12 Tahun Forum Lingkar Pena Aceh


11 Maret 2013, Forum Lingkar Pena Aceh tepat berusia 12 tahun.

Boleh dibilang, Forum Lingkar Pena adalah organisasi pertama yang saya ikuti dengan serius dan saya ikut 'tercelup' ke dalamnya. Waktu kuliah dulu, pada dasarnya saya kurang suka berorganisasi, entah karena belum ada organisasi yang cocok buat saya, entah karena faktor saya yang malas. Saya lebih berdiam diri dalam kamar, menghabiskan hari dengan membaca novel, komik, atau buku apa saja.  Sampai akhirnya saya bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP). Untungnya saat itu FLP sudah ada di Aceh. saya langsung mendaftar dan entah kenapa saya jatuh cinta dengan FLP. Mungkin di sinilah saya menyalurkan hobi membaca yang kemudian menular menjadi kegiatan baca-tulis. Setelah membaca lalu menulis. Waktu itu, buku yang paling banyak dibaca oleh teman-eman saya di FLP adalah buku 'Mengikat Makna' karangan 'Hernowo'. Buku ini sangat berarti dalam mengubah hidup saya. Inti dari buku tersebut adalah mengajak pembaca untuk mau menulis setelah membaca. Saya mendapat bimbingan menulis dari seorang penulis senior di FLP Aceh bernama Diana Roswita. Sekarang beliau telah tiada. Beliau syahid ketika tsunami menerjang Aceh. tentang beliau, pernah saya tuliskan di SINI. FLP adalah tempat pertama saya belaja menulis fiksi.

Saya beruntung diberi kesempatan bertemu dengan orang-orang di FLP.  Saya mendapat banyak ilmu yang tak hanya ilmu menulis. Saya mendapat pencerahan tentang kebaikan, persahabatan, dan sebuah ikatan kekeluargaan yang tak saya dapatkan di tempat lain. Satu hal yang kemudian saya syukuri, saya memutuskan memakai jilbab.

Oktober 2005, ketua FLP saat itu, Cut Intan Meutia, harus berhenti dari jabatannya sebagai ketua umum FLP Wilayah Aceh. Beliau akan ke Amerika, melanjutkan studi master di sana. Setelah melalui keputusan bersama, maka diputuskan ‘memilih ketua sementara’ sebelum memilih ketua baru di periode selanjutnya. Entah karena berlebihnya rasa cinta yang saya tunjukkan ke FLP atau entah karena tak ada yang lain yang bersedia dicalonkan jadi ketua pengganti, dipilihlah saya menjadi ketua sementara. Dipilih atas kesepakatan bersama tapi bukan atas kesepakatan saya. Kenapa saya katakan begitu? Adalah sebuah fenomena di FLP Aceh, setiap kali ada pemilihan ketua, tak pernah ada yang mencalonkan diri seperti layaknya pemilu. Jika ada yang terpilih, selalu ada penolakan beserta alasan manis untuk menolak. Ya, kita di sini tidak pernah memperebutkan ‘kursi panas’ ini.

Selama kurun waktu yang tidak begitu lama menjadi ketua pengganti, semangat menulis saya semakin meninggi. Setelahnya saya dikenal oleh banyak orang; baik oleh bukan penulis maupun oleh penulis-penulis tua muda di Aceh yang telah lebih dahulu berjaya. Semakin dikenal setelah saya memenangi lomba menulis. Semakin dikenal saat berkunjung ke luar daerah Banda Aceh dan luar propinsi Aceh dalam rangka menunaikan ‘tugas’ dari FLP.
***

FLP adalah hadiah Allah untuk Indonesia, begitu kata penyair Taufik Ismail. Dengan jumlah pengurus dan anggota terbanyak dengan cabang di daerah serta di luar negeri, kini FLP semakin dikenal banyak sebagai pabrik penulis di Indonesia. Berbagai karakter terhimpun di sini.

Februari lalu, Forum Lingkar Pena sedunia memasuki 16 tahun. Tak seperti tahun sebelumnya, milad FLP terasa sangat ‘gegap gempita’. Saya masih ingat, FLP pusat mengadakan banyak lomba untuk milad ini. Semua lomba tentunya mengacu pada lomba menulis dan dunia perbukuan. Pada tanggal 21 Februari tahun lalu, FLP membuat kampanye menulis melalui media jejaring sosial. Pada waktu yang telah ditentukan di hari tersebut, semua penulis/calon/pengurus yang bernaung di organisasi ini diminta menuliskan apa saja lalu membuatnya menjadi status di facebook. Wah, hari itu beranda facebook ramai sekali berisi status hasil menulis selama satu jam dengan tag ‘milad FLP.’

Tapi tahun ini, sepertinya senyap-senyap saja. Saya menduga, mungkin karena tahun ini akan diadakan Musyawarah Nasional di Bali. Sebagai organisasi yang bergerak dengan dana sendiri, tentu tak mudah untuk FLP membuat sebuah perhelatan besar. Para pengurus di pusat harus bekerja keras memikirkan kesuksesan acara tersebut dan para pengurus di daerah pun tak mau kalah. Mereka juga harus memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengirim utusan ‘orang penting’ di daerah untuk mengikuti Munas tersebut. Bagi daerah yang ‘kaya’, mungkin hal ini tidak menjadi masalah. Tapi inilah FLP. Keterbatasan bukan sebuah kendala untuk tetap menebar cinta dan kebaikan. Dengan semangat berbagi dan berdakwah melalui tulisan, tulisan-tulisan ala FLP mulai diterima masyarakat dan sempat booming sekitar tahun 2000-an.

Forum Lingkar Pena Aceh

FLP wilayah Aceh berdiri 12 tahun lalu, dengan ketua pertamanya bernama Nora Folina. Nora Folina bersama Cut Januarita, Almarhumah Diana Roswita, Almarhumah Meutia Meida, dan banyak rekan-rekan mereka lainya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, membangun FLP dari nol, dari tak punya apa-apa selain semangat.

FLP Aceh sebagai salah satu FLP Wilayah yang ada di Indonesia
Telah membuktikan bahwa dirinya mampu berkarya, berbakti dan berarti…
Berjuang melalui pena
Memberi dengan cinta

Dua belas tahun memang belum berarti apa-apa
Masih panjang jalan kita
Menapaki jalan dengan berkarya
***

Berpindah-pindah

Salah satu ciri khas orgnaisasi FLP awalnya dulu adalah: tak punya sebuah tempat yang layak untuk berkumpul. Teman-teman suka menyebutnya ‘Sekretariat’, tapi belakangan ini, saya agak malas menyebut ‘Sekretariat’. Seorang teman di sebuah grup menulis mengatakan FLP itu identik dengan ‘rapat dan rapat lagi’, kapan nulisnya? Padahal yang menyebut itu adalah seorang jebolan FLP di sebuah daerah yang tak bisa saya sebutkan namanya.

Dari masjid ke masjid, dari rumah seorang pengurus ke rumah pengurus lainnya, begitulah pergerakan FLP pada awalnya. Dan ini terjadi tak hanya di Aceh saja, bahkan di banyak wilayah.

Kadang saya suka iri melihat rekan-rekan penulis dengan sebuah tempat yang mewadahi mereka berkumpul; tempat yang besar, buku yang banyak dan bagus, mampu membuat sekolah menulis setiap tahun dengan mengundang pemateri-pemeteri dari pulau Jawa bahkan penulis dari luar negeri, lebih dikenal namanya dibanding FLP. Saya pikir ini hanya soal waktu.

Dan lihatlah, FLP  sekarang sudah bisa menyewa ruko, bisa memiliki sebuah perpustakaan yang dinamakan Rumah Cahaya, bisa membuat kelas menulis setiap menerima anggota baru, juga bisa mengundang penulis dari pulau Jawa.

Penulis Islami

Ciri lainnya di Forum Lingkar Pena adalah; semua perempuannya berjilbab dan laki-laki yang berjumlah tak seberapa itu pemalu dan ngomong kalem. Saya yang waktu itu berjilbab hanya karena mengikuti peraturan daerah, merasa takut sekaligus cemas. Saya takut jika mereka akan memandang saya aneh. Untungnya ketakutan saya tidak terjadi. Para penulis di FLP itu sangat welcome kepada siapa saja.

Tapi itu hanya soal penampilan. Seiring berjalan waktu, FLP tidak hanya diperuntukkan untuk penulis-penulis Islam. Penulis/calon penulis non muslim dipersilakan duduk bersama dalam forum dan diskusi FLP selama tetap masih mau menjunjung tinggi visi dan misi organisasi ini.
Bersama kang Irfan Hidayatullah dan mbak Rahmadiyanti (Redpel majalah Annida, 2006)


Forum Lingkar Perempuan

Sejak awal, hal ini sudah terlihat. Sewaktu kepengurusan Nora Folina hingga kepengurusan Cut Intan Meutia, yang laki-laki jumlahnya tak sampai bilangin jari dua tangan. Entah mereka sungkan, entah mereka malu, entah memang jumlah mereka sedikit. Hingga setiap kali duduk di forum resmi dan tidak resmi, mereka yang tidak sungkan dan tidak malu ini, harus duduk di lingkaran yang berbeda. Hingga, entah siapa yang duluan memopulerkannya, tiba-tiba saja, Forum Lingkar Pena berubah menjadi Forum Lingkar Perempuan. Untunglah saat itu ada seorang perempuan yang lincah, energik, banyak ngomong, ramah, suka berbaur dengan siapa saja, sempat diamanahi memimpin FLP walau sebentar. Hingga para pangeran malu (kebalikan putri malu) tiba-tiba 'brubaaaaahh..' , dari yang malu-malu jadi malu-maluin :D

Alhamdulillah, FLP adalah sesuatu buat saya!
Selamat milad FLP Aceh!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

6 comments

Write comments
Lia Javier
AUTHOR
11 Maret 2013 pukul 20.09 delete

Selamat Milad ke-12 untuk FLP Aceh. Semoga anggotanya semakin banyak menghasilkan karya-karya yang berkualitas :)

Reply
avatar
11 Maret 2013 pukul 23.27 delete

Aamiin. Makasih ya Lia.
Semoga lia juga semakin jaya :)

Reply
avatar
Get2i Area
AUTHOR
12 Maret 2013 pukul 14.21 delete

jadi inget almarhumah kakakku...
jaman duluuuuuuuu, ketika yang namanya forum lingkar pena baru muncul,,, dia pingin banget bergabung

Reply
avatar
13 Maret 2013 pukul 05.01 delete

Semoga kakakmu mendapat tempat yang layak di sisi-Nya, ya :)
Makasih ya udah berkunjung :)

Reply
avatar
29 Maret 2013 pukul 20.50 delete

bagaimana caranya bergabung di FLP aceh?

Reply
avatar
29 Maret 2013 pukul 23.49 delete

Wah, FLP Aceh baru aja merekrut anggota baru nih.
Sekitar sebulan lalu
Mungkin harus menunggu periode selanjutnya :D
Eniwe, makasih udah berkunjung :)

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky