Sejak dua minggu belakangan ini, Thailand
dicekam kelam. Demonstarsi di mana-mana. Tidak hanya di Bangkok, demo
besar-besaran juga terjadi di kota tempat saya tinggal di Hatyai, Provinsi
Songkhla, Thailand Selatan. Saya bersyukur tinggal di kota ini, meski nyaris setiap
hari ada demonstrasi, namun semua berjalan dengan tertib dan damai. Tanpa aksi
anarkis yang sampai memakan korban nyawa sebagaimana yang terjadi di Bangkok. Aksi
demonstrasi yang saya lihat adalah aksi-aksi yang terjadi di kampus saya, Prince
of Songkla University, dan sekitarnya. Bahkan dalam minggu ini (sejak tanggal 4-10
Desember 2013) kampus saya mengumumkan penundaan jadwal kegiatan akademik, setelah
mendapatkan pengumuman lanjutan dari Bangkok. Akhirnya, resmi sudah, sejak
rentang waktu tersebut, hampir di semua kampus di Thailand libur karena aksi demonstrasi
yang terus menegang.
Di Hatyai sendiri, aksi demonstrasi sudah
terjadi sejak awal bulan lalu. Makin ke sini, kegiatan demonstrasi semakin
aktif dan marak. Bahkan beberapa Ajarn yang sudah professor (sebutan untuk dosen
dalam bahasa Thailand) ikut turun dan berjalan bersama para demonstran kampus
sambil membawa bendera kecil di tangan masing-masing, memakai topi dengan lambang
bendera, ikat kepala yang juga bercorak bendera Thailand, bahkan ada yang memakai
anting dengan gambar bendera Thailand. Saya
benar-benar salut melihat rasa nasionalisme warga Thailand yang luar biasa.
Salah satu bentuk rasa nasionalisme yang
tinggi tersebut, yang ditunjukkan oleh para demonstran baik yang berada di kubu
anti pemerintahan maupun yang pro pemerintahan, bahkan hampir seluruh rakyat
Thailand, adalah saat menyambut salah satu hari besar nasional di Thailand yang
jatuh tepat pada 5 Desember, kemarin. Hari besar tersebut adalah Father’s Day.
Setiap tanggal 5 Desember, masyarakat
Thailand memang memperingati Father’s Day,
yaitu peringatan untuk hari kelahiran raja Thailand, Raja Bhumibol Adulyadej.
Bhumibol lahir pada 5 Desember 1927, 86
tahun silam. Saat ini, Father’s Day
sudah ditetapkan sebagai salah satu hari besar nasional di Thailand dan hari
libur layaknya libur lebaran jika di Indonesia. Kantor, sekolah, kampus, dan
berbagai kegiatan administrasi lainnya akan tutup selama beberapa hari
menjelang dan di hari H (5 Desember). Foto-foto besar raja dan ratu
terpajang mewah dengan bingkai ukiran
khas Thailand, tersebar di setiap sudut kota dan bangunan apa saja. Pada setiap
instansi, kantor pemerintahan dan swasta, kampus, hotel, tempat perbelanjaan, di
rumah-rumah, pertokoan, kita akan selalu menjumpai foto raja atau keluarganya. Dan di hari H,
masyarakat Thailand akan berkumpul dan tumpah ruah di satu tempat untuk
merayakan Father’s Day ini.
Jika di
Indonesia, Hari Ibu lebih terasa gaungnya dibanding Hari Ayah, di Thailand
justru sebaliknya, Hari Ayah malah lebih semarak, lebih meriah, dan lebih cetar
membahana. Suasananya mirip dengan perayaan tahun baru. Ramai dengan masyarakat
yang tumpah ruah datang dari berbagai penjuru. Dan jika melihat suasana
menjelang Father’s Day itu sendiri, saya teringat dengan suasana di
kampung halaman saat beberapa hari menjelang lebaran Idul Fitri. Meriah!
Nah, terkait
aksi-aksi demo tadi, sekali lagi saya salut dengan kedua kubu dan semua
masyarakat Thailand yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Dari golong
manapun mereka, rasa cinta terhadap raja mereka begitu terpatri di dalam dada.
Hawa panas yang terjadi akhir-akhir ini, lenyap seketika tepat sehari sebelum Father’s
Day. Di Bangkok, kabarnya pihak demonstran anti pemerintah menghentikan
aksi mereka sejak Rabu lalu. Yang menakjubkan, mereka malah ikut bergabung
dengan pihak kepolisian untuk ikut membersihkan jalan-jalan atau tempat-tempat yang
selama ini mereka gunakan untuk melakukan aksi demonstrasi. Padahal, di
hari-hari sebelumnya ada ketagangan di antara mereka. Luar biasa!
Dengan menganut sistem
monarki, rakyat Thailand memang sangat
menaruh hormat terhadap raja beserta keluarganya. Jika ada warga negara asing
yang mencoba menghina atau menjelek-jelekkan keluarga kerajaan, baik lisan
maupun tulisan, pemerintah Thailand tak segan-segan untuk menghukum
seberat-beratnya,
terhadap siapa saja yang melakukan hal tersebut. Buat mereka, raja dan keluarga
adalah jiwa mereka. Buat mereka, raja bukan sekadar simbol sebagaimana raja-raja lainnya
di negara-negara lain. Kalau boleh saya katakan, posisi raja sudah sama seperti
Buddha. Ya, begitulah yang saya lihat di hampir setiap rumah kenalan saya yang
saya kunjungi di Thailand. Di samping patung Buddha yang ada di rumah-rumah,
mereka juga meletakkan foto raja yang dipigura dengan begitu besar. Setiap kali
mereka bersembahyang dengan hio di depan patung Buddha, tak lupa mereka juga
melakukan hal yang sama di depan foto raja. Sependek
pengetahuan saya selama tinggal di Thailand, masyarakat Thailand sangat toleran
terhadap semua warga asing sepanjang tidak menyinggung kehidupan kerajaan dan
Buddha.
Ya, raja
Bhumibol memang terkenal sebagai raja yang sangat
mencintai dan dicintai oleh rakyatnya. Selama puluhan tahun berkuasa, raja
telah membentuk beberapa yayasan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
rakyat Thailand. Setiap tahun, dia
berkunjung ke kota dan desa-desa di wilayah Thailand, berbicara dan
mendengarkan langsung berbagai keluhan dan masalah dari rakyatnya. Selain
menyukai fotografi, perhatiannya yang cukup
besar adalah dalam bidang kesehatan dan pertanian. Namun
akhir-akhir ini, sang saja sudah mulai mengurangi aktivitasnya di luar karena bertambahnya
usia dan sering sakit-sakitan.
Kegiatan
puncak Father’s Day adalah di malam
hari tepat pukul tujuh malam, yaitu berdoa bersama (umat Buddha) dengan membawa
lilin sambil bernyanyi. Di kampus saya, kegiatan Father’s Day dipusatkan di sebuah Convention
Hall milik universitas. Di depan Convention
Hall, sudah terpajang foto raja di beberapa tempat dalam ukuran yang besar.
Di depan Convention Hall, Prince of Songkla University, Hatyai, Provinsi Songkhla. |
Suasana sore menjelang malam |
Cantiiiiiik.... |
Di kampus saya, perayaan Father’s Day kemarin dilaksanakan pada
pagi dan sore hari. Pada pagi hari diadakan upacara pembukaan dan puncak
kemeriahan berlangsung dari sore hingga malam hari. Cuaca yang mendung sejak
pagi yang bahkan diselingin hujan deras siang harinya, tidak serta merta membuat
acara tersebut batal. Hujan memang sedang lebat-lebatnya di awal Desember ini. Untungnya,
pada sore hari menjelang malam, hujan reda seketika. Ratusan orang dalam
balutan pakaian berwarna kuning berkumpul di satu tempat di kampus saya
tersebut. Kuning
adalah warna untuk hari Senin, hari di mana raja dilahirkan. Masyarakat Thailand
percaya bahwa setiap hari dalam seminggu memiliki pengaruh warna. Maka, sejauh
mata memandang, yang terlihat adalah warna kuning yang mendominasi.
Sayangnya saya tidak bisa melihat perayaan tersebut hingga malam. Meski
demikian, dari dalam kamar saya di asrama kampus, saya bisa mendengar suara
petasan yang menggema, nyaris memekakkan telinga. Semakin malam, suaranya makin
redup dan hilang sama sekali.
Di sudut lainya kampus saya |
Cara Kami Ikut
Merayakan Father’s Day
Sampai saat
ini, terbilang sudah tiga kali saya melihat perayaan Father’s Day di
Thailand. Di tahun pertama, saya dan teman-teman di kelas internasional diajak
untuk turut serta merayakannya, bukan hanya sekadar jadi penonton. Kami semua menyambut gembira. Kegiatannya hanya kegiatan yang
sederhana, yaitu Planting for Father.
Sebuah kegiatan yang kami dedikasikan
untuk raja di negeri ini, dedikasi untuk Hari Ayah di Thailand, dan untuk
ayah-ayah di seluruh dunia.
Happy Father’s
Day.
Khop Khun Kha!
15 comments
Write commentsSeru juga kalo ada acara begitu ya kak... yg didemo PM-nya kan?
Replyjarang ada berita raja/kaisar negara anu didemo, hehe
eh, kalau memperingati hari kelahiran raja, berarti kalau nanti rajanya mangkat dan diganti, tanggalnya bisa berubah?
Kata orang kalo di Indonesia, father's daynya boleh dibilang tip hari makanya yang dirayakan hari ibu :)
ReplyFoto2nya keren mbak ...
Khaira:
ReplyIya Khaira, mereka menuntut perombakan kabinet dan menghapus beberapa kebijakan. Kalau raja mana mungkin didemo, kan dia tidak membuat kebijakan, hehee
Ohya, kakak juga sempat bertanya2 sejak dulu, jadi kalo seandainya raja meninggal, apa Father's Day-nya berubah tanggal atau sama ya? xixixii...
Nantilah kakak tanya-tanya lagi sama rekan-rekan di sini yak :D
Mbak Niar:
hihiii...iya mbak niar, lagian Father's day dan Mother's Day kita beda dengan mereka. mereka sih pakai patokan tanggal lahir raja dan ratu, hehehe..
makasih udah berkunjung mbak ;)
Kirain hari ayah beneran. Ternyata hari 'ayah' khusus buat rajanya. Enak ya kak monarki, kalau rajanya baik kehidupannya tenang. Demokrasi terlalu bebas kali ya...
ReplyFotonya cetar banget deh Mak, artikelnya baguus, oiya mudah2an keadaan di Thailand semakin membaik, take care ya Mak di sana. :D
Replythailand emang keren :)
ReplyDeris:
ReplyKalau bebas kadang suka bablas kai yak deris :D
Mak Helda:
Makasih maaaaaak, atas apresiainya, heuheuheu...
Amiin. semoga ya mak ;)
Dwi:
Iya mbak, negara kita juga :D
Halo mba salam kenal :)
Replymenarik sekali membaca tulisannya, terutama tentang bagaimana tertibnya mereka berdemonstrasi, tidak anarkis. Bercermin ke negara kita sendiri jadi semakin sedih, sementara tetangga aja bisa seperti itu, kok kita seperti ini ya...
anyway, ulasan perayaan fathers day-nya menarik sekali
nice share :)
Wah seru juga nih perayaan Father's Day di Thailand.
ReplyFoto2nya sudah menunjukkan betapa serunya perayaan itu.
BTW, hebat sekali ya sang Raja, sehingga bisa begitu dicintai dan dihormati oleh rakyatnya.
Mamanya Leon:
ReplyIya mbak, di sini semuuuuua serba teratut dan masyarakatnya juga mudah diatur, memarkir sepeda motor, contoh lainnya selain demo tadi. Padahal parkirnya gak pakai juru parkir lho mbak, nanti deh kapan-kapan saya tulis di blog ini jg :D
Eniwe, terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan sederhana ini mba ;)
Catatan kecilku:
Iya mbak seru bangeeeet, hebatnya raja di negeri ini
Makasih udah berkunjung yo mbak ;)
Wah meriah banget perayaannya :D rasa nasionalisme orang Thailand juga terlihat kuat dari penggambaran yang ada di tulisan mbak
Replyiya nih bagus bangett
Replywah kereeen yaaa
Replywahh ini kereen ya
ReplyKata orang kalo di Indonesia, father's daynya boleh dibilang tiap hari makanya yang dirayakan hari ibu/....
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon