The Palace (2013): Kisah Pelayan Istana Menemukan Cinta Sejati


Do not pick the flowers when only twigs are left
Chenxiang dan Liu Li adalah salah dua dayang kerajaan yang tinggal di istana sejak masih kecil. Karena kesamaan nasib, juga karena sering bersama dari kecil hingga remaja, mereka menjadi sahabat dekat. Bagi perempuan di masa itu, ketika memutuskan masuk ke istana, maka jiwa dan raga mereka adalah milik istana, bukan lagi milik keluarga mereka, sampai ketika usia mereka 25 tahun, barulah mereka boleh meninggalkan istana jika tidak ada yang menikahi mereka. Maka, bagi Chenxiang dan Liu Li, persahabatan mereka adalah segala-galanya, Namun, tidak ada yang abadi di dunia, termasuk persahabatan mereka. Liu Li sangat berambisi bisa menjadi istri dari salah satu pangeran, dan untuk melakukannya, Liu Li mengkhianati persahabatan mereka.

Film ini mengambil setting masa kepemimpinan Raja Kangxi, raja keempat dinasti Qing (China), salah satu dari tiga raja dinasti Qing yang setting-nya paling sering dipakai dalam serial TV, film, dan novel. Baik film atau drama Hongkong, Taiwan, maupun China. Ya, karena tiga negara ini dulunya memang satu, sehingga sejarah dinasti-dinastinya pasti sama.

Itulah kenapa Raja Kangxi termasuk Raja yang paling dikenal oleh masyarakat China, selain Raja Sunzhi dan Raja Qianlong. Film, drama, dan novel-novel yang mengambil setting kepemimpinan mereka, menjadikan mereka lebih dikenal. Bagi yang masih ingat dengan drama Putri Huan Zhu, nah ini setting-nya adalah pada masa Raja Qianlong.

Di antara semuanya, kisah hidup Raja Kangxi-lah yang paling menarik untuk diceritakan ulang, baik oleh sutradara maupun penulis buku. Jumlah selirnya lebih dari 30 orang, anaknya 27 orang. Semakin banyak istri, semakin banyak anak, maka akan semakin banyak intrik di dalam istana, semakin disukai pula oleh mereka yang bekerja di dunia kreatif perfilman dan perbukuan. Semua intrik dan apapun peristiwa yang terjadi selama kepemimpinan seorang raja, tercatat dengan rapi dalam riwayat hidup mereka masing-masing. Salah satu intrik di masa Raja Kangxi adalah perebutan kekuasaan menjelang Raja Kangxi meninggal.

Drama semasa kepemimpinan Raja Kangxi ada banyak sekali judulnya. Yang saya tahu cuma sedikit, di antaranya adalah drama berjudul Gong. Cuma tahu saja, tapi saya belum pernah menontonnya :D. Kalau di Indonesia, Gong ini hampir sama kayak sinetron Cinta Fitri, tidak habis-habis dan berlanjut ke beberapa season. Habis Gong 1 dengan jumlah episode yang sangat banyak itu, masih lanjut dengan Gong season 2. Sekarang baru saja selesai Gong season 3.

Itulah kenapa saya lebih memilih menonton filmya saja. Ya, film The Palace adalah filmisasi dari drama Gong. Meski demikian, film The Palace bukan merupakan bagian dari drama Gong. Film ini adalah cerita yang sama sekali berbeda dan tidak memiliki keterkaitan apapun dengan drama Gong. Meskipun cerita The Palace mengambil latar belakang intrik anak-anak Raja Kangxi, film ini sendiri lebih berfokus pada cerita kehidupan dayang istana, yaitu Chenxiang dan Liu Li.


Sejak kecil, mereka sudah diberitahu bahwa meskipun hanya sebagai dayang, derajat mereka bisa naik tingkat seandainya raja mengambil mereka menjadi selir, atau minimal menjadi istri dari salah satu pangeran. Dua sahabat ini, meskipun memiliki nasib yang sama, sifat mereka sama sekali berbeda. Dibanding Chenxiang yang tidak berharap menjadi istri dari salah satu pangeran karena dia cukup tahu diri, Liu Li justru sebaliknya, dia adalah orang yang sangat berambisi menjadi istri pangeran. Dengan memanfaatkan kepolosan sahabatnya, Liu Li berhasil terpilih menjadi calon istri.

Secara keseluruhan, saya suka sekali film ini. Meskipun happy ending, tetapi perasaan saya campur aduk ketika menonton film ini. Plot ceritanya tidak tertebak. Saya bisa mengerti bahwa bagi Chenxiang, Liu Li adalah segala-galanya. Tetapi menyerahkan orang yang dia cintai untuk sahabatnya, adalah hal terbodoh yang dilakukan Chenxiang. Saya mengerti jika awalnya dia melakukan itu adalah untuk menyelamatkan sahabatnya dari hukuman sang ratu, tetapi bahkan sampai di akhir film, sampai orang yang dicintainya sudah begitu dekat dengannya, Chenxiang masih saja menjadi gadis yang polos. Zhou Dongyu, pemeran Chenxiang, benar-benar telah membuat saya gusar setengah mati karena keluguan dan kepolosannya. Hampir di sepanjang film saya memakinya; ‘Bodoh! Bodoh! Bodoh!’


Seharusnya yang menjadi calon istri pangeran ketiga belas (disebut pangeran ke sekian saking banyaknya anak Kangxi :D) adalah Chenxiang dan bukannya Liu Li. Chenxiang bertemu pangeran ketiga belas di suatu malam. Mereka kemudian saling jatuh cinta. Tetapi saat itu Chenxiang menutup wajahnya dengan sapu tangan sehingga pangeran tidak mengenali wajahnya. Di saat yang sama, Liu Li baru saja dicampakkan oleh pangeran kesembilan.

Beberapa waktu kemudian, pangeran ketiga belas meminta ratu untuk mencari tahu siapa perempuan yang ditemuinya malam itu. Semua dayang dikumpulkan. Terjebak pada kondisi yang tidak menguntungkan, Liu Li menipu Ratu dan pangeran ketiga belas dengan mengaku bahwa perempuan yang ditemui pangeran ketiga belas malam itu adalah dirinya, sementara kenyataannya yang ditemui pangeran adalah Chenxiang.

Kalau boleh saya bilang, ceritanya hampir mirip dengan cerita Cinderella, di mana pangeran mencari siapa perempuan pemilik sepatu kaca sementara dalam film The Palace, sang pangeran mencari siapa perempuan yang menutup wajahnya dengan sapu tangan. Bedanya, film ini lebih menitikberatkan pada cerita persahabatan Chenxiang dan Liu Li. Kehadiran pangeran ketiga belas sebagai orang yang diam-diam dicintai oleh Chenxiang, adalah bagian dari menghadirkan sebuah pengkhiatan (konflik) persahabatan mereka.
Kaki perempuan keluarga kerajaan atau bangsawan dinasti Qing, yang  sengaja dibebat supaya kecil. Mereka memakai 'Flower Pot' Shoes. 
Buat penggemar film-film romance seperti saya, film ini highly recommended. Meskipun saya tulis kalau film ini mirip dengan Cinderalla, itu hanya di bagian pangeran yang tidak mengenal Chenxiang saja, selebihnya, ceritanya lebih dari itu. Bikin geram dan termehek-mehek saat menontonnya.

Film ini masih lumayan fresh, dirilis tahun 2013. Pemainnya masih muda-muda namun sangat berbakat. Peran dua aktris muda pemeran Chenxiang dan Liu Li, saya kasih dua jempol. Keren dan memukau. Mereka berhasil mengeluarkan aura karakter masing-masing. Chenxiang diperankan oleh Zhou Dongyu, dan Liu Li diperankan Zhao Li Ying. Di mata saya, Zhou Dongyu adalah titisan dari Vicky Zhou di masa depan, dan Zhao Li Ying adalah titisan dari Zhang Ziyi.  Karena film ini, saya jadi ingin melihat akting Zhou Dongyu dalam film-film lainnya.  

Aturan dalam istana
Saya mau menulis tentang ini sedikit saja :D

1.  Dalam film ini, para dayang disebut juga ladies-in-waiting. Ini sama seperti aturan di dinasti Joseon, di mana para dayang istana, selain bertugas melayani keluarga kerajaan, mereka juga menunggu kalau-kalau Raja akan menjadikan mereka sebagai selir. Mereka sangat menantikan akan dipilih oleh raja. Maklum, jika bisa terpilih, hidup mereka akan jauh lebih baik dibanding saat menjadi dayang istana. Bedanya, di dinasti China, dayang boleh menikah dengan pangeran atau keluarga kerajaan lainnya. Sementara di Joseon, dayang adalah milik raja sepenuhnya, tidak boleh menikah dengan anggota kerajaan lain selain raja meskipun raja tidak memilih mereka misalnya.

2.   Dayang dinasti China boleh meninggalkan istana pada umur ke-25 jika saat itu belum ada yang menikahi mereka, sementara dayang dinasti Joseon tidak demikian adanya, mereka adalah milik Raja sampai mereka mati. Tetapi saya agak ragu dengan aturan dinasti China soal boleh meninggalkan istana ini, sebagaimana yang terlihat dalam film ini. Betulkah demikian? Kalau di Joseon, memang benar begitu aturannya. Masih perlu baca-baca sejarah China lagi :D  


Moral of the Story
Karaker tokohnya memang terlalu hitam putih, Chenxiang yang terlalu baik, dan Liu Li yang (menjadi) terlalu jahat.  Hikmah yang bisa diambil dari film ini bisa dibilang sama seperti film putri-putrian ala Disney, yaitu tentang kebaikan yang akan selalu menang terhadap kejahatan. Nilai-nilai persahabatan juga menjadi poin utama. 

Rating: 4 out of 5.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

3 comments

Write comments

Instagram @fardelynhacky