Apa yang terbayang olehku tentang angka sebelas?
Ini bukan perkara membicarakan kekeramatan angka seperti yang sudah menjadi kesepakatan umum terhadap angka tiga belas. Angka sebelas ‘lahir’ terlebih dahulu dari angka tiga belas yang penuh mistis itu. Sayang, ‘adik’nya yang bernama tiga belas selalu tidak diinginkan oleh orang-orang yang mendiami muka bumi ini, di mana pun mereka berada. Aiiih.. kenapa aku justru membiacarakan angka tiga belas, ya.
Sebelas
Buatku, angka sebelas merujuk ke beberapa hal yang istimewa. Di tahun yang akhirannya angka sebelas, mimpiku untuk mengunjungi negara selain negara yang bernama Indonesia, terwujud juga. Aku tidak sekadar berkunjung lalu pulang. Tuhan memberiku kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di negara tetangga; Thailand.
Sekadar mengingat kembali mimpiku sejak aku bersekolah di sekolah menengah umum di sebuah kecamatan di bagian selatan propinsi ini, kulafazkan mimpi yang ini; jika aku diberi kesempatan memilih negara mana yang sangat ingin kukunjungi di dunia ini, aku akan memilih Jepang. Rasanya tak perlu aku beberkan berbagai alasan menarik tentang Jepang yang sudah jamak diketahui khalayak umum sebab menjadi tak menarik ditulis oleh orang yang belum pernah ke sana. Hingga aku bekerja dan menjadi seorang ibu, aku masih memiliki mimpi tersebut.
Daaann...pertengahan tahun 2011 lalu, aku dihempas pada kenyataan yang bertolak belakang dengan mimpiku. Aku tidak punya pilihan lain selain Thailand. Pertama, aku lulusan universitas yang dalam hal menjalin kerjasama mengirim lulusaannya ke luar negeri, adalah salah satunya dengan Thailand. Kedua, beasiswa untuk jurusanku yang tersedia di kas pemerintah daerah hanya ditujukan ke negeri gajah putih ini. Maka, kunikmati perjalanan indah di beberapa tempat di wilayah Thailand. Kusaksikan budaya yang sama sekali berbeda dengan daerah asalku.
Bahwa mimpi mengunjungi negeri sakura, itu adalah benar. Tapi mengenang apa yang telah aku dapatkan, tak henti rasa syukur ini kupohonkan. Aku mengumpulkan banyak energi positif lalu kusimpulkan; mungkin Tuhan memintaku singgah di negeri gajah putih terlebih dahulu sebelum akhirnya kujejakkan kaki di atas salju putih. Melihat ungunya bunga Jacaranda sebelum akhirnya kutatap langsung bunga Sakura. Tuhan memang sangat baik. Dia menata hidupku seperti yang kuinginkan. Membelokkan skenario yang kadang tak bisa kutebak jalan ceritanya.
Kembali ke angka sebelas dengan apa yang terbayang olehku dengan angka ini.
Sebelas mengingatkan aku pada tiga orang terkasihku. Suamiku, adik perempuanku, dan adik laki-lakiku. Mereka lahir di bulan yang sama, bulan yang kesebelas tapi memiliki sifat yang sama sekali tidak sama. Mereka hanya dihubungkan oleh bulan yang sama aku mengucapkan; selamat mengenang hari lahir, bertambah setahun usiamu, bertambah berkah hidupmu.
Deretan angka kedua di bulan kesebelas, itu tertera di akte kelahiran adik perempuanku. Dia yang di kampung digelari Hema Malini, aktris India yang tenar di tahun 70-an sampai 80-an, karena memiliki wajah India dengan hidung yang runcing menunjuk ke depan. Pun namanya juga Hema. Apakah sejak lahir dia sudah ber-rupa India hingga akhirnya ayahku memberinya nama seperti nama aktris India yang cantik tersebut, aku tak tahu. Pun, tak pernah kutanyakan hal ini pada ayah dan ibu. Si cantik tapi tak pernah tersenyum dan sombong, begitu orang menilai adik perempuanku yang memang benar adanya dia sulit jika diminta menarik sedikit ke samping bibirnya, sulit diajak berkomunikasi terutama oleh orang baru kenal. Tapi aku selalu menyayanginya.
Sepuluh hari kemudian, angka dua belas di bulan yang sama di sepuluh tahun selisih waktu antara antara tahun kelahiran adik perempuanku dengan adik laki-lakiku, adalah tanggal aku mengenang hari lahir adik laki-lakiku. Dia masih bersekolah di sebuah sekolah menengah umum negeri di kampungku. Si kribo pemalu tapi tetap ramah pada siapa saja ini adalah adik bungsu yang padaku ayah menitipkan amanah; jika nanti ayah pensiun atau jika Allah memanggil ayah sebelum ayah sempat menguliahkan adikmu, ayah titipkan dia padamu. Berilah dia pendidikan yang layak sesuai dengan kemampuannya. Adik bungsu laki-lakiku ini, tidak bodoh. Dia sama seperti anak-anak pada umumnya. Hanya saja kemampuannya menerima pelajaran dari sekolah tidak sama seperti anak-anak lainnya. Sewaktu kecil aku sudah melihat gelagat itu. Aku mencoba menstimulasinya dengan mengajarinya kembali pelajaran yang dia dapat di sekolah berdasarkan buku yang dia bawa pulang. Orangtuaku tidak sempat melakukan itu. Bahkan pada kami semua. Sampai usahaku terputus ketika ayahku membawanya jauh ke sebuah daerah bertugas baru; Lombok. Aku sangat menyayangi adik bungsu laki-lakiku itu. Aku selayak ibu baginya. Kini, di sela banyak doa yang kupohonkan pada sang Kekasih, salah satunya selalu kuminta agar Kekasihku memudahkan rezekiku untuk bisa menyekolahkannya kelak. Seperti pesan ayah, pendidikan yang layak dan sesuai dengan kemampuannya.
Juga pada bulan kesebelas, sejak hampir empat tahun belakangan ini, selalu kutitip doa dan pesan cinta pada setiap tanggal delapan, untuk kekasih duniaku dan semoga menjadi kekasih akhiratku kelak. Meski doa dan pesan cintaku untuknya tak pernah putus kupohonkan. Bertunas. Semakin besar. Meninggi. Bercabang. Beranting. Berbunga. Berbuah. Sesekali daunnya jatuh karena tua. Kami mengibaratkan itu prahara yang hilang dengan sendirinya. Sejak awal menikah, kami berkomitmen, apapun yang menjadi ganjalan hati dan persoalan yang berhubungan ke arah tidak baiknya hubungan ini, jangan dibiarkan sampai berhari. Jangan dikira cinta ini tiada perkara. Tapi selalu kembali ke komitmen awal. Kalau semua bisa dibicarakan, kenapa harus didiamkan?
Akhirnya, aku tak lupa mengucapkan syukur pada Tuhan yang Maha Baik. Dia telah menuntun hidupku di jalan yang baik. Memberiku orang-orang terkasih yang baik. Dan semoag semua akan berjalan baik-baik saja.
Sebagai penutup di tulisan tentang ‘sebelas’, bagi yang sudah membaca, kuberikan hadiah berupa sebelas pesan manis yang sebaiknya tidak kau lakukan :)
Sebagai penutup di tulisan tentang ‘sebelas’, bagi yang sudah membaca, kuberikan hadiah berupa sebelas pesan manis yang sebaiknya tidak kau lakukan :)
7 comments
Write commentsAnak2 FLP yang Lia kenal, semua ingin ke Jepang. Lia gak tau alasannya, tapi menurut Lia, pasti Jepang sangat2 indah dibanding negara lainnya khususnya bagi kakak :D
ReplyJepang menjadi negara impian saya sejak belum mengenal apa itu FLP:)
Replytapi jangan dijadikan kepercayaan ya, mbak, soalnya angka 11 itu, hehe... oya, Leonardo Di Caprio jg lahirnya tgl 11 November, wkwkwkwk
ReplyInsya Allah, mbak.
Replypenggemar Leonardo juga rupanya, ya. saya yang juga menyukai dia aja gak tau dia lahir tanggal 11 November, tanggal yang sama dengan my hubby :)
wah kalau mbak angka sebelas... sedangkan aku angka 7. Bukan hanya lahir pada tanggal 7 bulan 7.Tetapi buanyak bgt kisah tentang angka 7 :D
Replybtw .. samaan niy mbak kita. Aku jg pas SMA bermimpi pengen kuliah di Jepang. Tp ternyata takdir menuntunku ketempat lain :D ...eh bener, dapet jodoh di tempat itu. So percaya lah mbak. Allah itu mempunyai rencana yg terbaik untuk kita;)
mbak, angka sebelas memang ajaib kok mbak, bahkan perkaliannya gak perlu dihapal dan dihitung njlimet :D
Reply@Ichaawe:
ReplyMemang Allah maha baik, ya mbak. Setiap kita tentu punya tanggal istimewa yang memiliki makna. Tapi seperti kata mbak Leyla, jangan sampai jadi kepercayaan, hehee
@Amalia:
mungkin karena terdiri dari dua angka satu ya mbak, yang setiap perkaliannya menghasilkan angka yang dikalikan tersebut
ConversionConversion EmoticonEmoticon