangkanganku selama perjalanan kami menuju rumah sakit, sehingga dia tampak gepeng––dari foto yang kulihat dari kamera seorang dokter muda perempuan.   

Usai bayi dengan plasentanya dipindahkan, maka inilah penderitaanku yang sesungguhnya. Bidan dan  dokter jaga mengatakan bahwa mereka akan melakukan tindakan pembersihan jalan lahir. Dua jari sang bidan dengan kasa tampon mengobok-obok bagian di bawah sana.  Gelombang rasa nyeri menggulungku dengan cepat dan menenggelamkan aku dalam lautan rasa sakit yang tak terkira. Bisakah seseorang meninggal karena mengalami abortus? Apakah aku harus dikuret?

Usai melihat bayiku dan darah-darah sudah dibersihkan dari tubuhku dan aku kemudian di-USG, dokter mengatakan bahwa aku mungkin tidak perlu dikuret. Tetapi tampaknya mereka belum yakin, karena beberapa menit kemudian mereka membawaku ke ruangan lain untuk menjalani pemeriksaan lain lagi, trans vaginal. Aku trauma dengan tangan dan kasa tampon tadi, jadi aku memohon agar tindakan ini tidak lagi membuatku kesakitan. Ternyata memang tidak sesakit yang aku kira. 


Usai trans vaginal, barulah mereka yakin bawa aku tidak perlu mengalami kuretase. Dari yang semula dinyatakan bahwa aku adalah pasien abortus (komplit), kemudian berubah status menjadi pasien post-partum (pasca-melahirkan) normal. Bedanya, aku sekarang menjalani hari-hari masa nifas tanpa ada bayi di sampingku, usai partus abortus––komplitus. 


A flower bloomed already wilting
Beginning its life with an early ending

But you remain in our hearts, my little angel.        
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

22 comments

Write comments
17 Agustus 2016 pukul 12.58 delete

Turut berduka cita ya Mbak Ekii.Semoga Mbak Eki dan suami diberi ketabahan dan kesabaran.Peluuuuuk...

Reply
avatar
17 Agustus 2016 pukul 13.15 delete

Sabar ya kak Eki,,, semoga Allah menggantikannya dgn bayi lain. Allah psti tahu APA yg terbaik untuk hambanya!

Reply
avatar
windi teguh
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 13.18 delete

ya Allah. knp ky. yang sabar ya ky.peluk

Reply
avatar
Khaira
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 14.01 delete

Turut berduka cita kak, dan semoga digantikan dengan yang lebih baik ya..

Reply
avatar
Leyla Hana
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 14.45 delete

Innalillahi Wa inna ilaihi rojiuun.. semoga lekas pulih kembali, mba Eky

Reply
avatar
ibu rima
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 16.37 delete

Lekas sehat kembali mba Eky... *hug* innalillahiwainnailaihirooji'uun

Reply
avatar
Bunda Saladin
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 19.09 delete

Peluk dari jauh

Baru baca judulnya udh mewek

Reply
avatar
echaimutenan
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 20.06 delete

gak mau ngmg apa2/cuma mau peluk...cepat pulih mba...aku juga kemaren keguguran sebelum ini pas 2 bulan tanpa kuretase

Reply
avatar
17 Agustus 2016 pukul 20.25 delete

Innalillahi wa innailaihi raajiun. Mak Eky pasti kuat. Aku pun pernah mengalaminya. Dan tak sampai kuret juga. Semoga lepas sehat dan pulih, mak...

Reply
avatar
Hairi Yanti
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 20.31 delete

Kak Ecky... Peluk eraaaaat :'(

Reply
avatar
Sara Amijaya
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 21.22 delete

innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
semoga menjadi tabungan pahala di akhirat kelak. lekas pulih ya mba

Reply
avatar
Sara Amijaya
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 21.23 delete

innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
semoga menjadi tabungan pahala di akhirat kelak. lekas pulih ya mba

Reply
avatar
Murtiyarini
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 22.52 delete

Turut berduka cita. *peluk*

Reply
avatar
Dwi Puspita
AUTHOR
17 Agustus 2016 pukul 23.30 delete

Ya Allah...semoga diberi kesabaran dan kekuatan mbak eky..."peluk"

Reply
avatar
Dian Radiata
AUTHOR
18 Agustus 2016 pukul 00.06 delete

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...
*peluk mbak Eky

Reply
avatar
Dian Radiata
AUTHOR
18 Agustus 2016 pukul 00.07 delete

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...
*peluk mbak Eky

Reply
avatar
Haya Nufus
AUTHOR
18 Agustus 2016 pukul 04.36 delete

Innalillahi wa innailaihi rajiun. Cepat sembuh ya kak eqi.

Reply
avatar
18 Agustus 2016 pukul 06.51 delete

Mbaaaak, sedih sekali bacanya :)
Semoga diberikan ketabahan yah mbaaaak *peluk jauh dari Bandung*

Reply
avatar
sally fauzi
AUTHOR
18 Agustus 2016 pukul 07.22 delete

Ya Allah kak.... peluk dari jauh. Yang sabar ya kak

Reply
avatar
18 Agustus 2016 pukul 10.22 delete

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...
Semoga Allah ganti dg yang jauh lebih baik utk Mbak Eki dan suami ya :')

Reply
avatar
18 Agustus 2016 pukul 12.26 delete

Peluk kak eki. Diriku pernah diposisimu kak, dan aku harus dikuret

Reply
avatar
isni wardaton
AUTHOR
18 Agustus 2016 pukul 18.34 delete

Isni mendoakan segera diberi pengganti lainnya, insyaAllah, aamiin. :)

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky