… while stupidity has no
limits! *sambungan quote di atas, lol*
***
Terjadi kehebohan yang konyol di suatu hari Minggu sore,
seusai saya mengikuti diskusi di sebuah komunitas. Kehebohan
yang lumayan bikin (saya) ngakak saat saya mengingatnya lagi sekarang :D
Pada kehebohan di hari Minggu sore tersebut, adalah saya
sebagai tersangka utamanya. Ya, saya dengan tingkat kelupaan yang sudah kronis
sekali ini. Saya yang ceroboh, akibatnya nyaris orang se-RT yang menjadi heboh.
Well, rasa-rasanya, hampir sepanjang hidup
saya, saya melakukan kecerobohan. Yang paling parah adalah lupa. Lupa di mana
menaruh kunci motor, kunci rumah, telepon genggam, dompet … tak terhitung lagi
berapa banyak peristiwa ‘lupa di mana menaruh sesuatu’ ini terjadi.
Jika ingin ke kantor atau keluar dari rumah di pagi, saya sering
lupa semalam di mana saya menaruh kunci motor (memang suka digantung di satu
tempat biar nggak lupa taruh di mana, tetapi kadang saya lupa menggantungnya
*gubraks*). Atau, saat tiba di suatu tempat, kantor atau di manaaa gitu, begitu
mematikan motor di parkiran, saya langsung saja ngeloyor pergi tanpa mengambil
kunci motor. Tidak terlalu sering, sesekali sih, tapi cukup bikin panik ketika teringat
atau saat ketahuan tidak ada kunci motor di dalam tas. Bagaimana tidak panik?
Coba kalau motor saya––dengan kuncinya yang masih tergantung dengan manisnya di
setang sementara pemiliknya tidak ada––dilihat oleh seseorang yang punya niat
tidak baik, mungkin motor tersebut
langsung dibawa pergi. Seperti kata bang napi, kejahatan terjadi bukan
hanya karena adanya niat sang pelaku, tetapi juga karena ada kesempatan. Ingat…
ingat! *kemudian lupa lagi*
Tapi sejauh ini, meski ada beberapa kali saya mengalami
ketinggalan kunci motor di motornya, Alhamdulillah motor saya masih menjadi
milik saya *sujud syukur*. Kejadian paling sering adalah di kampus tempat saya
bekerja. Mungkin karena juru parkir di tempat saya bekerja itu menjaga sekali,
makanya belum ada kejadian buruk menimpa motor saya. (semoga jangan pernah!)
Bukan hanya di kampus, di tempat lain juga pernah dan sering, tapi saya sering
cepat sadar untuk memeriksa tas, apakah ada kunci motor atau tidak. Terakhir
kali saya ketinggalan kunci motor, itu kalau tidak salah sebulan yang lalu.
Kejadiannya di sebuah tempat––yang notabene bukan tempat kerja saya––saat saya
menghadiri sebuah undangan pernikahan seorang mahasiswi di kampus saya. Saya
memarkirkan motor di tempat sembarangan yang penting tidak menghalangi jalan
keluar motor lain, karena you know
lah bagaimana di tempat kondangan. Biasanya,
kalau di luar kampus, saya cepat sadar, tapi kali itu enggak. Saat datang, setelah
parkir motor, saya langsung ke tempat acara, makan besar, duduk-duduk sebentar
(menunggu waktu jeda sebelum makan cemilan kondangan :D), ambil telepon genggam
dari dalam tas, dan… tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang enggak ada dalam
tas.
Kunci motor saya enggak ada!
Setelah satu jam kemudian!
OhmaiGod!!! Saya panik sekali dan tanpa pikir panjang
langsung keluar dari ‘arena’ kondangan. Hilang sudah selera saya terhadap
cemilan yang enak-enak yang terpampang di meja prasmanan di depan saya dan
belum saya ambil.
Bayangkan, ini motor saya tinggalkan di tempat yang agak
terbuka, di pinggir di mana tempat orang-orang berlalu lalang, dan dengan kunci
masih ada di motornya!
Sangat menggoda orang yang berniat maling sekali!
Selama berjalan keluar dari tempat kondangan (mana jaraknya
agak jauh pula!), pikiran saya sudah tidak keruan. Cemas luar biasa. Takut jika
motor saya sudah tidak lagi di tempatnya. Oh my…
Dan ternyata… Motor saya sudah tidak ada lagi di tempat yang
saya taruh tadi! Diambil orang?
Ternyata bukan. Motor saya hanya berpindah tempat saja. Sepertinya
ada yang memindahkannya tadi (mungkin motor saya yang agak di pinggir
menghalangi jalan keluar motor lain, maka dipindahkan). Otot-otot saya yang
tadi menegang, kembali lemas, sambil mengucapkan syukur berulang-ulang.
Jadi, meski sejauh ini saya sudah mengalami kejadian tersebut
berulang-ulang, saya tidak bisa selalu mengandalkan keberuntungan yang masih
berpihak ke saya selama ini. Besok-besok
saya tidak boleh lagi langsung ngeloyor pergi saja tanpa memeriksa kunci motor
terlebih dahulu.
Nah, kasus lupa kunci motor yang terakhir adalah lupa kuncinya
di mana sehabis diambil dari motor. Mirip-mirip lupa dengan kasus di mana
menaruh kunci di rumah, bedanya, ini di luar rumah. Ini dua kasus yang seriiing
sekali terjadi, tetapi yang baru kejadian, meninggalkan cerita yang bikin
ngakak buat saya dan teman-teman yang hari itu menjadi saksi ketotolan saya.
Kehilangan kok bikin ngakak, sih?
Jadi, singkat kata, seusai diskusi tersebut, saat semua orang
bersiap pulang, saya kehilangan kunci motor. Periksa tas, kuncinya tidak ada,
dan yakin sekali bahwa tadi saya tidak memasukkan kunci motor ke dalam tas
(kan, lupa lagi!). Kalau begitu, kuncinya saya taruh di mana? Biasanya, tak ke
mana-mana, cuma saya pegang-pegang saja. Ketemu si anu, cipika cipiki, ketemu
si ono, cipika cipiki lagi … begitu seterusnya, dengan kunci motor tetap di
tangan saya. Sampai entah yang ke berapa orang saya cipika cipiki, sampai saya
duduk dan terlalu asyik mendengarkan orang-orang bertukar pendapat, sampai saya
lupa ingatan kalau saya memegang kunci motor dan entah terlepas di mana itu
kunci.
Tragisnya, saya baru ingat di mana kunci motor saya sesaat
kami semua hendak pulang. Saya mencari-cari, semua orang ikut mencari-cari.
Magrib menjelang setengah jam lagi, tetapi kami masih sibuk mencari-cari. Saya
merasa tidak enak sudah merepotkan banyak orang, tetapi secara penampakan saya
berusaha untuk tidak panik dan tertawa-tawa sambil mencari meskipun dalam hati
saya berkata ‘alamat tidak bisa pulang ke rumah sebelum magrib, nih’. Hari itu
saya membawa putra saya Abel.
Isi tas saya tumpahkan, tikar-tikar digulung, buku-buku dipindahkan,
barang-barang digeser, hasilnya nihil. Sesungguhnya saya merasa cemas meskipun
secara penampakan saya terlihat tertawa-tawa. Saya lakukan itu karena saya
mendengar seseorang menyarankan orang-orang––terutama yang duduk berdekatan
dengan saya––untuk memeriksa tas masing-masing. Saya tahu ide seseorang
tersebut itu bukan bermaksud untuk menuduh orang-orang mengambil kunci saya
(saya pikir untuk apa), tetapi siapa tahu saja ada yang silap memasukkan ke
dalam tas, begitu tambah seseorang tersebut. Saya makin merasa tidak enak ketika
orang-orang mulai memeriksa tas mereka. Tetap, hasilnya nihil.
Saya pasrah. Suami saya SS––yang saat itu sedang berada di
tempat jauh––menyarankan agar kami pulang dengan seorang teman yang rumahnya
searah dengan rumah kami. Minta tolong diantarkan oleh teman tersebut, ambil
kunci serap lalu minta tolong teman tersebut untuk mengantarkan saya kembali ke
tempat saya meninggalkan motor, begitu usul SS.
Sebut saja nama teman yang saya mintai tolong itu adalah
Jessica. Untung Jessica setuju dengan usul SS dan mau menolong saya sampai
semua urusan selesai. Mungkin dia kasihan juga melihat saya, lol.
Okay, problem’s fixed! Saya dan Abel bersiap naik ke motor
Jessica. Jessica memasukkan tangannya ke dalam tasnya untuk mengambil kunci
motor. Hap! Sekali menjulurkan tangan
ke dalam tasnya, kunci motor Jessica langsung keluar.
Tapi… tapi…
“Lho Jes, itukan… kunci motorku!”
Ya, kunci yang sedang berada dalam genggaman Jessica adalah benar
kunci motor saya!
Jessica tidak percaya. Kenapa kunci motor saya ada dalam
tasnya? Dia merogoh tasnya lagi, mencari-cari kunci motornya sendiri. Ketemu!
Jessica tidak percaya dong, ya. Bagaimana mungkin kunci motor saya di dalam
tasnya sementara tadi dia juga ikut memeriksa tasnya sebagaimana orang-orang?
“Eh kak, beneran tadi aku nggak nemu kunci kakak lho. Aku
sudah periksa tasku dan beneran nggak ketemu kunci lain selain kunciku. Tetapi
memang, aku nggak meriksa sampai ke kantong ini.”
Ekspresi Jessica seperti seseorang yang merasa… tertuduh. Apalagi beberapa orang masih tinggal dan menyaksikan adegan tersebut. Ketika
tadi orang-orang memeriksa tas mereka masing-masing, Jessica juga melakukan hal
yang sama.
Namun sebelum ketidakenakan terjadi lebih lanjut sehingga
bisa merusak hubungan kami di masa depan, saya melakukan ini:
“HAHAHAHAAAAAA….. Ya Allah Alhamdulillah. Ini tandanya Allah
masih sayang sama aku dan anakku Jes, yaiti dengan cara mengirimkan kunci
itu ke tasmu. Buktinya, tadi saat kamu memeriksa tasmu, nggak ada kunciku, kan?
Sekarang kenapa bisa ada? Itu pasti karena sesaat tadi sebuah keajaiban sedang
terjadi dan kita tidak tahu.”
Padahal kemungkinan yang terjadi adalah seperti ini:
Saat tadi kami sedang asyik duduk bersama di forum itu, karena
kecerobohan saya, bisa jadi kunci motor saya tercecer di dekat Jessica dan
karena kunci motor Jessica ada di dalam tasnya, bisa jadi Jessica mengira kunci
itu adalah kuncoi motornya, oleh karena itu dia memasukkan kunci tersebut ke
salah satu kantong dalam tasnya.
Atau, memang sempat terjadi keajaiban seperti yang saya katakan
pada Jessica.
Apapun itu, saya tetap berusaha untuk tidak membuat Jessica
menjadi seperti seseorang yang merasa tertuduh. Jadi saya merangkulnya,
mengajaknya tertawa, dan mengatakan bahwa peristiwa hari itu semoga menjadi
pelajaran agar tidak ceroboh seperti saya.
Tindakan sederhana sebetulnya, tetapi mudah-mudahan hal kecil
itu bisa membuat Jessica mengenyahkan rasa tidak enak di hatinya karena
peristiwa kunci motor tersebut.
Karena saya kan tidak enak jika dia merasa tidak enak.
Pusing, kan?
Saya juga pusing dengan kedodolan-kedodolan saya di atas.
9 comments
Write commentsciri khas sanguin emang gitu Eky :-D balik lagi ke karakter ya hahahah
ReplyOoo.. jadi memang sudah tabi'at ya? ahahah. Ingat waktu Kak Eki kehilangan kunci motor di Rumcay. Kita carilah kemana-mana. Akhirnya nemu di tas ya hari itu? :D
Replyhaha.. solusinya kak, kunci motor dipakekan tali gantungan, trus digantung di leher. ini kadang yang sering tina buat kak.. kecuali di rumah..
Replytalinya yang cuantik gitu.. haha
Aku juga sering kali lupa naruh kunci kAak. Pernah hari itu hampir telat masum kantor karena lupa narub kunci motor dimana
ReplyKalau bisa, digelangin aja kuncimotornya kak! jadi nggk kemana2 kuncinya :D
ReplyAku pikir cuman aku yang pelupa parah. Ternyata ada yang lebih parah lagi. Hahahahaha...
ReplyAda juga assesoris kunci yang bisa remote control hanya dengan Bersiulan alarmnya bunyi. Pernah lihat di Lion Air.
Replytapi enaknya orang gampang lupa itu biasanya awet muda loh mbaaa
Replykarena dia juga gampang ngelupain kesalahan orang lain #eaaaa
enjoy my blog: bukanbocahbiasa(dot)com
Hahahaha.. Saya juga punya cerita kejadian memalukan gegara kunci motor. Kapan2 ditulis ah.. hahahaha
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon