Begini kira-kira gambaran suasana politik Indonesia tahun 2014 :D Credit |
Well,
ini bukan postingan tentang politik meski yang mau disasar sedikit
bersinggungan dengan dunia politik Indonesia tahun ini :D
Dibanding tahun-tahun sebelumnya terkait
suasana dunia politik dan media sosial, mungkin ini tahun yang paling hectic, terlebih karena hanya
ada dua pilihan, jadi semua seperti terbelah. TV terbelah, ulama terbelah,
aktifis sosial dan keagamaan terbelah, masyarakat kelas atas terbelah,
sementara masyarakat kelas bawah (mungkin) tak tahu apa-apa. Yang penting bagi
mereka adalah bagaimana bisa mempertahankan hidup. Setiap orang
menjagokan dukungannya masing-masing. Kalau saya lihat, ini persis seperti
suasana jelang final Piala Dunia atau final sepakbola liga tertentu. Saya bukan
penggemar bola, tapi ini berdasarkan hasil pengamatan pada tingkah suami saya
yang penggemar berat bola. Kalau jagoan temannya kalah, wuiiih…suami saya
sampai meneror-neror temannya, sementara kalau jagoannya yang kalah, defensif banget melakukan pembelaan ini itu.
Begitulah cara masing-masing menjagokan
idolanya, terkadang apa yang disampaikan, sudah di luar logika. Ditambah dengan
kenyataan bahwa semakin ke sini, perkembangan media sosial semakin memberi
ruang kebebasan untuk berpendapat. Semua orang bebas mengemukakan pendapatnya
atau ulasannya, termasuk soal apa yang disuka atau tidak disuka. Perang tulisan
terjadi di dunia maya, antara dua kubu, baik ditulis di status medsos maupun
dirangkum di blog. Mulai dari tulisan-tulisan yang menilai secara
objektif, tulisan tendensius, sampai ke tulisan-tulisan provokatif.
Saya memang memilih dan mendukung salah
satu program capres waktu itu, tetapi saya bukan pendukung garis keras apalagi
relawan. Dengan Bismillah, sebagai warga negara yang baik, saya putuskan untuk
memilih salah satu. Saya juga bukan penggemar fanatik gila dua tokoh ini,
sehingga saya tidak menutup mata jika menemukan tulisan bagus (tidak tendensius
apalagi provokatif) yang ditulis oleh teman yang pilihannya berseberangan
dengan saya.
Ohya, ada yang lucu akhir-akhir ini.
Pendukung dua bilang pendukung satu belum move
on, kerjanya selalu menjelek-jelekkan pendukung dua, bahasannya melulu
menyinggung-nyinggung atau menyindir pendukung dua. Sebaliknya, pendukung satu
bilang pendukung dua belum move
on, kerjanya selalu menjelek-jelekkan pendukung satu, bahasannya melulu
menyinggung-nyinggung atau menyindir pendukung satu. Padahal tidak ada bedanya.
Sama saja. Aduhai, sudah bosan rasanya, sampai hari ini masih saja segala
sesuatu dihubungkan dengan satu atau dua. Maka akhir-akhir ini saya ebih senang
membahas tentang buku saja.
Meski demikian, saya tetap senang
membaca tulisan-tulisan politik yang menilai segala sesuat secara objektif.
Sebagai evaluasi akhir tahun, saya mencatat beberapa blogger yang tulisannya
selalu saya baca sejak masa pemilihan presiden hingga hari ini. Ini sedikit di
antaranya:
1. Rinaldi
Munir (www.rinaldimunir.wordpress.com)
Saya tidak sengaja ketemu blognya di awal tahun ini, membaca
beberapa tulisannya dan langsung suka. Beliau adalah seorang dosen di ITB.
Setiap kali beliau meng-update tulisan
di blognya, hampir bisa dipastikan saya selalu membacanya karena saya follower blognya. Beliau adalah pemilih
Prabowo, namun tidak pernah menjelek-jelekkin Jokowi. Beliau adalah simpatisan
sebuah partai Islam, tetapi dengan besar hati beliau pernah mengakui kealpaan
partai ini dalam sebuah tulisannya. Terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
saat ini, meski kadang beliau tidak menyetujuinya misalnya, tetapi beliau tetap
menulis hal-hal positif di baliknya. Salut sekali saya sama Bapak
ini. Saya tidak mengenalnya, apalagi berteman di facebook. Saya hanya
sekadar pembaca blognya saja, itu saja.
2. Maya
Lestari Gf (www.mayalestarigf.com)
Basically, Maya Lestari Gf bukan
penulis yang suka menulis bahasan politik. Beliau penulis buku. Tetapi pada
satu kesempatan, beliau pernah menulis tentang salah satu program Jokowi di
blognya, dan beliau sangat mendukung program tersebut. Sebuah tulisan yang
menurut saya ditulis secara objektif, jauh dari kesan maksud-maksud tertentu
apalagi berisi kampanye agar pembaca memilih orang yang programnya diulas dalam
tulisan tersebut. Tidak ada sama sekali. Status-status beliau nyaris bersih
dari bahasan politik. Selalu menyenangkan membaca tulisan-tulisan penulis dari
Sumatera Barat ini.
3. Jihan
Davincka (www.jihandavincka.com)
Seorang ibu dengan dua anak yang sedang bermukim di Irlandia.
Beliau ini pendukung garis keras Jokowi, tetapi tidak pernah menjelek-jelekkin
Prabowo. Bahkan beliau pernah menulis kelebihan-kelebihan Prabowo di blognya.
Seorang ibu yang heboh banget di dunia maya (bahkan terkenal lho), tetapi
hebohnya Jihan adalah heboh menebar kasih sayang dan cinta. Status-statusnya
(yang kemudian menjadi tulisan di blog) lumayan panjang, harus tahan-tahan
kalau membacanya, soalnya suka dibawa ke mana-mana dulu, hehee…
Hmm… siapa lagi ya. Sebenarnya saya
ingin memasukkan nama salah satu blogger favorit saya; Yusran Darmawan, dalam
daftar di atas. Tapi, tulisannya agak terlalu memihak Jokowi. Saya pikir tidak
masalah memihak asal jangan terlalu. ‘Terlalu’ kadang bisa berefek tidak baik.
Apa yang saya takutkan akhirnya terbukti, di mana pada suatu hari beliau (Bang
Yusran) pernah membuat status menyindir Prabowo. Hanya sekali itu saja memang,
tapi membuat saya tidak jadi memasukkannya sebagai penulis politik yang
objektif, hehe. Semoga saat itu beliau sedang khilaf :D
Sebenarnya lagi, ada beberapa
teman di friendlist facebook yang kalau menulis status bertujuan untuk
mendamaikan, bukan memanas-manasi apalagi membenci. Mereka melihat dunia,
melihat fenomena, tidak berdasar hitam dan putih saja. Mereka adalah
orang-orang yang berpikiran terbuka. Memiliki teman-teman seperti mereka,
rasanya sangat menyenangkan.
Semoga Indonesiaku senantiasa damai
selamanya.
Selamat menyambut tahun baru 2015.
2 comments
Write commentsAamiin, semoga yang terbaik selalu diberikan untuk Indonesia kita :)
ReplyAamiin
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon