Konsulat RI di Songkhla |
Meski gagal berbuka puasa di konsulat karena Tuk Tuk yang mogok di perjalanan,
sejatinya saya dan teman-teman satu tuk tuk mogok tersebut tetap mengikuti
kegiatan berbuka di konsulat, tentunya setelah berbuka ala kadarnya terlebih
dahulu di perjalanan. Kami sampai di
konsulat ketika teman-teman lainnya akan bersiap-siap melaksanakan salat magrib
berjamaah.
Acara
‘party’ buka bersama di konsulat terbagi dalam dua sesi; sesi pertama
adalah sesi berbuka dan sesi kedua adalah sesi makan malam. Sesi berbuka tentu
sudah tahu lah ya, hehee. Pada sesi pertama kita biasanya disuguhi aneka minuman
untuk berbuka (air putih, kopi, teh, dan aneka minuman buah yang manis-manis)
serta ragam kudapan ala Indonesia. Tidak lama kemudian dilanjutkan dengan salat
magrib berjamaah.
Saya
dan beberapa teman yang kebagian tuk tuk mogok hari itu, otomatis menjadi
peserta paling telat mengikuti sesi pertama. Untungnya, salat magrib baru
ancang-ancang dilaksanakan, jadi kami masih bisa icip icip dulu, walaupun dengan
makanan sisa, hahaaa. Tetap disyukuri masih bisa berkumpul dengan WNI di tempat
ini.
Setelah
itu kami bergegas melaksanakan salat magrib berjamaah.
Selepas
magrib, kami melanjutkan sesi kedua, yaitu makan malam. Menu kali ini agak
lebih ‘sederhana’ dibanding menu-menu berbuka tahun lalu. Di meja prasmanan tersedia pilihan makanan berupa nasi putih, ikan kembung goreng, sawi putih
tumis, dan lalap. Hah? Menunya kok dikit banget? Begitu pertanyaan saya...
dalam hati :D Ya, dalam hati saja, mana berani bertanya ke sesiapa, bisa-bisa
saya dipentung, hahaa… Tapi untungnya masih ada soto di meja prasmanan lainnya
*balada pencari makanan enak-enak :v :p*
Saya
mencicipi menu yang dimasak oleh juru masak konsulat tersebut. Selain ada
perubahan menu dalam hal jumlah, saya juga merasa menu malam itu sangat TIDAK
Indonesia sekali. Sawinya dimasak ala Thailand dan sotonya sangat terasa bumbu
Thailand. Saya baru sadar, ternyata juru
masak konsulat yang sekarang adalah warga Thailand. Ini berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, yang mana juru masaknya adalah seseorang yang didatangkan dari
Indonesia. Bu Sri namanya. Di kalangan mahasiswa dan WNI di Songkhla, masakan hasil
racikan Bu Sri ini terkenal enak. Walapaun
Bu Sri ini berasal dari pulau Jawa, tetapi beliau bisa memasak hampir semua
makanan khas Indonesia. Tapi puasa kali ini, beliau sudah tidak lagi bersama
kami. Ah, saya jadi rindu masakan beliau. Tapi ya sudahlah, apapun kondisinya,
semua harus tetap disyukuri kan ya :D
Selain
Bu Sri yang sudah kembali ke kampung halamannya di Indonesia, Pak Konsul
sebelumnya, Bapak Heru Wicaksono, juga sudah kembali ke Indonesia karena pensiun.
Bisa dibilang suasana Ramadan kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Mungkin,
ganti atasan ganti kebijakan kali ya, hehee…
Dengan
Konsul sekarang, terus terang ini pertama kali saya bertemu beliau. Beliau
sudah bertugas sebagai Konsul di Songkhla sejak Maret lalu, tetapi karena saya sudah
lama tidak ke konsulat, makanya baru malam itu melihat langsung Bapak Konsul
yang baru sekaligus berkenalan tentunya. Mohon maaf belum ada foto kami bersama
beliau dan ibu, hehee (kan katanya no picture = hoax :D).
Yang
berbeda lagi adalah, berbuka kali ini adalah buka puasa dengan WNI paling
banyak. Malam itu konsulat kedatangan mahasiswa Indonesia (yang sedang
menjalani pendidikan S1 di Indonesia) yang sedang magang di beberapa provinsi
di kawasan Thailand Selatan. Asik juga mereka ini ya, magang ke luar negeri,
hehee.
Sehabis
sesi makan malam, kami melaksanakan salat Isya dan Tarawih di tempat yang sama,
lebih tepatnya di bagian dalam kantor Konsulat. Usai salat Isya, tiba-tiba ada
acara perpisahan dadakan yang diselingi dengan ceramah pembukaan dari bapak
Konsul, memanfaatkan waktu yang sedianya dipakai untuk kultum. Sebagai
gantinya, kultum dilaksanakan usai Tarawih.
Ternyata
acara perpisahan yang dimaksud adalah perpisahan dengan salah satu staf
Konsulat Indonesia di Songkhla yang akan kembali ke Indonesia bulan depan. Namanya
Bu Fifi. Buk Fifi adalah staf yang paling dekat dengan mahasiswa, ya dengan
kami ini, saya dan teman-teman mahasiswa yang sedang kuliah di Hatyai. Time
flies, tidak terasa, orang-orang yang dulu pernah bersama, ternyata satu
persatu akan kembali ke tanah air. Ah, bahkan bagi saya, Ramadan tahun ini
adalah Ramadan terakhir di kota ini
karena harus kembali ke tanah air juga. Keharuan
menyeruak di antara jamaah, mengingat selama ini Bu Fifi dikenal sangat ramah
dan melayani siapa saja, tanpa pandang bulu. Orangnya juga sangat murah senyum.
Ah,
orang-orang baik memang selalu meninggalkan kesan khusus bagi orang lain.
Seperti Bu Fifi.
Barulah
setelah itu Bapak Konsul memberi sedikit ceramah sebelum kami melaksanakan
Tarawih. Beliau berdiri di depan jamaah dengan berwibawa, menyampaikan ceramah
pembuka Ramadan, ucapan perpisahan dengan Bu Fifi, sedikit kilas balik tentang
tugasnya sebagai Konsul di Songkhla yang baru berjalan tiga bulan, dan suasana
terakhir terkait masalah-masalah yang dihadapi WNI pekerja di Thailand,
terutama mereka yang bekerja sebagai ABK (Anak Buah Kapal). Saya baru pertama kali itu melihat beliau.
Alamak! Bapak Konsul kami ini ganteng sekali. Suer! Beliau mirip seorang aktor Indonesia,
tapi saya lupa siapa. Pokoknya gantenglah, hahaa…
Overall,
sangat menyenangkan bisa berbaur dengan WNI malam itu, berbuka bersama dan
berbagi cerita.
Well,
apa cerita temans?
Happy
fasting, ya.
11 comments
Write commentsBisa terasa keharuan perpisahan dengan bu Fifi yang mbak ceritakan itu. Apalagi buat mbak Eki yang sebentar lagi juga akan kembali ke Indonesia. Semoga segala kenangan manis selama di Thailand terbawa pulang dan selalu indah untuk dikenang ya mbak. Termasuk suasana ramadan seperti sekarang ini ^_^
ReplyIya mbak, banyak sekali kenangan bersama WNI di sini, apalagi saya termasuk sering menghabiskan Ramadan di sini, hehe... Alhamdulillah, selalu bertemu dengan orang-orang baik.
ReplyTerima kasih mbak rien :)
hihihi baca tuk tuk, jadi inget Farras sepulang dr Thailand bilang sama saya : "Ibu tahu gak bhs Thailand nya kakek?" saya jawab : "Gak tau Farr." Lalu Farras pun ngasih tau kakek dlm bhs Thailand ke saya sambil senyum2 :)
ReplyWah senang bisa kumpul dengan sesama warga indonesia di Thailand ya mbak, meski ada beberapa kekurangan tapi tidak mengurangi semangat untuk bersilaturahmi dengan warga indonesia. Wah kalau meninya prasmanan sangat menyenangkan ya bisa menikmati semua hidangan dan bisa mengambil sesuai porsi agar gak mubazir
ReplyHahaaa....kalau kita dengar, lucu ya mbak :D
ReplyBetul mbak, silaturahimnya itu yang paling penting ya mbak :D
ReplyTaun depan bu srinya dipanggil lagi :D
ReplyKayaknya Buk Sri ogah balik lagi. Lebih enak hujan batu di kampung katanya :D
ReplyHarus ada bu sri2 yg lain yaaa buat penganti bu sri yg dulu biar cita rasa indonesia masih terjaga dan pengobat rasa kangen kampung halaman hahaha
ReplyKayaknya tahun depan baru ada buk sri pengganti, yang mana sayapun udah nggak ada lagi di situ, hahaaa
Replyhatur nuhun sateuacana
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon