Macau
is a place where the east meets with the west…
Kalimat
tersebut mengingatkanku pada salah satu dialog pasangan ini dalam serial Goong;
Princess Hours.
Foto: Dok pribadi. Di-capture dari Drama.net |
“Macau
is a place where the east meets with the west. Two cultures existing together.
The buildings are western style. But there is a trace of eastern culture
everywhere, I really came to the right place ” jelas Shin Chae-Kyung pada
Lee Shin-Goon.
Foto: id.macautourism.gov.mo |
Ya,
Macau adalah daratan Asia dengan nuansa Eropa yang begitu kental. Di sini,
Etnis Tionghoa dan Portugis hidup secara harmonis. Ada ungkapan yang menyatakan
bahwa Timur dan Barat adalah dua sisi yang sulit bersatu, ibarat air dan
minyak. Namun tidak demikian dengan di Macau. Selama bertahun-tahun,
harmonisasi Barat dan Timur adalah denyut kehidupan di Macau. Bagi pelancong
Asia yang ingin menikmati nuansa Eropa tanpa harus jauh-jauh ke Eropa, maka
Macau adalah pilihan yang tepat. Macau mungkin tidak sepopuler Jepang dan Korea
Selatan, namun pesona Macau tidak pernah mati. Tidak salah jika kemudian Macau
tetap menjadi salah satu destinasi favorit di Asia. Tentu saja termasuk aku
salah satunya, karena aku belum pernah ke Macau.
Maka
menuliskan tentang ‘Kenapa Harus Macau?’ adalah tentang membuka lembar kenangan
bersama Putri Chae-Kyung dan Pangeran Lee Shin di salah satu tempat eksotis di
Macau. Bersama kenangan Chae-Kyung dan Lee Shin, aku ingin membawa diriku ke
tempat-tempat yang pernah dilewati Chae-Kyung di Coloane, Macau.
Well, biar
lebih asyik, sebelumnya, ijinkan aku memperkenalkan mereka terlebih dahulu,
ya.
Shin Chae-Kyung hanyalah seorang gadis biasa.
Di usia yang masih sangat muda, Chae-Kyung harus menikah dengan Pangeran Lee
Shin, Putra Mahkota Kerajaan Korea Selatan karena janji perjodohan antara
kakeknya dengan raja terdahulu. Singkat cerita, Chae-Kyung terpaksa menikah dan
tinggal di istana. Ternyata, tidak mudah menjadi seorang putri, meskipun mereka
hidup di jaman modern. Tinggal di istana juga tidak semenyenangkan seperti yang
dibayangkan karena terlalu banyak aturan yang kaku. Apalagi Pangeran Lee Shin
juga tidak mencintainya. Chae-Kyung selalu membuat kesalahan yang membuat marah
keluarga kerajaan. Kesalahan demi kesalahan membuat Chae Kyung lelah dan nyaris
menyerah. Sampai pada kesalahan terakhir
yang tak sengaja dilakukannya,
Chae-Kyung harus menerima hukuman berat,
yaitu harus meninggalkan negaranya. Maka dengan berat hati, berpisahlah
Chae-Kyung dengan Pangeran Lee Shin, di saat keduanya mulai saling menyukai.
Chae-Kyung kemudian diasingkan ke Macau.
***
Di
Coloane, Macau, Lee Shin mengejar cinta sejatinya, setelah bertahun-tahun
terpisah karena aturan istana. Kedatangannya ke Macau, selain untuk menjemput
istrinya, juga untuk sebuah misi hati.
Penasaran
dengan misi hati Pangeran Lee Shin? Baca sampai tuntas tulisan perjalanan ini,
ya!
Coloane; The Sleepy Side of
Macau
Karena
tadi sudah berkenalan dengan tokoh ceritanya, biar lengkap, yuk kenalan juga dengan tempat yang bernama
Coloane ini, tempat di mana tokoh cerita ini berada.
Foto: www.welt-atlas.de |
Coloane
was the southern-most island in China's
Special Adminstrative Region of Macau.
The island, formerly a haven for pirates who sought shelter in its many coves,
is largely rural and provides a wonderful break from the crowded and busy Macau
Peninsula. Here, you'll find the quaint Coloane Village with its pastel
Portuguese-style houses and narrow lanes. Coloane also has two of Macau's best
beaches - Cheoc Van and Hac Sa. Many people from Macau come over to Coloane to
feast on Macanese cuisine and seafood. (sumber; http://wikitravel.org/en/Macau/Coloane)
Terjemahan
bebasnya kira-kira begini;
Coloane
adalah pulau paling selatan di daerah khusus administratif Tiongkok, Macau. (Intinya, meski Macau merupakan daerah otonomi khusus tapi tetap
tunduk pada Tiongkok. Coloane termasuk dalam tiga pulau terbesar di Macau,
Fardelyn Hacky). Pulau, yang dahulu merupakan surga bagi bajak laut karena di pulau ini
terdapat banyak teluk kecil (dulu
bajak laut sering datang ke Coloane, Fardelyn hacky), merupakan wilayah pedesaan yang luas. Di pulau ini
tersedia tempat-tempat peristirahatan yang indah yang jauh dari keramaian dan
kesibukan Macau Peninsula. Di sini, kalian akan menemukan Coloane Village
kuno dengan rumah-rumah pastel bergaya Portugis serta jalanan yang sempit.
Coloane juga memiliki dua pantai terbaik, yaitu Pantai Cheoc Van dan
Pantai Hac Sa. Bagi banyak
pelancong yang berkunjung ke Macau, mereka tak lupa menyempatkan untuk datang
ke Coloane untuk menikmati pesta aneka masakan Macau dan ragam makanan
laut. (terjemahan bebas dari paragraf
sebelumnya. Sumber: http://wikitravel.org/en/Macau/Coloane).
Oleh
sebab itulah Coloane dijuluki dengan The Sleepy Side of Macau. Daerah
ini begitu tenang dan tidak sesibuk Macau Peninsula (sebutan untuk pusat kota
Macau/Macau Downtown). Sangat cocok bagi pelancong yang mendambakan
tempat liburan yang tenang dan damai seperti suasana di pedesaan.
Biarpun
daratan Coloane terpisah dari Macau Peninsula, namun tidaklah sulit menjangkau
tempat ini dari Macau Peninsula. Di bagian utara, ada jembatan yang
menghubungkan Taipa dengan Macau Peninsula.
Kapel St. Francis Xavier dan
The Eduardo Marques Square
Sebagai
wilayah pedesaan yang tenang dan damai, Chae-Kyung merasa senang tinggal di Coloane.
Tidak terasa, Chae-Kyung sudah lulus kuliah dan dia terlihat lebih dewasa dari
sebelumnya. Meskipun ia seorang putri mahkota, Chae-Kyung bukan gadis manja.
Sehari-hari ia menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya, sebagaimana
sebelumnya saat ia masih bersekolah di negaranya.
Sehari
sebelum kedatangan Pangeran Lee Shin untuk menjemputnya, Chae-Kyung terlihat
sedang bersepeda di taman depan Kapel St. Francis Xavier.
Dari jauh, terlihat Chae-Kyung sedang bersepeda di sekitar The
Eduardo Marques Square. Foto: Dok.Pri
|
Kapel St. Francis Xavier. Foto: Dok.Pri |
Kapel St. Francis Xavier adalah salah satu bangunan peninggalan Portugis. Sebagai wilayah bekas jajahan Portugis, ada banyak sekali bangunan-bangunan tua bergaya Eropa di sini. Pemberian nama Kapel ini sendiri adalah untuk mengenang seorang misionaris Katolik asal Perancis bernama Santo Francis Xavier. Jadi, pada abad ke 15, saat ekspedisi Portugis ke negara-negara di Asia, Santo Francis Xavier diikutkan dalam rombongan ini, tentu saja dalam rangka penyebaran agama Katolik, termasuk di Tiongkok. Ohya, Santo Francis Xavier ini pernah datang ke Indonesia lho, tepatnya di Indonesia bagian Timur. Pokoknya, sebagai seorang misionaris, sudah banyak tempat yang didatanginya dan berhasil meng’Katolik’kan banyak orang. Makanya jangan heran ada banyak gereja atau kapel dengan nama St. Francis Xavier di beberapa negara di Asia. Santo Francis Xavier sendiri meninggal dan dikuburkan di Tiongkok.
Menurut informasi di website Macau
Government Tourist Office Representative in Indonesia (MGTO), Kapel St.
Francis Xavier ini dibangun pada tahun 1928. Di dalam kapel terdapat beberapa
relik paling suci Kristen Asia. Masih menurut info di website ini, ada salah
satu relik perak yang berisi tulang dari lengan St. Francis Xavier. Kapel ini
berdiri di belakang sebuah monumen bersejarah di Coloane, yaitu monumen peringatan
kemenangan Coloane atas bajak laut pada tahun 1910. (ditulis ulang berdasarkan
info di http://id.macautourism.gov.mo).
Area
tempat kapel dan momunen ini berada serta daerah di sekitarnya disebut dengan The
Eduardo Marques Square. Kawasan The
Eduardo Marques Square ini langsung menghadap
ke laut. Asyiknya, itu bukanlah laut lepas, melainkan laut yang langsung
berhadapan dengan daratan Tiongkok, tepatnya Provinsi Ghuangdong. Di pinggir
pantai, terdapat jalan umum yang selalu padat. Jalan inilah yang memisahkan
taman di tepi pantai dengan The Eduardo Marques Square. Jika kalian
duduk di tepi taman tepi pantai ini, kalian bisa melihat daratan Tiongkok
dengan jelas, bahkan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi. Jalan di tepi
pantai yang menghadap ke daratan Tiongkok tersebut terdapat di sepanjang pulau
Coloane hingga Taipa.
Di depan Kapel St. Francis Xavier, dengan jalan yang bersisian dengan pantai. Foto; http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Coloane_Village.JPG |
Coloane
memang menyajikan wisata kota tua bagi pengunjungnya. Selepas
bersepeda di seputaran Gereja St. Francis Xavier, Chae-Kyung berkeliling
menyusuri kota tua di Coloane. Nuansa di Coloane benar-benar seperti
pedesaan tempo dulu. Bangunan-bangunan tua masih sangat dominan di sini.
Foto: isidorsfugue.com |
Foto: isidorsfugue.com |
Penganan Khas Coloane; Tar Telur Portugis
Kalau
kalian ke Coloane, salah satu kuliner yang tidak boleh dilewatkan adalah Portuguese
Egg Tart. Aseeek… cakep ya nama kuenya. Tapi keseleo lidahku
ketika menyebutnya, jadi aku sebut pakai
bahasa kita saja; kue Tar Telur Portugis. Kue ini sudah sangat terkenal sekali
di Coloane bahkan seantero Macau. Kalian belum disebut sudah ke Coloane jika
belum mencicipi kue ini. Dan tidak lengkap jalan-jalan ke sini jika belum
membeli oleh-oleh kue Tar Telur Portugis.
Kue
ini merupakan cemilan favorit Chae-Kyung. Setiap kali ia akan kembali ke
kediamannya, ia tak lupa membeli sekotak kue Tar Telur Portugis, untuk dimakan
berdua dengan dayangnya. Di Macau Chae-Kyung tidak tinggal sendiri. Beberapa
tahun lalu saat ia berangkat ke Macau, kerajaan memberinya seorang dayang yang
akan membantu semua kebutuhannya di Macau. Jadi hari itu, selepas ia
berkeliling-keliling di seputaran The Eduardo Marques Square, dan sebelum kembali ke kediamannya,
Chae-Kyung mampir ke sebuah toko kue bernama
bernama Lord Stow's Bakery dan membeli sekotak kue tar telur
Portugis. Letaknya tidak jauh dari The Eduardo Marques Square.
Chae-Kyung mampir ke toko kue Lord Stow's Bakery. Foto: Dok.Pri |
Kue Tar Telur Portugis yang dibeli Chae-Kyung, kue khas Coloane. Foto: Dok. Pri |
Lord Stow's Bakery. Foto: timeout.com.hk |
Ketika
syuting Princess Hours di tahun 2005 lalu, toko sederhana dalam gambar
di atas, digunakan sebagai salah satu tempat syuting. Beruntung sekali toko ini
karena di tahun-tahun berikutnya, toko tersebut menjadi salah satu objek
kunjungan wisata bukan hanya karena faktor adanya kuliner khas Coloane di situ,
tak sedikit juga karena faktor kenangan akan Princess Hours.
Biblioteca; Perpustakaan
Pusat Coloane
Keesokan
harinya, Chae-Kyung pergi ke Biblioteca, Perpustakaan Pusat Coloane. Ketika ia
keluar dari perpustakaan tersebut, alangkah kagetnya Chae-Kyung ketika melihat
seseorang telah berdiri di seberang jalan depan perpustakaan tersebut. Jalan
padat di tepi pantai yang menghadap ke daratan Tiongkok. Dialah Pangeran Lee Shin, laki-laki yang selalu
dirindukannya selama bertahun-tahun. Chae-Kyung senang bukan kepalang.
Lee Shin berdiri persis di seberang jalan di depan Bibiloteca, menunggu Chae-Kyung keluar dari tempat tersebut. Jalan ini bersisian dengan pantai. |
Biblioteca atau Perpustakaan, di depannya ada jalan yang bersisian dengan pantai. Foto: commons.wikimedia.org |
Coloane
Town Square
Selepas dari pertemuan di Biblioteca, Chae-Kyung
mengajak Lee Shin ke sebuah taman di Coloane Town Square, setelah
sebelumnya ia membeli sekotak kue tar telur Portugis. Mereka melepaskan
kerinduan di tempat ini.
Lee Shin dan Chae-Kyung di Coloane Town Square. Foto: Dok. Pri |
Berbeda
dengan taman di The Eduardo Margues Square, taman di Coloane Town
Square berada pada jalur lalu lintas
yang tidak begitu sibuk. Bangunan-bangunan di sekitarnya adalah
bangunan-bangunan tua peninggalan ratusan tahun lalu, sehingga menambah kesan
eksotis tempat ini. Di tengah-tengah taman terdapat sebuah kubah mini dengan
patung anak kecil di atasnya.
Siang
hari, Chae-Kyung mengajak Lee Shin ke sebuah restoran milik Antonio, seorang warga
Coloane keturuan Portugis. Restoran tersebut berada di seberang jalan dekat Coloane
Town Square. Mereka bercakap-cakap di sebuah meja.
Foto: Dok. Pri |
“What
are you doing?” tanya Lee Shin saat melihat Chae-Kyung sedang asyik
mencatat di sebuah buku.
“Look!
You write a list of your dreams in here. It’s a short of guidebook to help you
find your dreams.”
“You
hated studying in the palace, what makes you study so hard now?”
“What
are talking about? Learning about other country’s culture is so much fun.
Understanding and their culture and heritage is the fastest way to understand
the spirit of that country.”
Lee
Shin kagum melihat perubahan istrinya. Chae-Kyung yang dulu begitu naïf, polos,
dan malas belajar, sekarang ia menjadi gadis yang cerdas.
Namun
di sisi lain, Lee Shin tiba-tiba menjadi ragu dengan misi hatinya, setelah
mendengarkan pernyataan Chae-Kyung bahwa ia ingin keliling dunia, jika
memungkinkan.
Apakah
misi hatinya akan berhasil? Baca sampai tuntas tulisan perjalanan ini, ya!
Tempat
Penginapan
Kedatangan
Lee Shin ke Macau juga ditemani oleh neneknya, Ibu suri atau Hwang Dae Bi
Mama. Ibu Suri ini sangatlah baik hatinya, tidak seperti gambaran ibu suri
– ibu suri kerajaan jaman dahulu, di mana biasanya Ibu Suri memiliki karakter
yang jahat dan culas. Nenek Lee Shin sangat welas asih kepada semua anggota
keluarga kerajaan, mulai dari menantu, cucu menantu, bahkan hingga
dayang-dayang dan pesuruh istana.
Di
Coloane, Lee Shin dan neneknya menginap di sebuah hotel di pinggir pantai,
yaitu Hotel Westin.
Lee Shin, Chae-Kyung, dan Ibu Suri, pertemuan pertama di Macau, di Hotel Westin. Foto: Dok. Pri |
Penampakan dalam hotel. Nice view. Foto: Dok. Pri |
Penampakan dalam hotel. Foto: Dok. Pri |
Penampakan hotel dari salah satu sisi yang menghadap ke pantai. Foto: Dok. Pri |
Meskipun
agak jauh dari Coloane Village, hotel ini justru dekat dengan Macau
International Airport, hanya sekitar 10 menit saja. Sebetulnya Hotel Westin
adalah hotel tua, namun karena bentuknya yang unik ditambah dengan modifikasi
modern di beberapa bagian, hotel ini menjadi terlihat eksotik dan eksklusif.
Penampakan Hotel Westin di siang hari. Cakep Sekali. Foto ini pinjam dari; panoramio.com |
Hotel
ini sengaja dibangun di bibir pantai untuk menambah kesan eksotik. Setiap
pengunjung akan bebas melihat laut lepas. Itulah Laut Cina (aku agak susah
menyebut Laut Tiongkok). Bukan laut yang berhadapan dengan daratan Tiongkok
sebagaimana di The Eduardo Margues Square.
Penampakan hotel dari atas. Foto ini pinjam dari: china-macau.com
|
***
Setelah pertemuannya kemarin dengan Chae-Kyung, Lee Shin terlihat gelisah dan gundah gulana. Ia meragukan misi hatinya akan berhasil, mengingat gadis itu punya mimpi besar yang ingin diwujudkanya, selain kenyataan bahwa ia sekarang bukan lagi seorang Putra Mahkota. Ia sudah memberitahukan kabar ini kepada Chae-Kyung kemarin. Lee Shin telah menyerahkan tahta yang seharusnya menjadi miliknya kepada kakak perempuannya. Kenyataan-kenyaan ini membuat Lee Shin kehilangan kepercayaan diri.
Lee Shin dan neneknya, sedang berbincang dalam salah satu kamar Hotel Westin. Kamar hotel ini terlihat eksklusif. Foto: Dok. Pri |
“What
is this?”
Nenek
Lee Shin menjawab; “This was given to me by His Majesty Sungjo as a token of
his love for me. I was going to give this to you when you two truly like each
other. I think now is the time!”
***
Jadi,
di salah satu bagian Hotel Westin yang langsung menghadap ke laut, ada spot
yang terlihat romantis sekali. Pihak hotel menjadikan tempat tersebut seperti
menyatu antara pantai dengan taman di depan hotel. Dan di situlah Lee Shin
mengajak Chae-Kyung.
Lee Shin sedang mempersiapkan misinya. Pemandangan laut lepas dari sini terlihat begitu indah. Foto: Dok. Pri |
Dengan
pemandangan seperti tempat Lee Shin dan Chae-Kyung berdiri, tempat ini sangat
cocok dijadikan tempat untuk menenangkan diri. Berdiri di salah satu jalur di
taman yang langsung menuju pantai, dan memandang ke laut lepas. Dari titik ini,
saat memandang ke bawah sana, akan terlihat ombak yang saling memecah dan
mengempas. Sangat romantis!
Kalau
kamu dan pasanganmu sedang berada di Macau, tak ada salahnya mengajak
pasanganmu ke tempat ini dan menyatakan bahwa kau benar-benar mencintainya.
Atau, jika kau ingin melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Lee Shin berikut
ini, itu akan lebih baik lagi :D
“Let’s
get married for real. To the woman I want to spend the rest of my life with, I
give all my heart to propose.”
So
sweeeeet! And… the mission was done!
Itulah
misi hati Lee Shin, melamar Chae-Kyung dengan segenap cinta dan sepenuh
hatinya. Meskipun mereka telah menjadi suami istri, namun pernikahan mereka dulu
adalah pernikahan perjodohan, bukan atas keinginan keduanya.
Happy Ending! Foto: Dok. Pri |
Singkat
cerita, mereka menikah untuk kedua kalinya di Kapel St. Francis Xavier dan
hidup bahagia selamanya. Misi hati Lee Shin berhasil dan misi saya menuliskan
catatan ini juga berhasil, hahahaa…. Maaf ya, mungkin ini adalah catatan perjalanan
yang aneh karena dibumbui dengan sedikit tulisan fiksi. Itung-itung latihan
menulis novel :p Dan sambil menulis ini, aku
berdoa; Oh Tuhan, semoga suatu hari aku bisa ke Macau. Aamiin!
Sampai
jumpa di catatan tentang Macau selanjutnya.
***
Tulisan ini diikutkan dalam lomba blog 'Why Macau'. Klik Foto di bawah ini untuk melihat info lomba.
***
33 comments
Write commentsHaha, angel yg menarik, berbeda dg kontestan "Why Macau" lainnya. Semoga saya jg dapat sisi berbeda ttg Macau.
ReplyHm.. Kandidat nih Kak Eky. :D
Aku suka banget darama ini... ira
Replygara-gara drama ini dan karena postingan diblog saya jadi pengen kesana...
Replybener2 kota tempat bertemunya beragam budaya...
Semoga menang kak Eqi... :* Aini juga ingin suatu hari ke Macau. Hahaha
ReplyKeinget jaman nonton ini ga bisa brenti hihihi... keren ih dpt aja idenya ..
ReplySukses ngontesnya mak ;)
hahahaha keren kirain tentang film drama beneran
Replyahhhh,,,jadi pengen ke Macau... :D
ReplyMantap banget ulasannya Ki!
ReplyYok ikut Makmu. Cari juga sisi yang berbeda dari sebuah catatan perjalanan, biar enak dibaca :D kutunggu yak :D
ReplyAku juga :D
ReplySaya juga pengen ke sana mbak.
ReplySemoga suatu hari kita bisa sama-sama ke sana ya mbak. Aamiin
Aku kayaknya ketinggalan. Nggak tahu ini film apa. Met ngontes ya mbak
ReplyAamiin
ReplyAini mau ke macau juga? Yok ikut lomba ini. Siapa tau Aini menang. Siapa tau kita semua menang, hahaa..
Makasih udah berkunjung ke sini ya Ainiii
Samaaaa mak..malah sempat susah move on mak sehabis nonton Princes Hours, wkwkwk
ReplyMakasih ya kakaaak...
Hihiii..rupanya tentang macau ya :D
ReplyMakasih ya bro Yudi
sammaaaa....Macau bikin ngiler iiihhh :D
ReplyMakasih banyak Ubai ;)
ReplyPrincess Hours mbak Ika
ReplyUdah lama,punya taon 2005, hehee
Makasih mbak Ika.. yok ikut juga :D
Tinjauan dan ide cerita yang sangat unik, nih, Eky! Kereeeen, dan jadi punya wawasan tentang Macau nih. Btw, jadi pengen berburu tiket ke Macau ah! Tapi untuk ikutan blog competition nya kok jadi menciut ya hatiku? Haha....
Replywuah aku baru2 ini nonton princess hours. Saking penasaran tiap episode, langsung non stop nontonnya dari episode 1-24. Udah gilak yah akunya?
ReplyTapi, mba kreatif banget bisa nulisnya dan diikutkan ke blog competition. Kreatif dan keren! good luck mba
Waw....begitu eksoktiknya Macau.... Tujuan perjalanan favoritku salah satunya adalah Macau... Mengapa Mcau? Karena tak perlu jauh2 melihat Eropa dan peninggalan sejarahnya... Di Macau kita bisaa melihat sisi Eropa ada di sana... Ketika mendengar kata2 Macau alam pikiranku seolah ikut terbang ke sana... Entahlah kapan aku bisa menginjakkan kaki di tempat ini? Entahlah... Saat ini aku hanya bisa berselancar di dunia maya menuju Macau... Untunglah ada GA ini sehingga aku bisa membaca artikel tentang Macau pada blog sahabat2ku... Btw, met ngontes ya Mbak semoga sukses....Nice post...
ReplyWaah....yok kak ikut juga. Aku yakin kalo kak alaika yang ikut, tulisannya pasti lebih cetar membahana. Deadline-nye masih 10 hari lagi nih, masih ada waktu :D
ReplyGak gila kok mbak, biasa dan wajar sekali itu, karena aku juga begitu, hahahaa... Sebenarnya karena ceritanya yang mengharu biru ya mbak, jadinya penasaran terus dan terus, hehee
ReplyMakasih atas kunjungannya mbak Riska
betul sekali mbak. Kalau belum mampu ke Eropa tapi pengen lihat Eropa di Asia,maka Macau-lah tujuannya.
ReplyYok ikut lomba ini juga mbak. masih ada waktu 10 hari lagi nih :D
Kalau dengar/baca Macau .. saya yang terkesan bagi saya adalah .. tempat judi ... dari mana ya saya dapat kesan itu ? kayaknya film2 dulu ...
ReplySuka tulisannya, meski tak begitu suka dengan drama korea. Good luck, semoga menang kakak :)
Replymacau,2 tahun ini sering dneger dan lihat kotanya.asik dan seru,padahal kaloa nengok ke belakang,banyak juga film2 drakor yang lokasinya di macau hehehe
Replydari film-film Hongkong kayaknya mbak Niar. Dan memang betul adanya mbak, xixixi
ReplyMakasih mas Bobby. Maaf baru balas :D
ReplyIya mbak, ada beberapa. itu ditulis buat lomba tapi gak menang, xixiiii
ReplyDulu saya dalam kehidupan berumah tangga saya sangatlah susah,karna masalah keuangan,tapi setelah saya mengetahui,
Replybahwa KI JONGGOL,bisa meberikan angka togel yg 4d 100% tembus,saya coba coba menghubungi beliau,dan alhamdulillah,
kini aku bisa merubah nasib sya menjadi lebih baik,jadi saya sarankan kepada anda semua jika ingin merubah nasib anda menjadi lebih baik,
hubungi KI JONGGOL DI 0852_1654_8879 atau lihat WEB selengkapnya KLIK DISINI PASTI ANDA TIDAK AKAN KECEWA.
...................TERIMA KASIH..................
Drama ini ±12x nonton dan emang udah lama, tapi fav banget sungguh kangen bener. Kira kira admin masih aktif gak yaa?? Aku cuma kangen aja sama nih drama jafi lagi nostalgia sama scene dan tempatnya eh ga taunya nemu blog nya admin, makasih banget mengobati rasa rindu ku, memang happy ending but ketika pergi ke macau tu kerasa banget kalo ni drama bakal habis walaupun udah ditonton berkali-kali tetep sukak banget apa lagi ma nih kopel, pengambilan latar di istana juga bagus walaupun istananya sebenarnya ga berhubungan
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon