Saat Harus Berpisah dengan Keluarga


Liburan musim panas, seperti yang saya tulis DI SINI, sudah hampir berakhir. Insya Allah, 21 Mei nanti saya akan kembali ke negeri seberang; Thailand, tempat saya menuntut ilmu selama setahun yang telah lewat. Kembali ke negeri gajah putih berarti kembali meninggalkan anak dan suami tercinta di tanah air.
Saya tinggal di Thailand sejak Mei 2011 karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Provinsi Aceh untuk melanjutkan pendidikan. Bersyukur sekali ketika kemudian nama saya dinyatakan lulus untuk melanjutkan studi master di Prince of Songkla University, Hatyai, Thailand. Meski hanya beasiswa dari pemerintah daerah saya dan hanya punya pilihan di kawasan Asia Tenggara, rasa syukur selalu saya panjatkan karena untuk ‘keharusan’ melanjutkan pendidikan, saya tak harus mengeluarkan biaya sendiri seperti yang dilakukan teman-teman sekerja saya ketika mereka mendapat ‘keharusan’ yang sama dengan saya tetapi belum beruntung mendapatkan apa yang saya dapatkan.
Well, saya bekerja di Universitas Syiah Kuala, sebuah universitas ternama dan tertua di Aceh.  Saat menerima beasiswa ini, saya hanya sebagai seorang staf pengajar junior dengan masa kerja baru satu setengah tahun. Sebagai seorang pengajar di sebuah universitas, adalah sebuah keharusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi saya hanya lulusan sarjana. Alhamdulillah keharusan ini dibarengi pula dengan niat saya yang memang sejak lama ingin melanjutkan pendidikan lagi, jika saya mendapatkan beasiswa.
Keputusan terberat saat menerima beasiswa ini adalah saya harus meninggalkan keluarga; suami dan anak. Salmi, suami saya bukan pegawai negeri. Tetapi dia lebih memilih untuk tidak ikut dan bertahan tinggal di Aceh. Dia berkata, biarlah saya yang pergi menuntut ilmu dan dia yang mencari rezeki untuk membangun impian kami; rehab rumah mungil yang baru kami beli, keinginan memiliki kebun sendiri, ingin punya bisnis, dan ingin menyekolahkan Abel, putra kami. Ya, suami memiliki dunianya di Banda Aceh dan saya tidak memiliki seseorang pun yang bisa saya ajak untuk menjaga anak saya, Abel, seandainya saya membawa Abel. Meski demikian, Suami rela dan ikhlas dengan keberangkatan saya ke Thailand. Sejak menikah, Salmi selalu mendukung apapun kegiatan positif saya, termasuk saat saya sering pulang malam karena mengikuti pengayaan bahasa Inggris selepas bekerja, atau apapun kegiatan saya. Sungguh beruntung Tuhan memberi jodoh saya seorang laki-laki seperti Salmi. Di saat teman-teman sekerja berguguran satu persatu karena tidak mendapat restu suami, saya malah mendapat dukungan bahkan ketika saya belum memasukkan berkas lamaran.
“Kalau suatu saat dikau mendapat beasiswa, ke manapun, ambillah. Jangan disia-siakan. Abang akan selalu mendukungmu.”
Termasuk saat saya yang harus pergi, dia yang tinggal di Banda Aceh, dan Abel yang tinggal dengan ibu saya di Aceh Selatan.
Pertimbangan selanjutnya adalah, Thailand bukanlah sebuah negara yang begitu jauh dari jangkauan, apalagi dari Aceh. Makanya, kami memutuskan jika pun suami dan Abel harus tinggal, saya toh masih bisa pulang tiap liburan semester dan suami serta Abel masih bisa sesekali mengunjungi saya di Thailand.
Sedih tak terkira ketika harus meninggalkan si buah hati yang masih seorang. Saat itu, setahun lalu, Abel berumur tepat dua tahun satu bulan. Saya baru saja menyapih ASI untuknya hingga genap dua tahun. Perpisahan di bandara, Abel menangis dan merengek dalam gendongan suami saya. Airmata saya baru tumpah ketika saya berada dalam pesawat dan mulai take off dari bandara Sultan Iskandar Muda. 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

3 comments

Write comments
Lia Javier
AUTHOR
18 Mei 2012 pukul 00.07 delete

Perpisahan itu menyedihkan ya kak. Harus menahan airmata di depan orang-orang terdekat dan baru berani mengeluarkannya ketika roda sudah mulai bergerak.Hanya untuk meyakinkan mereka bahwa kita sanggup menerima konsekuensi dari hal yang telah kita ambil.Tapi bagaimanapun, ini bukan untuk suatu hal yang sia-sia. Jadi bersabarlah, kakakku :)

Tetap semangat, Kak. sebentar lagi semuanya akan segera selesai. Aamiin :D

Reply
avatar
Mugniar
AUTHOR
18 Mei 2012 pukul 08.45 delete

Semoga semua yang dicita2kan tercapai ya mbak .. aamiin ^^

Reply
avatar
18 Mei 2012 pukul 09.41 delete

Lia: Itulah konsekuensi atas sebuah pilihan ya Lia. Untungnya saya masih bisa dan masih diijini sering pulang, setiap liburan semester, hehee

Mbak Niar: Amin. Makasih mbak

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky