Almost Done



Rasanya tak percaya aku sudah berada di ujung waktu seperti sekarang ini. Aku masih ingat ketika aku memutuskan untuk menerima ‘perintah’ melanjutkan kuliah. Di tempat aku bekerja memang mengharuskan kami untuk melanjutkan kuliah lagi. Antara senang dan gamang. Senang karena aku tidak harus melalui serentetan tes yang berat untuk sampai ke sini. Gamang karena aku mulai menyadari bahwa duniaku tidak seharusnya di sini. Tapi soal itu akan kutuliskan kapan-kapan di postingan lain yang membincang soal minat.

Meski bukan di Eropa atau Amerika, tetapi aku tidak mengira bahwa kuliah di Thailand itu mudah. Ah, mungkin saya yang terlalu bodoh sehingga ini terasa tidak mudah. Meski demikian saya masih ingat pesan dua orang ketika membincang soal kesulitan hidup, dulu sekali.

“Mencari ilmu memang tidak mudah. Terkadang kita harus melalui jalan yang berliku, berlubang, bahkan ada duri di tengah jalan. Tetapi belum pernah dalam sejarah, ada yang mati karena tidak mampu bertahan di jalan tersebut.”

Pesan ini kemudian menjadi kalimat andalanku ketika aku menghadiri farewell party dengan teman-teman Indonesia, baru-baru ini :D

Atau, pesan dari usatazah-ku ketika aku masih mahasiswa S1 dulu;
“…ini memang tidak mudah, tetapi tidak ada yang tidak mungkin.”
Jleb banget.

Aku pernah hampir menyerah (jangan dikira aku tidak pernah lho :p), tetapi aku ingat lagi kata-kata di atas. Yang paling penting, aku masih ingat bahwa aku sudah berjalan sejauh ini. Maka berhenti di tengah jalan, adalah berarti aku harus mundur dari jalan ini dan kembali ke titik awal lagi, yang berarti lagi aku harus melalui banyak lika-liku lagi, jalanan berlubang lagi, bahkan duri yang telah aku tinggalkan di belakang. Dan itu tentu lebih menyakitkan dibanding ketika pertama kali aku melaluinya. Maka… hosh… hosh… hosh… aku mencoba untuk bertahan.

Ketika kemarin aku membaca status temanku tentang perjuangan hidup, aku langsung menunjuk diri sendiri;

“Hidup adalah perjuangan. Meuhambo, meusempom, meugulei, meutunggeng, meurungkhom, adalah proses yang harus dilalui.” à Bahsa Aceh sebagian.

Artinya;
“Hidup adalah perjuangan. Berserakan, terjatuh, bergulingan, bertunggingan, berebutan (masalah yang datang), adalah proses yang harus dilalui.”

Yeah… terasa banget bagaimana di waktu-waktu kemarin ketika kaki seolah-olah di kepala dan kepala seolah-olah di kaki. Mungkin setelah ini, aku perlu membeli bantal leher. Lebay ya, padahal ada banyak orang yang hidupnya lebih susah di luar sana. Masih mending punya kaki walau sesekali jungkir balik. Namun mereka yang tidak punya kaki?  *langsung mohon ampun

Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi support luar biasa. Terima kepada para Ajarn yang telah begitu sabar menghadapi mahasiswa payah dan ‘pembangkang’ seperti saya.





This way is almost done… sedikiiiit lagi, aku akan sampai di ujung sana.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
Una
AUTHOR
29 Oktober 2015 pukul 18.46 delete

Heeeee keren Mbaaa... semangattt! Mbak kapan-kapan aku tanya tentang S2 di LN yahhh

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky