Optimalisasi Dayah, Menuju Bireuen Kota Santri 2015


Santri dayah MUDI MESRA Samalanga, Bireuen. Gambar: santridayah.com

Aceh, Bireuen dan Dayah
            Halo teman-teman saya dari luar Aceh, mari berkenalan dengan salah satu daerah di Provinsi Aceh; Bireuen (cukup dibaca Bireun saja, ya). Dulu, Bireuen merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, sampai pada tahun 2000, Bireuen dan beberapa kecamatan di sekitarnya, berpisah dari Kabupaten Aceh Utara dan menjadi kabupaten sendiri, bernama Kabupaten Bireuen. Sebagai Kabupaten baru, Bireuen termasuk daerah yang sangat cepat berkembang. Hanya beberapa tahun saja setelah pemekaran kabupaten tersebut, Bireuen mulai berbenah dan mempercantik diri. Setidaknya begitulah kondisi terakhir yang bisa saya amati saat saya melewati Bireuen ketika dalam perjalanan menuju Medan, tahun lalu. Wilayah Bireuen  memang berada pada jalur lalu lintas utama Banda Aceh dengan Aceh bagian Timur dan Sumatera Utara.
Sejak lama, bahkan sebelum ditetapkannya Aceh sebagai daerah syariat Islam, Bireuen sudah dikenal sebagai kota 1001 dayah. Dayah adalah sebutan untuk lembaga pendidikan Islam di Aceh. Dulu, saya kira dayah adalah bahasa Aceh, tapi ternyata dayah merupakan kata serapan dari bahasa Arab; Zawiyah, yang berarti sekolah agama Agama Islam atau Madrasah. Kita boleh menyebutnya pesantren secara umum. Di Aceh, dulu, dayah identik dengan santri bersarung, tinggal di pondok-pondok kecil sederhana dalam lingkungan dayah, belajar agama siang dan malam, bertahun-tahun kemudian para santri menjadi ulama.
Di Bireuen, ada banyak sekali dayah, hampir di tiap kecamatan ada dayah. Yang paling terkenal dan terbesar  adalah dayah MUDI MESRA (Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiah Mesjid Raya). Dayah ini menjadi salah satu dayah terbesar di Aceh. Salah satu ulama ternama yang turut membesarkan dayah MUDI MESRA adalah Tengku Abdul Aziz Samalanga. Beliau adalah seorang ulama kharismatik yang berasal dari Samalanga, Bireuen, daerah tempat berdirinya dayah MUDI MESRA hingga saat ini.
Selain MUDI MESRA, ada beberapa dayah lainnya di Bireuen, antara lain; Dayah Babussalam Al-Aziziyah Juenieb, Dayah Nurul Jadid, Dayah Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah, Dayah Darussa’dah Cot Bada, Dayah Serambi Aceh Cot Keumude, Dayah Darul Istiqamah di Desa Geulanggang Kecamatan Kota Juang dan Dayah Ummul Ayman Samalanga.

Kedudukan Ulama Aceh dalam Masyarakat dan Pemerintahan
Di Aceh, ulama memiliki kedudukan yang tinggi di mata masyarakat. Selain sebagai pengayom, guru, penasehat (penceramah), pendakwah; ulama juga selalu diikutsertakan dalam setiap pengambilan keputusan dalam pemerintahan. Dahulu, raja-raja selalu melibatkan ulama dalam urusan pemerintahan. Sebut saja di antaranya adalah  Syaikh Abdurrauf  As-Singkili dan Syaikh Nuruddin Ar-Raniry.   Dua ulama ini memiliki peranan yang besar dalam pemerintahan Aceh di masa lampau. Maka wajar jika kemudian nama kedua ulama dinisbahkan menjadi nama dua universitas negeri tertua di Aceh; Universitas Syiah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. 
Pengurus Majelis Pendidikan Dayah Aceh (MPDA) Kabupaten Bireuen. Gambar: metroperistiwa.com
Peranan ulama dalam kepemerintahan di Aceh tetap berlanjut sampai sekarang. Apalagi ketika keluarnya Peraturan Perundang-Undangan Tentang Syariat Islam di Aceh, maka ulama semakin sering dilibatkan dalam menyusun berbagai qanun (undang-undang).

Bireuen Menuju Kota Santri 2015
Syariat Islam di Aceh semakin bergema. Hukum Islam mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa jaman sudah berbeda. Ulama di jaman global mestilah mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman, agar genderang Islam tetap bergema hingga akhir jaman. Maka di sinilah peran dayah untuk menempa (calon) ulama agar senantiasa terhubung dengan perkembangan jaman.
Tahun depan, di 2015, dengan berbagai latar belakang yang saya sebut sebelumnya, Bireuen akan dideklarasikan sebagai Kota Santri di Indonesia. Kabarnya, wacana ini sudah disetujui oleh banyak pihak; oleh pemimpin berbagai dayah di Bireuen, pemerintah Kabupaten Bireuen, dan pemerintah pusat. Tentunya, ini adalah kabar gembira buat Bireuen.
Maka, menyambut ditetapkannya Bireuen sebagai Kota Santri, sebagai blogger, ijinkan saya memberikan sedikit sumbangsih ide untuk optimalisasi dayah-dayah di Bireuen.

1.     Ulama dan santri dayah harus update dengan perkembangan jaman
Belajar ilmu agama bukan berarti mengabaikan mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Apalagi saat ini ada banyak sekali persoalan kontemporer yang berhubungan dengan dunia Islam, yang mungkin saja tidak atau belum ada di jaman dahulu. Ulama dan santri dayah di Bireuen harus memiliki prinsip Think Globaly, Act Localy, berpikir global namun bertindak secara lokal, yaitu memajukan Islam di Bireuen dengan menguasai ilmu dari berbagai belahan dunia.

2.     Peningkatan sarana dan berbagai fasilitas dayah
Dayah adalah sebuah lembaga Islamic Boarding School atau pesantren, di mana para santrinya tinggal di satu tempat (dayah) bersama-sama dalam waktu yang lama, sampai masa berakhirnya menuntut ilmu. Kiranya, pemerintah Bireuen perlu metingkatkan fasiltas tempat tinggal yang memadai untuk para santri. Dayah juga sebaiknya dilengkapi dengan perpustakaan yang lengkap dan modern; berisi koleksi kitab-kitab karangan ulama dari berbagai belahan dunia, koleksi buku-buku pengetahuan umum, serta berbagai fasiltas perpustakaan yang akan memotivasi santri untuk terus belajar dan belajar. Dayah adalah pusat peradaban (ilmu) Islam, maka pusat sumber ilmu di sebuah dayah adalah tersedianya kitab dan buku-buku yang lengkap.

3.     Tersedianya akses internet yang memadai
Santri dayah, sebagai calon ulama masa depan, harus melek teknologi dan melek internet. Pemerintah Bireuen dan pihak-pihak terkait di Bireuen kiranya bisa membantu dayah dalam upaya ketersediaan akses internet ini. Sediakan ruang computer dengan akses internet yang cepat. Mengingat jumlah santri dayah yang bejubel, pihak dayah bisa menggilir penggunaan komputer dayah agar merata, agar semua santri mendapatkan perlakuan yang sama dalam menggunakan teknologi dan mengakses internet. Pihak dayah bisa bekerjasama dengan tenaga IT dalam rangka meminimalisasi konten-konten negatif di internet.

4.     Promosikan dayah secara luas
Saya teringat dengan salah satu pondok pesantren terbesar di pulau Jawa. Santrinya berasal tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, tapi juga dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Maka, setelah nantinya Bireuen dideklarasikan sebagai Kota Santri, Insya Allah Bireuen juga bisa seperti pesantren-pesantren di pulau Jawa. Tentu saja dengan sedikit usaha mempromosikan kelebihan-kelebihan dayah di Bireuen. Promosi yang paling mudah adalah promosi di internet dengan membuat website dayah. Lalu beri kesempatan santri dari daerah lain, bahkan negara tetangga, untuk datang ke Bireuen.    

5.     Perbanyak Majelis Ilmu
Sesekali dayah perlu membuat semacam seminar keislaman, baik tingkat lokal maupun nasional (dengan dibantu Pemerintah Bireuen) agar silaturahmi sesama ulama tetap terjaga, dan yang pasti bisa berbagi ilmu-ilmu terbaru.

6.     Tanamkan jiwa wiraswasta pada santri dayah
Santri yang tinggal di dayah sebaiknya tidak hanya belajar-makan-tidur-belajar-makan-tidur. Di masa depan, mereka akan menjadi ulama atau minimal menjadi guru mengaji di meunasah-meunasah (meunasah = musala kampung, Pen), namun di sisi lain mereka juga tetap manusia biasa yang senantiasa memiliki kebutuhan. Untuk itulah sebaiknya mereka dipersiapkan memiliki jiwa wiraswasta.

7.     Galakkan (kembali) kegiatan menulis bagi santri dayah
Tahun 2006, beberapa santriwati dayah MUDI MESRA Samalanga, Bireuen, pernah menulis buku antologi bersama. . Buku tersebut berjudul ‘Wanita dan Islam; Kumpulan Tulisan Santriwati Aceh’, diterbitkan oleh penerbit LAPENA bekerjasama dengan Sartker BRR Pemulihan dan Peningkatan Kualitas Kehidupan Keagamaan NAD-Nias Desember 2006. 
Buku kumpulan Tulisan Santriwati Dayah di Bireuen
Waktu itu, kiranya saya beruntung bisa menghadiri peluncuran buku tersebut di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh, dan sempat pula berkenalan dengan beberapa penulisnya, para santriwati dayah di Bireuen tersebut. Keenam penulis santriwati ini menulis tentang dunia perempuan dalam Islam. Tentang jilbab, aurat perempuan, warisan, hubungan pria dengan perempuan dan poligami. Karya mereka akan menjadi bukti nyata pemikiran santri dalam sebuah karya tulis. Semoga ke depan akan lahir banyak santri dan ulama dayah, khususnya di Bireuen dan umunya di Aceh, yang mampu meninggalkan rekam jejak keilmuannya dalam sebuah buku. Semoga.

Referensi:
http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=dayah|
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/04/07/19544/2015-bekas-ibu-kota-nkri-akan-dideklarasikan-sebagai-kota-santri.html#.VCcl3Mhfv5M
http://pikiranmerdeka.com/read/6213/2014/03/16/dayah-diharapkan-akomodatif-terhadap-perkembangan-teknologi
http://www.modusaceh.com/tgk-abdul-aziz-samalanga/         

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

14 comments

Write comments
Liza
AUTHOR
30 September 2014 pukul 08.30 delete

Mantap kak, semoga bireuen selalu berjaya

Reply
avatar
Haya Nufus
AUTHOR
30 September 2014 pukul 15.46 delete

Semoga dayah-dayah di Bireun juga di kabupaten lain semakin maju dengan mutunya ya kak Eqi...
Bireun itu selalunya jadi tempat persinggahan makan siang atau beli-beli oleh-ole. kalau Nufus pulang-pergi Kuala simpang-Banda Aceh dulu. :)

Good Luck kak

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
30 September 2014 pukul 16.16 delete

Amiin... Semoga pendidikan dayah di Bireuen menjadi model bagi daerah lain, ke depannya. :D

Reply
avatar
Hijrahheiji
AUTHOR
2 Oktober 2014 pukul 10.43 delete

Wuih kece ni tulisannya kak, mudah-mudahan makin bireuen terus ya :)

Reply
avatar
Ika Koentjoro
AUTHOR
5 Oktober 2014 pukul 04.36 delete

Kalau dayahnya makin bermutu, kebayang kota ini jadi makin "adem'. Seneng kalau ada santri yang nggak hanya pandai ilmu agama saja. Met ngontes mbak Ecky. Pengen ikutan tapi jadi melipir nih baca tulisan mbak Ecky ^^

Reply
avatar
15 Oktober 2014 pukul 09.56 delete

Subhanallah walhamdulillaah...
Semoga di 2015 terwujud ya, Mbak.

Reply
avatar
19 Oktober 2014 pukul 20.03 delete

Lha, bukannya nufus orang Bireuen tho? :D

Reply
avatar
19 Oktober 2014 pukul 20.03 delete

Hahaa..mudah-mudahan makin Bireuen :D

Reply
avatar
19 Oktober 2014 pukul 20.04 delete

Waduh, ini tulisannya biasa aja mbak Ika :D

Reply
avatar
19 Oktober 2014 pukul 20.04 delete

Iya mas Azzet. terima kasih mas azzet

Reply
avatar
22 Oktober 2014 pukul 15.21 delete

kereen nih semoga tercapai deh pokonya

Reply
avatar
2 November 2014 pukul 00.37 delete

Kerennn.. smoga makin Bireun. siap menang :D
sukses kak :D

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky