Hari Pertama #10daysforASEAN
Selama
dua tahun saya tinggal di Thailand, satu hal yang membuat saya terkagum-kagum
dan salut dengan orang-orang Thailand adalah kreatifitas mereka yang nggak ada
matinya. Ditambah dengan promo dan labeling yang nggak tanggung-tanggung,
maka hasil-hasil kreatifitas tersebut seperti mendapat tempat yang layak di
masyarakat; masyarakat Thailand sendiri bahkan di luar Thailand seperti di
kawasan Asia Tenggara. Coba tanya pada para pelancong, apa yang paling mereka
ingat kalo ngomongin soal Thailand? Negara dengan surga buah, surga kuliner, surge
rempah-rempah dan surga kecantikan. Ya, Thailand sangat terkenal akan salon dengan Thai Massage-nya. Sebagaimana produk-produk lainnya yang sudah mendapat good labeling di
kawasan Asia Tenggara, bukan tidak mungkin promo produk kecantikan ini
memengaruhi pasar kecantikan Asia Tenggara dan menjadi produk yang diincar. Padahal,
semua ‘surga’ yang saya tuliskan tersebut, ADA DI NEGARA KITA. Contoh yang
paling dekat tema di hari pertama #tendaysforASEAN ini adalah dunia kecantikan.
Sebut saja nama-nama brand salon di Indonesia seperti Rudy Hadisuwarno,
rumah kecantikan Martha Tilaar, Mustika Ratu, Rumah Cantik Citra, dan banyaaaak sekali brand
salon asli Indonesia, dan pastinya menggunakan bahan-bahan yang asli dari
Indonesia juga dong.
Etapi,
gimana nih, AEC (ASEAN Economic Community) udah di depan mata, dan
ujung-ujungnya adalah produk-produk Indonesia bakal punya saingan berat dengan
tetangga. Seperti yang telah dirumuskan bersama, salah satu elemen penting pada
AEC yang notabene menekankan pada segi ekonomi adalah menetapkan ASEAN
sebagai sebuah pasar tunggal dan basis produksi dalam rangka menciptakan ASEAN
yang lebih dinamis dan kompetitif seperti; memfasilitas pergerakan bisnis
perorangan, skill, dan kemampuan.
Nah, khusus untuk pasar tunggal dan basis produksi ini, ASEAN menetapkan lima
elemen penting untuk dilaksanakan bersama yaitu; free flow goods, free
flow of services, free flow of investment, free flow of capital,
dan free flow of skilled labour. Nah lho, melihat lima ‘bebas’ ini, kita
mesti siap-siap diserbu berbagai barang/jasa dari negara tetangga. Selama ini,
negara tetangga yang menjadi ‘penyerang’ nomor wahid kita adalah Singapura.
Membanjirnya produk-produk dari Singapura mungkin lebih terasa di daerah-daerah
kepulauan yang telah memiliki kebijakan pasar bebas, seperti Sabang dan Batam
misalnya. Yeah…yeah…mau gimana lagi, kita tidak bisa juga
sepenuhnya menyalahkan negara tetangga itu, lha wong barang-barang mereka ada
di sini justru karena permintaan orang Indonesia.
Akhir-akhir
ini kawasan Asia Tenggara seperti terpusat ke negeri yang dijuluki Negeri Gajah
Putih, Thailand. Ibukota negaranya aja, Bangkok, disebut-sebut sebagai kota
tersibuk di Asia Tenggara. Dengan keadaan demikian, dengan latar belakang banyaknya
‘surga’ seperti yang saya sebut di atas, bukan tidak mungkin Thailand akan
menggeser posisi Singapura sebagai negara ‘penyerang’ di negara kita.
Tahun
2015 itu nggak lama lagi lhooo, bukan saatnya lagi kita berleha-leha, bersantai-santai…dan
tadaaa…tau-tau kita udah berada di tahun 2015. Dan tau-taunya lagi, di sekitar
perumahan saya, dan Anda-anda semua, warga Indonesia, sudah berdiri salon yang
yang dimiliki oleh orang Thailand. Nah, bagaimana kita menyikapinya? Untuk
menolaknya, tentu saja tidak mungkin, kan nanti ceritanya kita udah di era pasar
bebas ASEAN. Yang lebih penting lagi, mereka punya tenaga dan ahli-ahli
kecantikan yang professional, mumpuni, dan bersertifikat internasional. Kita? Tenaaang
manteman, kita juga punya kok, tenaga dan ahli-ahli kecantikan yang professional
dan mumpuni. Entah kenapa saya memiliki keyakinan bahwa kita sangat siap untuk bersaing.
Sekarang, kalau begitu kenyataannya, siapa yang akan menentukan persaingan ini?
Itu pada saya dan Anda, sebagai konsumen yang menggunakan barang/jasa yang
terhampar di depan mata.
Saya
sih bukan orang yang sering pergi ke salon, palingan kalo ke salon cuma buat
mangkas rambut doang. Tapi ketika sudah dihadapkan pada banyak pilihan, apalagi
ceritanya kita lagi saing-saingan nih dengan negara tetangga, maka hal pertama
yang menjadi pertimbangan saya adalah menggunakan barang dan tenaga dari dalam
negeri. Kita memang tidak bisa menampik keberadaan salon-salon Thailand
tersebut. Hal terkecil yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini dalam rangka
meingkatkan persaingan adalah dengan memilih menggunakan tenaga ahli dari
negeri sendiri. Memang terkesan tidak ada apa-apanya, tapi jika setiap individu
memiliki ide seperti ini, tentu akan menjadi apa-apa dong, ya. Seperti teori
ekonomi mengatakan bahwa barang/jasa tersedia karena adanya permintaan. Nah,
kita bisa meminimalisir permintaan ini dengan beralih menggunakan jasa dan
tanaga ahli asli Indonesia.
Kita
mesti belajar dari orang Thailand. Mereka itu sangaaaat bangga sekali dengan
negaranya. Menghormati rajanya, menggunakan produk-produk negara mereka
sendiri, dan mempromosikan produknya ke negara-negara tetangga. Jika ditambah
kita yang juga ikut menggunakan barang/jasa mereka, maka semakin berjayalah
salon mereka. Di dalam mereka berjaya, di luar pun begitu juga.
Selain
itu, hal yang tak kalah penting lagi adalah inovasi yang tiada henti-henti. Pelayaanan
sudah bagus, secara tempat sudah oke, dan secara tenaga ahli juga sudah mumpuni,
meski ditunjang juga dengan keinginan untuk selalu mengembangkan diri dan
memunculkan hal-hal yang baru dan kreatif.*
6 comments
Write commentsKita juga harus bangga sama barang-barang dalam negeri ya kak, mulai dari make kosmetik sampai milih salon kecantikan.
ReplyGoodluck kak Eqi, tulisannya bagus ^^d
Iya fus, dari rasa banggalah nantinya akan melahirkan 'good labelling' akan barang dan jasa dari Indonesia.
ReplyMakasih nufus ^_^
berarti salon thailand udah berdikari dong, menggunakan produk dalam negeri gitu
Replykalau indonesia kebanyakan masih suka produk luar negeri, terutama salon2 yg terkenal, jadi miris...
saya cinta produk Indonesia
Replyklo di eropa produk Indonesia itu mahal loe
Mesti bangga dengan produk dan tenaga dari negara sendiri ya mbak.Mudah2an jika AEC berjalan, Indonesia tidak kalah bersaing dengan Thailand ya :)
Replyterimakasih informasinya
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon