Kakek menikah lagi setelah menceraikan nenek. Semua mencela kakek,
bahkan keluarga kakek sendiri. Menganggap kakek keterlaluan karena
meninggalkan nenek setelah puluhan tahun setia pada kakek. Tidakkah
merasa cukup dengan apa yang kau miliki sekarang? Istrimu menemanimu
sampai kau tua. Mengikutimu ke mana pun kau pergi. Anakmu delapan.
Cucumu lima. Sekarang kau akan menceraikan Rukiah? Demi perawan tua yang
sama miskinnya denganmu?
Hawa panas belasan tahun
silam adalah awal dari kehancuran keluarga kakek. Perceraian mereka
menciptakan ‘perceraian’ pada generasi selanjutnya. Bapak dan salah
seorang adik perempuannya yang sudah menikah punya kehidupan sendiri.
Bapak membenci kakek hingga ke sumsumnya, karenanya setelah kejadian
itu kami jarang diajak ke kampung seperti yang biasa kami lakukan tiap
tahun menjelang hari raya. Adik bapak yang sudah diboyong oleh suaminya
jauh ke kota seberang, jadi jarang pulang. Hidup pas-pasan, banyak
beban, anak dua. Lalu apa yang tersisa dari rumah tua sepeninggal kakek?
Semua adik bapak berhenti sekolah. Perempuan-laki tak beda. Yang beda,
laki-laki masing-masing mencari uang untuk keperluan sendiri. Perempuan
hanya mengharapkan sisa uang dari saudara laki-laki untuk mengepulkan
asap dapur. Sementara nenek, dia tak berasa apa-apa. Ditanya: kau sedih,
Rukiah? Sedih kenapa? Kau marah? Kenapa aku harus marah? Marah sama siapa?
Pertanyaan dijawab pertanyaan. Kemudian nenek akan melanjutkan zikir
panjang dalam balutan mukena tuanya. Bagian kepala mukena sudah dipenuhi
binti-bintik hitam yang sangat banyak. Bagi nenek, kekasih abadinya
adalah Tuhannya.
Nenek selalu berdoa, Tuhanku,
Kekasihku, izinkan aku hidup lebih lama dari kekasih duniaku, hingga aku
bisa melepaskan dia di ujung waktunya. Sepertinya Tuhan mendengarkan
permintaan nenek. Kakek pergi mendahului nenek. Meski tak pun ada kata ‘maaf, telah menyakitimu’, air mata nenek setia mengantar kepergian kakek. Barulah dia berkata ‘aku sedih tak terkira’.
Nenek pikun, bertahun setelah itu. Pendengaran mulai terganggu. Kampung dicekam perang. Belum usai perang, nenek diam abadi.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 comments
Write commentsini fiksi based on true story ya kak? sukalah cara kak eqi nulis kalau dipanjangin dikit lagi bisa jadi cerpen ^^d
ReplyIya, fus. Sudah ditambah dengan bumbu lainnya, hehee
ReplyMemang belum selesai, fus. masih panjaaaang lagi, tapi gak diupload semua nih :)
Tulisan yg singkat enak dibaca k'eq.... xixixi
ReplyKeren!!
Maksih udah mau membaca ema :)
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon