Salah satu keinginan suami saya sebelum kami meninggalkan Thailand
selama-lamanya (((SELAMA-LAMANYA))) *aissshhh… bahasanya, kayak nggak bakal
balik ke Thailand lagi, lol* adalah bisa reunian dengan sahabat lamanya yang
sudah lama tinggal di Thailand. Kabarnya, sahabat suami saya tersebut bahkan
sudah lebih lama lagi tinggal di Thailand dibanding kami. Tetapi suami saya
tidak menetap di sini, sih. Dia pergi dan pulang ke Indonesia sesuka hatinya
*nyanyi.
Sudah sama-sama lama di Thailand, tetapi rencana reuni baru dilakukan
sekarang? Kemarin-kemarin ke mana aja mas bro? #tanyakesuami.
Jadi begini ceritanya, dua sahabat ini (suami saya dan sahabatnya) sudah
lama tak berkabar. Maklum, sahabatnya itu bukan orang Indonesia, melainkan
warga Amerika yang pernah lama di Indonesia. Mereka berkenalan sepuluh tahun
lalu di Banda Aceh, waktu suami saya berkesempatan bekerja di sebuah LSM. LSM
ini ternyata banyak pekerja bule. Di antara sekian banyak bule, terdapatlah
tiga atau empat orang yang memiliki kedekatan jiwa dengan suami saya karena
memiliki pandangan hidup yang sama; suka travelling tapi nggak suka hura-hura,
suka hidup sederhana dan bisa hidup susah. Suami saya pernah cerita
(diceritakan ke saya setelah menikah tentunya dong) bahwa teman-teman bulenya
itu bahkan mau diajak main bahkan menginap di kos-kosannya yang kumuh dan
dekil, waktu itu :D
Kebersamaan demi kebersamaan, membuat hubungan di antara mereka menjadi
hubungan yang lebih dari sekadar sahabat. Mereka sudah seperti saudara. Sampai
sekarang, rumah saya masih kedatangan sahabat saudara bule suami saya tersebut,
jika sesekali mereka datang berkunjung ke Aceh. Ya, mereka semua sudah balik ke
negaranya, tapi karena pada dasarnya mereka suka bepergian, mereka sesekali
pernah balik ke Aceh. Dan rumah kami tidak pernah lupa mereka kunjungi, jika
mereka datang ke Aceh di waktu-waktu sekarang.
Di antara semua sahabatnya, agaknya suami saya paling dekat seseorang
yang bernama Mike. Soalnya dia cukup sering menyebut-nyebut nama Mike dan
bertanya-tanya kapan dia bisa bertemu Mike lagi. Tetapi, di antara semuanya,
hanya Mike yang tidak pernah balik ke Aceh sehabis kontrak kerja di LSM dulu
itu, meskipun dia pernah dua kali balik ke Indonesia. Ya, ke Indonesia bagian
lain, bukan ke Aceh :D Itu artinya, selama tujuh tahun kami menikah, hanya Mike
satu-satunya sahabat bule si abang yang saya belum pernah ketemu langsung
dengan orangnya.
Pernah sih suami dapat kabar kalau Mike ada di Thailand. Kabar yang
didengar bahkan sebelum saya kuliah di Thailand. Tetapi karena Mike ini
orangnya suka pindah ke mana-mana–sebentar ke negara ini sebentar kemudian
sudah ke negara mana gitu–jadi nomor kontak Mike yang disimpan suamiku tak
pernah benar-benar jadi nomor Mike.
Tahun lalu, dapat kabar lagi, kalau Mike sudah di Thailand lagi. Dan dia
sudah menikah dengan gadis Indonesia. Sudah berpetualang ke mana-mana, ternyata
Mike memilih gadis Indonesia sebagai istrinya :D Tetapi posisinya jauh banget
dari kota kami.
Trus, tak lama kemudian, dapat kabar lagi kalau dia sudah pindah ke
kawasan Thailand lainnya. Kali ini ke Narathiwat, sebuah provinsi yang dekat
banget dengan provinsi kami. Wah, langsung saja suami saya semangat empat lima.
Pokoknya sebelum kepulangan kami yang terakhir, mereka harus bertemu, begitu
kata si abang. Tidak susah menghubungi Mike karena suami saya selalu terhubung
dengan teman-temannya dulu.
Sekadar informasi, suami saya dan Mike terakhir kali bersama itu
sembilan tahun lalu, di saat mereka masih sama-sama single. Kini, status mereka sudah bukan lagi double, tapi triple bahkan quintuple (sudah berlima
maksudnya). Keluarga kami yang triple
dengan satu anak, sementara Mike sudah punya tiga anak.
Maka kami melakukan perjalanan ke Provinsi Narathiwat dan merencanakan
menginap di tempat Mike. Kami tidak khawatir meski kami tahu mereka mereka
non-muslim. Karena apa? Karena Mike pernah lama tinggal di Aceh dan sekarang
dia bekerja sebagai guru bahasa Inggris di sebuah sekolah muslim di Narathiwat.
Lama tidak bertemu kemudian bertemu kembali dengan status yang sudah
berbeda sama sekali, ternyata tidak membuat mereka canggung satu sama lain.
Kehangatan dua sahabat terlihat jelas saat mereka bersalaman. Rona bahagia terpancar
dari mata masing-masing.
“Mike, kamu terlihat lebih kurus,”
kata si abang. Sebaliknya, menurut Mike, suami saya terlihat lebih berisi.
Berisi, bukan gemuk.
Ah, laki-laki. Mereka kalau sedang reuni ternyata sama saja seperti
perempuan, yang dikomentari adalah fisik, hahaa.
Kata orang, dalam hidup, tidak ada yang namanya kebetulan. Setiap
rangkain peristiwa dan perjalanan hidup kita bisa jadi merupakan bagian dari
rangkaian dan perjalanan orang lain. Ada banyak sekali rangkaian perjalanan
hidup untuk tiap-tiap anak manusia dan Tuhan tidak pernah salah mengaturnya.
Keberadaan kami di Thailand, salah satu hikmahnya adalah (ternyata)
dipertemukannya dua sahabat ini; Mr. Salmi Syarif dan Mr. Michael Stoltzfus.
Selamat untuk dua sahabat yang akhirnya bisa bertemu kembali. Bertemu
untuk kembali berpisah, dan entah kapan akan bertemu lagi.
Sampai bertemu lagi Mike…
6 comments
Write commentsSembilan tahun nggak ketemu.....rasanya pasti rinduuuuuuuuuuu :)))
ReplyPasti banyak banget yg pengen di share ya mbak... 9 tahun pasti banyak cerita seru
ReplySeru pastinya y, silaturahim tetap terjaga
ReplyHiks pengen k thailand ugaaa
hehe, biasanya yang sahabatan memang sehati soal selera, mba. :D
ReplySenang pasti suamimu, bisa ketemu lagi dengan sahabat bulenya
ReplyWaah seru banget ya kalau cowok reunian. soalnya cowok itu jarang punya sahabat dekat.
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon