Fanpage A Year of Books, fanpage yang dikelola oleh Mark Zuckerberg |
Moisés Naím, seorang penulis asal Venezuela, mungkin tidak pernah mengira bahwa buku terakhir yang ditulisnya yang terbit 2013 lalu, The End of Power, akan menjadi perbincangan hangat di awal tahun 2015. Sebagaimana sebuah buku yang sedang hangat dibicarakan, tentulah ada dampak besar yang akan menyertai nasib buku itu kemudian. Yang tidak bisa dipungkiri adalah keuntungan yang akan diperoleh oleh penerbit, dan tentu saja nama besar penulisnya. Saya sendiri belum pernah mendengar nama Moisés Naím, sampai pada awal 2015 ini, ketika saya membaca status reading challenge (tantangan membaca) yang dicetuskan oleh CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Berikut saya tampilkan saja screenshot statusnya.
Status Mark tersebut dibuat pada 2 Januari 2015
setelah sebelumnya di hari terakhir tahun 2014 Mark membuat status list
challenge atau resolusinya untuk tahun 2015. Mark menyebut beberapa challenge-nya
di antaranya; ia ingin belajar berbicara
dalam bahasa Mandarin, bertemu dengan satu orang yang tidak bekerja di facebook
setiap hari, menuliskan ucapan terima kasih buat siapa saja yang membuat dunia
ini menjadi lebih baik, menjadi vegetarian, dan menggunakan dasi setiap hari.
Itulah beberapa resolusi Mark untuk tahun 2015. Meski Mark tidak memasukkan Reading
Challenge sebagai salah satu resolusinya, namun saya sangat yakin bahwa
orang seperti Mark adalah orang yang rajin membaca buku.
Ini terbukti ketika sebuah akun facebook atas nama
Cynthia Greco mengusulkan tambahan ide challenge 2015 di status Mark agar
Mark membaca satu buku baru setiap bulannya. Sebuah usul sederhana dan singkat
saja sebenarnya, namun kemudian berdampak luar biasa. Dengan mendapatkan lebih
dari 1900 like, Mark dengan cepat merespon usul Cynthia Greco tersebut
dengan membuat postingan status baru khusus membahas tentang Reading
Challenge. Mark meresponnya dengan keputusan cerdas seperti status yang
saya screenshot di atas.
Apa yang menarik dari status tersebut adalah pertama
saat kemudian Mark membuat fanpage baru khusus membahas buku dan kedua pilihannya
atas judul buku bacaan di awal tahun 2015. Mari kita lihat yang pertama, yaitu
adanya fanpage khusus membahas buku dengan nama A Year of Books
(silakan searching saja nama tersebut di facebook) yang mana nantinya
Mark akan meng-update hasil pembacaannya atas sebuah buku ke fanpage
tersebut dan mengundang siapa saja untuk berdiskusi tentang buku tersebut. Yang
saya suka adalah cara Mark yang meminta kepada
siapa saja yang nanti ingin berpartisipasi dalam diskusi tersebut bahwa
mereka harus fokus atas buku yang nanti akan dibahas. Tentu ini harus
diwanti-wanti sejak dini mengingat bahwa facebook akhir-akhir ini sudah sangat
riuh sekali. Ibarat lalu lintas, facebook sudah mengalami kemacetan yang sudah
tak bisa dikendalikan lagi. Ibarat pusatnya pasar, semua tumpah ruah di pasar
tersebut, mulai dari barang-barang yang dibutuhkan sampai segala macam sampah.
Mungkin kita tidak bisa mengontrol semua orang, namun kita bisa mengontrol
beberapa saja, mungkin begitu pesan yang ingin disampaikan oleh Mark.
Yang kedua adalah apa yang saya sebut di awal. Nama
Moisés Naím dan bukunya yang berjudul The End of Power menjadi
pembicaraan hangat di beberapa media dan di kalangan netizen. Buku The End
of Power terbit pada 2013 dan menjadi 1 dari 10 buku Notable Nonfictionof 2013 versi The Washington Post.
Moisés Naím pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan
dan Industri Venezuela di awal 1990-an, kemudian dilanjutkan dengan posisi
sebagai Direktur Bank Sentral Venezuela dan sebagai Direktur Eksekutif Bank
Dunia. The End of Power adalah studi tentang bagaimana makna
kepemimpinan dalam bisnis, politik, pendidikan, agama, dan keluarga yang telah
mengalami perubahan dramatis selama abad terakhir.
Ketika Mark mengumumkan judul buku pertama pilihannya awal di tahun ini, para netizen mulai bertanya-tanya buku tentang apa itu dan bagaimana cara mereka mendapatkannya. Mungkin mereka tertarik ingin ikut pada diskusi buku tersebut yang akan digelar oleh Mark. Facebook digunakan oleh hampir sepertiga populasi dunia, dan meski akses internet semakin mudah dan terbuka, namun tidak semua dari pengguna internet tersebut memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan atau membaca buku-buku terbaik yang baru diterbitkan.
Boleh dibilang, buku The End of Power ini
tidaklah terlalu baru karena terbit di tahun 2013, meski kenyataannya buku ini
belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun jika Anda menginginkan
buku ini sekarang dan ingin membacanya bukan dalam bahasa terjemahan dan ingin
ikut berdiskusi dalam klub buku sang CEO facebook, satu-satunya jalan mungkin
Anda bisa memesannya di toko semisal Amazon.com. Jika Anda khawatir bukunya
akan lama sampai ke alamat Anda, mungkin Anda bisa memesannya dalam bentuk
e-book. Sejak hari pertama challenge tersebut diluncurkan, menurut
berita yang dilansir di SINI, Amazon.com telah kehabisan stok buku cetak tetapi
mereka masih melayani pembelian dalam bentuk e-book. Saat ini, angka penjualan
buku versi e-book mengalami peningkatan secara drastis dibanding jumlah angka
penjualan buku cetak.
Dalam hal ini, Moisés Naím dan pihak terkait yang
berhubungan dengan buku The End of Power saya kira sudah sepatutnya
berterima kasih pada Mark. Dan Moisés Naím memang sudah melakukannya, baik
melalui facebook pribadinya maupun di beberapa media. Ia berterima kasih pada
Mark karena sudah terlebih dahulu memilih bukunya meskipun berdasarkan
pengakuannya ia tidak mengenal Mark, dan mengatakan bahwa tidak ada motif
apapun atas keputusan Mark tersebut.
“He doesn’t know me. He’s not doing this for any other reason than what he saw as the merits of the book, and I greatly appreciate that. There is no interference of any other kind. There is no ulterior motive. There is no hidden agenda. He just got interested in a book that had an idea that intrigued him and he decided to read it and let all the people know. And I think that’s the perfect way.” Begitu pengakuan Moisés Naím pada sebuah media.
Ya, Mark memutuskan memilih buku tersebut atas
kesadarannya sendiri. Dan ini adalah sebuah keputusan yang memberikan efek yang
besar, terhadap dunia perbukuan, terhadap netizen agar lebih banyak membaca book
dan bukannya ‘membaca’ facebook.
***
Menarik melihat apa yang dilakukan oleh orang yang
masuk dalam daftar 20 besar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes ini.
Mark adalah seorang public figure, yang mana segala tindak tanduknya tak
pernah lepas dari ‘mata-mata’ di sekitarnya terutama media, yang mana segala
tindakannya kadang menjadi acuan tindakan orang-orang di sekitarnya bahkan
orang lain di belahan dunia lainnya. Maka melakukan sesuatu yang positif,
mengajak orang lain untuk hidup yang lebih baik termasuk dalam hal agar lebih
bijak menggunakan facebook meski ia adalah seorang CEO facebook, adalah sebuah
tindakan yang patut kita apresiasi bersama. Facebook telah membuatnya masuk
dalam jajaran orang-orang terkaya di dunia, namun tampaknya ia juga sadar bahwa
meskipun facebook telah banyak memberinya keuntungan, bahwa facebook telah menghubungkan
orang-orang jauh menjadi dekat, tak bisa dipungkiri bahwa facebook juga
telah melalaikan banyak orang dan membuat jauh orang-orang yang dekat. Ini
terlihat dari isi challenge pertamanya; Meeting one new person who doesn't work at Facebook every day.
Saya berharap semoga ke depan ada public figure
Indonesia yang melakukan hal yang lebih kurang sama dengan yang dilakukan Mark
Zuckerberg. Bisa oleh siapa saja––artis, pejabat, politisi, pengusaha––dan bisa
dalam hal apa saja.
Selamat untuk Mark Zuckerber.**
10 comments
Write commentswow,inspiratif sekali,baca 2 tulisanmu ttg mark *ini tulisan ke2* jadi pingin nantang diri sendiri,one month one book. tfs mbakk....^^
Replymark keren ya
Iya mbak, ini tulisanku yang kedua yang membahas tentang Mark.
ReplySelalu ada sisi menarik yang bisa ditulis dr sebuah fenomena ya? :D
Duh, gara2 bukunya di baca sama Om Mark, berarti bukunya langsung laris manis yah mbak :)
ReplyAku kagum ama beliau yang humble banget itu, apalagi ketika fotonya yang waktu ke Indo itu beredar luas, rendah hati banget deh beliau :)
Tantangan membaca buku baru tiap bulannya? Waaaah, saya sendiri merasa ragu bisa melakukannya. Baca buku teori aja mudah ngantuk, sih hahaha.
ReplyPostingan bagus nih. Saya dapat info baru chalenge kayak ginian dari blog kamu :)
Iyaaa mbak. Orang kaya segitu, rendah banget segitu, duuuuh....jarang-jarang ya mbak.
ReplyTerus dia juga menginspirasi banget dah, hehee.
Mungkin bisa dimulai dengan bacaan-bacaan tingan mbak :D kalau buku teori yang berat-berat, daku juga kayaknya gak bisa abisin baca dalam sebulan, ahahahaaa...
Replymakasih atas kunjungannya mbak. Semoga bermanfaat
Saya tertarik ketika saya follow fanpage reading apa gitu saya lupa, Mark menuliskan list buku yg ingin dibacanya. Saya lagi nunggu 1 buku yg dipesankan teman. Buku2 yg dibacanya memang bukan buku baru jangankan diterjemahkan ditoko buku yg banyak menyediakan buku import-pun blum tentu ada. Pesan lewat Amazon ke Indonesia kayaknya gak mudah.
ReplyFanpage A Year of Books mbak, hehee
ReplyBetul, buku-bukunya yang dibacanya susah kita dapatkan ya, walaupun bukan buku baru :D
Harus tambah rajin baca buku nih. Book review challenge nya msh dlm "slow motion" :( .mksh kak eky postingannya...mudah2an terjangkit virusnya "Mark. :D
ReplyYok lebih rajin baca buku, kan Mursal udah punya blog buku, tho? hehee
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon