Serambi Indonesia, 9 Februari 2014 |
Dua minggu lalu saya menulis sebuah
ulasan cerpen (bisa di SINI). Tulisan tersebut hanya saya publikasikan di blog
ini kemudian saya share ke facebook. Ternyata, banyak tanggapan positif
atas tulisan tersebut, bahkan saya disarankan untuk mengirimkannya ke koran
yang sama, yaitu Serambi Indonesia. Saya agak ragu melakukannya, mengingat
ruang untuk ‘Rubrik Budaya’ di Koran tersebut hanya satu halaman saja. Saya juga
ragu apakah tulisan tersebut akan diterima atau tidak, mengingat bahwa dengan
ruang yang sangat terbatas, tampilan satu cerpen dan puisi-puisi terlihat
begitu sesak selain kenyataan bahwa selama ini hanya cerpen dan puisi-puisi
saja yang dimuat. Namun karena akhirnya ditantang untuk kirim saja dahulu dan lihat
bagaimana hasilnya nanti, ya sudah, akhirnya saya mencoba mengirimkannya ke koran
tersebut. Namun tentu saja, setelah saya mengedit tulisan tersebut. Tulisan di
blog tentu berbeda dengan tulisan yang akan dikirim ke media. Di blog, saya
menggunakan bahasa suka-suka, tentu tidak bisa lagi suka-suka jika sudah
berhubungan dengan media.
Dua hari kemudian saya mendapat email
dari editor rubrik budaya koran tersebut. Beliau mengabari akan memuat tulisan
saya namun meminta saya untuk membuang beberapa bagian. Saya melakukannya dan
tulisan tersebut pun dimuat hari Minggu lalu (9 Februari 2014). Di rubrik
Budaya, tulisan tersebut dijadikan tulisan jenis apresiasi, sejenis esai budaya.
Setelah itu saya mengabarkan teman-teman penulis di Forum Lingkar Pena bahwa
dengan dimuatnya tulisan saya tersebut, ini membuktikan bahwa koran tersebut
tidak hanya menerima cerpen dan puisi saja. Saya juga berpesan bahwa jangan
sungkan dan malu menulis apa yang ingin ditulis, bahkan jika itu tulisan
berbentuk kritik, asal semua dilakukan dengan bahasa yang santun dan ilmu yang
cukup.
Jadi, karena tulisan yang dimuat adalah
hasil ‘rombak’ dari postingan di blog ini, saya tidak akan memuat lagi
tulisannya di sini. Mungkin beberapa kalimat menjadi berbeda sama sekali, tapi
intinya sama saja.
Tadi
siang, Denny Prabowo, penulis yang berdomisili di Jakarta dan juga
aktif di FLP pusat, mengirim pesan untuk saya. Beliau mengatakan ingin
memuat esai saya di blog Galeri Karya FLP.
Saya katakan silakan saja. Saya mengirimkan file asli sebelum diminta
edit oleh editor. Jadi yang ingin membaca tulisan tersebut secara
lengkap, bisa langsung ke SINI.
Caption di Blog Galeri Karya FLP |
Semoga ini menjadi awal yang baik untuk perkembangan dunia
sastra di Aceh.
4 comments
Write commentsWah keren nih....
ReplyTulisanku sejauh ini masih nongol di blog aja mbak hehehe
Ini awalnya juga merupakan tulisan di blog nih, terus ada yang nyaranin untuk kirim ke media. Yuuk..kirim-kirim juga :D
Replypostingan yang sangat menarik sekali sob... nice share
Replyyukkk
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon