Credit Pict: FP Suthep Thausuban |
Terhitung sebulan berlalu sejak saya kembali
ke negeri gajah putih, dalam rangka menuntaskan kuliah saya yang tinggal
sedikit lagi. Saya merasakan aroma yang berbeda di negeri ini, dibanding waktu-waktu
sebelumnya. Thailand sedang dicekam kelam. Hawa terasa panas meski saat ini
sedang musim hujan.
Demonstrasi terjadi di mana-mana, nyaris di
seluruh penjuru negeri ini, tak terkecuali di kampus saya, Prince of Songkla University, Hatyai. Akar permasalahan
yang sebenarnya adalah gugatan untuk merombak kabinet dan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang dianggap pro terhadap keluarga Shinawatra. Sebagaimana kita
ketahui bahwa Perdana Menteri yang memimpin Thailand saat ini, Yingluck
Shinawatra, perdana menteri perempuan pertama di Thailand, merupakan adik
kandung dari Thaksin Shinawatra. Thaksin Shinawatra adalah perdana menteri yang
digulingkan oleh militer pada tahun 2006 lalu karena kasus korupsi dan
berbagai penyalahgunaan kekuasaan. Thaksin kemudian diasingkan, tidak
dibolehkan lagi tinggal di Thailand. Namun sekarang, pemerintah beserta
aparaturnya yang berada di bawah komando Yingluck akan mempertimbangkan kembali
untuk memberikan amnesti kepada Thaksin. Amnesti ini memungkinkan Thaksin untuk
kembali ke negerinya. Nah, ini dia yang kemudian diprotes oleh rakyat Thailand
dari kalangan anti pemerintah.
Sebulan lalu, saya sempat berbincang dengan salah seorang Ajarn saya di kelas Psychoatric Nursing, Assoc. Prof. Orawan Nukaew,
tentang suhu politik yang sedang terjadi di Thailand. Kata beliau, Yingluck
adalah perempuan yang cerdas; dia bisa menjadi ibu yang cerdas, menjadi istri
yang cerdas, namun tidak cukup cerdas
untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi menjadi seorang Perdana Menteri.
Kebijakan yang dibuatnya selama ini sering ambigu.
Ajarn saya ini beserta rekan-rekannya dari kalangan
akademisi di kampus saya, sangat pro-aktif melakukan demonstrasi terhadap
pemerintah Nyaris setiap hari beliau
turun ke jalan, ikut bergabung bersama para akademisi kampus dan siapa saja
yang merasakan ketidakadilan dari kebijakan pemerintah tersebut. Mereka tak
lupa membawa bendera kecil di tangan masing-masing, atau memakai topi dengan
lambang bendera, atau ikat kepala bercorak
bendera Thailand, hand ban,
kaos, bahkan ada yang memakai anting dengan corak bendera Thailand. Saya
benar-benar salut melihat rasa nasionalisme warga Thailand yang begitu tinggi.
Di Hatyai sendiri, aksi demonstrasi sudah
terjadi sejak awal bulan lalu. Makin ke sini, kegiatan demonstrasi semakin
aktif dan marak. Namun demikian, aksi demonstrasi yang dilakukan nyaris setiap
hari, berjalan tertib dan damai. Inilah salah satu alasan kenapa saya sangat
bersyukur tinggal di kota ini. Selain karena penduduknya ramah
tamah, memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap warga muslim asing, orang-orangnya juga tertib dan mudah
diatur. Demonstrasi setiap hari silakan, asal damai, begitu kira-kira slogan
yang mereka usung. Tanpa aksi anarkis yang sampai memakan korban jiwa
sebagaimana yang terjadi di Bangkok. Hal ini bisa dimaklumi mengingat hampir
semua pengunjuk rasa yang berada dikawasan Selatan dan Tengah adalah penentang
kebijakan pemerintah. Berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi di Bangkok,
Thailand bagian Utara serta Timur, pihak
anti pemerintah berhadapan tidak hanya dengan aparat keamanan, juga akan berbenturan
dengan pihak demonstran pro pemerintah. Keluarga Shinawatra aslinya barasal
dari Provinsi Chiang Mai (Thailand Utara) dan merupakan keluarga kaya raya di
sana. Itulah alasan kenapa di kawasan Bangkok dan sekitarnya (bagian Utara dan
Timur) keadaan lebih kacau dibanding di kawasan Selatan. Ya, karena basis
pendukung keluarga Shinawatra (pro pemerintah) ada di kawasan ini.
Namun sejak Rabu (4/12/13), semua aksi
berhenti sejenak sehubungan dengan akan diperingatinya Father’s Day yang jatuh setiap tanggal 5 Desember. Hari
libur Father’s Day termasuk hari libur nasional yang penting.
Jika di Indonesia, sama seperti hari libur nasional untuk hari-hari keagamaan.
Menjelang hari tersebut, para demonstran, baik yang berada di kubu anti
pemerintahan maupun yang pro pemerintahan, bahkan hampir seluruh rakyat
Thailand, menyambutnya dengan suka cita. Di hari-hari sebelumnya, mereka boleh
jadi berseberangan dan bertentangan, namun di hari Father’s Day,
mereka memiliki satu tujuan, yaitu mendoakan keberkahan hidup untuk raja mereka
yang kini semakin renta. Rakyat
Thailand memang sangat
menaruh hormat terhadap raja beserta keluarganya. Buat
mereka, raja dan keluarga adalah jiwa mereka.
Inilah cinta
sepanjang masa rakyat Thailand untuk
rajanya.
Pemimpin yang sangat mencintai dan dicintai oleh rakyatnya. Semoga damai segera
tercipta di negeri ini.
Dan, hari ini,
Senin 9 Desember 2013, Thailand kembali membara. Hari ini adalah puncak
demonstrasi dari berhari-hari lalu mereka melakukan demonstrasi tanpa lelah.
Berpusat di Bangkok, hari ini diperkirakan para demonstran dari wilayah Selatan
ikut bergabung menduduki kantor pemerintahan.
Well, let's see,
bagaimana hasil demonstrasi hari ini. Suthep Thaugsuban, pemimpin demonstran dari pihak anti
pemerintah, berjanji bahwa jika hari Yingluck
Shinawatra tak turun dari jabatannya sebagai Perdana Menteri,
maka tak perlu ada demonstrasi lagi. Rakyat sudah
cukup lelah dengan aksi berpanas-panas turun ke jalan atau ngendon
berlama-lama di depan monument demokrasi Bangkok selama lebih dari sebulan.
Mari kita lihat bersama bagaimana hasil demonstrasi besar-besaran hari
ini. Semoga hasilnya bisa membawa perubahan untuk Thailand yang lebih baik.
ConversionConversion EmoticonEmoticon