Sudut Pandang


Pic: http://istockphoto.com/


Pernahkah kau merasa tidak percaya diri saat bertemu dengan banyak orang bila rambutmu dalam keadaan awut-awutan dan berantakan? Kalau jawabannya pernah, hal itu sangat wajar dan manusiawi sekali. Bagaimana pun, adalah fitrah manusia untuk tampil menarik dan indah. Bukankah Tuhan itu indah dan mencintai keindahan?

Di sebuah film lawas yang saya tonton di stasiun tivi satu-satunya saat itu (saya sudah lupa judulnya), saya melihat semua tokoh dalam film tersebut berkepala botak tanpa sehelai rambut pun, tak terkecuali laki-laki perempuan, tua-muda, besar-kecil. Saya yang waktu itu masih kecil sedikit bingung membedakan mana laki-laki dan mana perempuan. Untunglah ada perbedaan yang cukup mencolok dari segi fisik. Meskipun demikian, tetap saja tokoh-tokoh berkepala botak dalam film tersebut tidak menarik sama sekali, begitu dulu yang saya pikirkan. Tentu akan berbeda jika mereka mempunyai rambut. Nah, bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi? Misalnya jika perempuannya yang botak, bukan dalam film dan bukan untuk keperluan akting.

Laki-laki botak dianggap sudah biasa, tapi jika perempuan, dianggap lucu. Kenapa, ya? Di Indonesia, pernah ada selebritas perempuan yang sengaja sengaja membotakkan kepalanya, demi keperluan akting tapi berlanjut di luar akting. Namun sejak itu, ada beberapa selebriti perempuan yang  mengikuti gaya kepala botak ini. Mereka dengan sangat percaya diri tampil di muka umum dengan kepala botak seperti itu, meskipun–mungkin–sebagian orang memandangnya aneh. Bahkan tak jarang–entah karena pandangan aneh orang-orang atau entah karena sesekali merasa risih–mereka sesekali memakai pengganti   rambut, seperti wig unyu-unyu misalnya. Hal ini membuktikan bahwa bagaimanapun trennya kepala botak saat itu–atau kapanpun–perempuan tetap membutuhkan pelindung dan rasa aman terhadap kepala. Yang laki-laki pun–yang kebetulan juga berkepala botak–tak jauh berbeda. Sesekali, mereka pasti membutuhkan topi atau apa saja bagi kepala mereka.

Memang begitulah, Tuhan telah mengatur semuanya dengan begitu sempurna, termasuk kegunaan rambut, yaitu untuk menahan sinar matahari agar tidak langsung mengenai kulit kepala, penyerapan air, dan untuk kelembaban kulit kelapa. Coba bayangkan, bagaimana jadinya kalau seumur hidup kepala kita dalam keadaaan tak berambut? Kita tentu takkan sanggup menahan sengatan panas matahari yang langsung mengenai kepala.

Rambut itu mahkota. Dan mahkota adalah keindahan. Maka kalau kita membotakkan kepala, kita seperti mencoba menghilangkan salah satu keindahan tersebut. Makanya kenapa perempuan dilarang memotong rambut yang sangat pendek hingga menyerupai laki-laki. Karena di situlah letak keindahan perempuan–salah satunya.

Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak memilki rambut? Entah  untuk sementara waktu atau seterusnya. Apakah mereka tidak lagi mempunyai keindahan atau tidak layak memiliki keindahan?  
Terkadang seseorang terpaksa menjadi botak.  Karena menjalani kemoterapi  atau  penyakit kulit di daerah kepala.  Kemoterapi memang bisa membuat rambut rontok. Jika sel-sel rambutnya sudah rusak maka rambut tidak bisa tumbuh lagi.  Maka, apakah dengan adanya rambut menjadi satu-satunya keindahan?

Alangkah malangnya mereka yang terpaksa botak kemudian akan dipandang dengan sangat aneh. Mereka bukanlah selebritas yang suka membuat sensasi sehingga tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang. Mereka hanya manusia biasa yang tak berdaya dengan keharusan tersebut.

Dan kalau ada yang ngotot ingin botak, ya silakan saja. Ada banyak alasan yang bisa kau kemukakan. Bisa jadi karena ingin menghemat shampoo, minyak rambut, tidak ingin ribet, whatever-lah. Yang jelas, ada kalanya kau tetap membutuhkan pelindung kepala. Betul, nggak?

Maka, marilah melihat  keindahan dari sudut pandang yang berbeda. :D


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

Instagram @fardelynhacky