Saya
mengenal produk Miyako karena ibu saya memakai blender Miyako sebagai peralatan
untuk menggiling bumbu. Lalu berlanjut ketika saya menjadi mahasiswa dan
nge-kos. Saat nge-kos dulu, saya tidak pernah memesan rantangan sebagaimana
mahasiswa lain. Meski agak rempong, saya tetap bela-belain untuk memasak
makanan sendiri. Alasan pertama adalah soal kebersihan saat mengolah makanan dan
saya tidak bisa menjamin tidak adanya tambahan penyebab dalam makanan yang
dimasak oleh pengelola makanan rantangan untuk mahasiswa. Alasan kedua tentu saja untuk berhemat. Masak
sendiri terbukti mampu save my budget lebih banyak dibanding rantangan.
Waktu nge-kos, satu-satunya produk Miyako yang saya punya adalah blender. Nah,
karena di kos cuma saya yang rajin masak, blender Miyako milik saya ini kadang
suka jadi blender milik umum, kalau sesekali teman saya ingin memasak juga.
Selagi masih bisa berbagi, ya saya pinjamkan saja blender saya ke teman-teman
yang ingin memakainya. Ohya, blender tersebut sebenarnya adalah blender warisan
ibu saya. Waktu ibu saya pindah ke Lombok, mengikuti Papa saya yang sedang
bertugas di sana, banyak peralatan dapur yang ditinggalkan ke saya, salah
satunya blender Miyako. Ibu meninggalkan Aceh tahun 2004. Saya dan adik perempuan
saya akhirnya terpaksa nge-kos. Saya tidak ingat lagi tahun berapa ibu membeli
blender tersebut. Yang jelas, waktu dikasih ke saya, blendernya sudah kusam dan
mereknya sudah terkelupas. Meski demikian, blender tersebut masih berfungsi
dengan baik.
Akhir
2004, tak lama setelah ibu saya meninggalkan Aceh, daerah saya nge-kos di Banda
Aceh terkena tsunami. Walaupun rumah kos saya masih utuh, namun air sempat menggenang
di dalamnya. Semua barang-barang saya otomatis
terendam air. Sebulan kemudian, setelah saya dan adik saya dievakuasi ke
Lombok, kami kembali ke Aceh. Saya mencari-cari mana barang-barang kami yang
kira-kira masih layak dipakai. Oleh ibu kost saya, tiba-tiba saya disodori
sebuah blender yang tidak asing lagi. Yup, itu blender saya! Hanya motornya
saja, sementara tabungnya sudah tidak jelas entah ke mana. Menurut ibu kos
saya, sebanranya motornya tidak bisa hidup lagi. Hanya saja ketika dilihatnya motor
blender tersebut masih utuh, dia berinisiatif membawanya ke tukang reparasi.
Dan hasilnya, ketika saya tekan tombol ‘On’, motor blendernya berputar
dengan suara yang nyaring. Wow! Ini
fantatis! Terima kasih Ibu kos!
Kata
ibu kos saya, saat ditemukan, motor blender tersebut nyempil dalam lemari
bagian atas. Mungkin saat itu, saat air laut berputar-putar dalam rumah,
barang-barang ikut masuk ke dalam lemari besar milik ibu kos saya, dan blender
saya terseret masuk ke bagian paling atas lemari tersebut. Jadinya, blender
saya tidak sempat terendam air dalam waktu yang lama. Mungkin kejadiannya
seperti itu sehingga blendernya masih bisa bekerja. Memang ada beberapa barang
elektronik saya yang masih bisa ‘on’ meski sempat terendam air, seperti tape
recorder saya, salah duanya, setelah blender Miyako tadi, meski suara tape
recorder tersebut tak lagi sebening seperti sebelum terendam air laut.
Nah,
motor blender masih hidup, masalahnya, blender itu hanya tinggal motornya saja,
tanpa tabung. Gimana mau dipake, ya? Apa saya beli blender baru aja? Begitu
tanya saya sama ibu kos. Untung saya tanya-tanya dulu sama ibu kos. Ternyata
ibu kos saya bilang, tabungnya bisa dibeli yang lain, kok. Miyako biasanya ada
jual tabung blender terpisah. Saya pun pergi ke toko alat-alat rumah tangga dan
membeli hanya tabungnya saja. Tabung blender kecil, yang biasa saya pakai untuk
memblender cabe dan bumbu masakan, harganya sangat murah dan jauuuuuh lebih
terjangkau dibanding jika saya membeli blender baru. Dengan motor blender lama
dan tabung baru, saya kembali bisa beraktifas dengan asik di dapur. Ah,
beruntungnyaaaa saya punya blender Miyako.
Blender lama dengan tabung blender baru. Blender yang menemani hari-hari saya di dapur |
Tahun
2008, saya menikah. Blender warisan ibu saya kemudian saya wariskan ke adik
perempuan saya yang masih nge-kos. Saya pikir, biarlah saya membeli blender
yang baru di kehidupan saya yang baru. Dan tebak apa? Saya tak perlu membeli
blender baru karena ternyata suami saya sudah menyiapkan sebuah blender
jauh-jauh hari, sebelum kami kenal dan menikah. Oh, baiknya suami saya, ya.
Barang yang dibelinya sebelum dia menikah adalah peralatan dapur. Mungkin
jauh-jauh hari dia udah punya feeling kali ya, kalau dia akan mendapat
jodoh yang suka masak, heuheuheu… Dan ternyata lagi, blender tersebut adalah
blender Miyako. Memang, merek Miyako termasuk merek yang terkenal di Aceh.
Harganya murah, mudah dijangkau oleh semua kalangan, dan yang pastinya, mutunya
gak murahan. Oh, satu lagi, suku cadangnya yang mudah didapat, ini yang membuat
blender Miyako popular di Banda Aceh. Dulu, seingat saya, dari hasil pengamatan
saya terhadap teman-teman kos yang suka memasak seperti saya, hampir sebagian
besar dari mereka memakai blender Miyako. Miyako memang terkenal di kalangan
ibu-ibu, juga mahasiswa. Miyako adalah produk yang tak tergantikan sepanjang
jaman. Makin cinta deh sama Miyako.
(Tulisan ini diikutkan dalam Blog Competition yang diadakan oleh Miyako Indonesia)
(Tulisan ini diikutkan dalam Blog Competition yang diadakan oleh Miyako Indonesia)
5 comments
Write commentsaih, udah jompo kali blender kak eky itu yaa... selamat ngontes kak :D
Replywakakakkkk...yan penting masih bisa dipakeeeee Liza :D
Replykalo ini, sih, berarti udah terbukti tahan banting kualitasnya :D
Replyiya mak, udah dibanting air tsunami, masih bisa dipake :D
Reply
ReplyƜǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º°˚
Ɯǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º°˚
Ɯǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º°˚
Ɯǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º°˚
Ɯǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º°˚
Ɯǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º°˚
Ɯǩά=))º°˚ Ɯǩά=))º hÉ‘=))hÉ‘=))hÉ‘hÉ‘=))hÉ‘=))hÉ‘ ºќ (y) ºќ ºќ (y) ºќ.
Koplakkkk ......ngahahahahahaha
ConversionConversion EmoticonEmoticon