Cerita reuni dua sahabat belum berakhir, karena, selain dua sahabat itu (ternyata)
masih masih bertemu dan berkumpul lagi,
sesungguhnya ini bukan hanya soal pertemuan dua sahabat saja. Reuni dua sahabat
beberapa waktu lalu itu adalah sekaligus menjadi ajang berkumpulnya dua
keluarga; The Syarif’s Family dan The Stoltzfus Family. Ya, karena dua sahabat
itu sudah punya tanggungan sekarang :D
***
The Syarif dan The Stoltzfus senior |
The Syarif dan The Stoltzfus junior, hahaa |
Yang paling excited dengan gathering dua keluarga ini adalah Michael Stoltzfus (Mike) dan Salmi Syarif, suami saya. Tetapi yang tak kalah gembira adalah anak-anak kami. Abel, putra saya, sudah kenal dengan anak-anak Mike di pertemuan pertama kami sebelumnya. Apalagi anak tertua Mike, Timmy, adalah laki-laki. Nah, makin senanglah putra saya karena dia bisa bermain dengan sesama anak lelaki. Soalnya semakin bertambah umur, putra saya dengan sendirinya semakin mengurangi intensitasnya bermain dengan anak-anak perempuan. Dia sudah tahu malu. Tidak pernah saya minta sih, dia sadar sendiri.
Sudah dua
kali kami ke rumah Mike, dan dia selalu punya permintaan khusus yaitu agar kami
mau menginap di rumahnya. Kami tentu senang-senang saja :D
Istri Mike,
Lia Stoltzfus, adalah seorang Indonesia tulen, sama seperti The Syarifs yang
Indonesia tulen tetapi berwajah agak ke-India-India-an, haha. Ajang reuni suami
saya dengan Mike, sekaligus menjadi momen pertemuan pertama saya
dengan Lia Stoltzfus. Ramah dan bersahabat, begitulah kesan yang bisa tangkap
saat pertama kali Lia menyambut dan menjamu kami sebagai tamu di rumahnya.
Maka, pada gathering kami
selanjutnya, saya dan Lia tiba-tiba sudah menjadi seperti dua sahabat,
sebagaimana Salmi dan Mike.
Jika Salmi
dan Mike Lia banyak bercerita tentang pekerjaan masing-masing sambil sesekali
menyelenginya dengan flashback ke masa lalu mereka, maka bahan obrolan
saya dengan Lia adalah obrolan dengan tema emak-emak banget. Sebagai istri dari
warga Amerika yang tidak tinggal di negara sendiri maupun di negara si suami,
ditambah dengan kenyataan orangnya sama-sama bawel seperti saya, alias
banyak-omong-kadang-susah-berhenti, maka sesekali bertemu perempuan Indonesia
juga, membuat Lia senang sumringah bukan kepalang, sehingga hal ini membuat
kami saling bersahut-sahutan seperti burung saat berbicara :D Tentu saja Lia yang
lebih mendominasi pembicaraan kami, dan saya senang mendengar ceritanya. Menikah dengan orang asing dan tinggal di
negara lain, membuatnya memiliki banyak cerita. Tentu saja, cerita ala
emak-emak yang menjadi istri WNA.
Berbeda dengan saya, topiknya–mungkin–biasa saja jika dibahas oleh dua
emak yang Indonesia banget. Apalagi sejak menikah, Lia memutuskan menjadi full-time-stay-at-home
mother, maka saya yang working mom ini cukup menjadi pendengar yang
baik saja. Meninggalkan segala kenyamanan hidup di Jakarta dan kesenangan hidup
ala anak muda ibukota, lalu memutuskan
menikah dengan WNA, kemudian tinggal pula di daerah tradisional Thailand, tentulah
tidak mudah buatnya. Namun dia tetap menjalaninya dengan bahagia. Setidaknya
begitu yang bisa tangkap ketika melihat binar matanya.
Lebih jauh
lagi, saya belajar banyak dari keluarga ini tentang bagaimana mereka keep struggling hidup di negara yang
bukan negara salah satu dari mereka. Apalagi, anak mereka banyak. Sudah tiga,
dan akan menyusul empat nih :D Nyaris setiap tahun mereka punya anak, maka
nyaris setiap tahun pula mereka harus ke ibukota negara ini, mengurus segala dokumen untuk anak-anak.
The Stoltzfus formasi lengkap. Foto diculik dari FB Mike :D |
Putra saya
Abel, lebih kurang sama seperti emak dan ayahnya. Bergabung dengan The
Stoltzfus lalu mereka sibuk dengan dunia kanak-kanak mereka. Bermain, bermain,
dan bermain. Timy, Tia, dan Rafa–dua dari mereka memiliki nama panggilan yang
sangat Indonesia sekali–mewakili The Stoltzfus, sementara Abel mewakili The
Syarifs. Di rumah mereka, tersedia banyak sekali mainan anak. Mereka
memang menyengajakan tidak membeli TV. Sebagai gantinya, mereka menyadiakan banyak
mainan dan buku-buku. Sebagian besar mainan dan buku-buku tersebut dibawa dari
Amerika saat mereka pulang ke kampung halaman Mike di Pennsylvennia.
Putra saya
sama ributnya seperti emaknya, maka seorang Abel hampir setara dengan tiga The
Stoltzfus. Rameee lah pokoknya :D
2 comments
Write commentsaakkk senengnya maen2 dipantai sambil piknik bareng
Replylucu lucu dan nggemesin semua. hehehe memang nggak mudah, menikah dengan WNA dan meninggalkan negeri sendiri. pengalaman. hehehe
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon