Pertama sekali, perlu saya tuliskan terlebih dahulu bahwa
Songkhla, seperti yang saya tulis di judul, adalah sebuah nama provinsi di
Thailand Selatan, tempat di mana selama dua tahunan ini saya tinggal. Biasalah,
saya di sini jadi TKW; Tukang Kuliah Wooiii.. :D Sudah dua tahun lebih saya
tinggal di sini, dengan tiap liburan semester saya pulang ke Aceh. Jarak Thailand Selatan – Aceh itu lebih dekat dibanding kalo saya ke ibukota
Republik Indonesia, atau kota-kota lainnya di pulau Jawa. Belum lagi soal
ongkosnya (ke Pulau Jawa) yang nominalnya bisa menguras isi kantong. Makanya
saya bersyukur sekali ketika mendapat beasiswa melanjutkan studi master
degree dari Pemerintah Aceh, kampus di Thailand adalah pilihan utama mereka
(pihak pemberi beasiswa), khususnya untuk jurusan saya, Faculty of Nursing.
Bersyukurnya bukan apa-apa (kalo soal syukur karena
dapat beasiswa, itu sih sudah kapan-kapan saya lakuin). Pertama, saya bisa
bolak balik ke Aceh beberapa kali dalam setahun (makanya saya selalu membuat visa
multiple entry :D) karena ongkos yang murah, saya pernah dapat ongkos
Air Asia yang cuma saja Rp 60.000 saja pas balik ke Aceh, ini harga yang bahkan
lebih murah dibanding ongkos bus bus Banda Aceh – Medan. Yang penting sih, saya
mesti selalu melototin harga tiket penerbangan via online. Kedua, di sini saya dapat ilmu yang banyak
banget selain menambah ilmu saya dalam ber-casciscus bahasa Inggris.
Ketiga, kota ini penduduknya ramah tamah, memiliki toleransi yang sangat tinggi
terhadap umat muslim. Hal-hal tersebut sudah cukup buat saya untuk hidup nyaman
di sebuah kota di negara tetangga.
Well, Ibukota provinsi ini bernama Muang Songkhla. Berbeda dengan provinsi-provinsi
lainnya di Thailand Selatan, Provinsi Songkhla memisahkan tempat pusat pemerintahan dan pusat perdagangan. Katanya sih, untuk pemerataan. Muang
Sogkhla hanya berfungsi sebagai pusat administrasi dan pemerintahan, sementara
pusat perdagangan ada di kota Hatyai, sehingga jangan heran nama Muang Songkhla
kalah terkenal dibanding kota Hatyai,
yang merupakan kota terbesar di Songkhla
dan juga Thailand Selatan. Jarak Hatyai ke Songkhla hanya 40 menit saja naik van. Khususan saya dan
teman-teman mahasiswa di sini, tujuan utama pergi ke Songkhla adalah ke kantor
konsulat, atau ke rumah dinas pak Konsul yang juga berada di daerah Muang
Songkhla.
Hatyai, nah tepat di kota inilah saya tinggal. Kampus
saya, Prince of Songkla University (PSU), ada di Hatyai. Di Songkhla ada beberapa
universitas sebenarnya, tapi PSU-lah yang paling terkenal, seantero Thailand
(bukan nomor satu sih, tapi cukup terkenal), bahkan se-Asia Tenggara, lho. Nanti
di tulisan selanjutnya deh saya bahas tentang kampus tercinta saya ini ya :D
Kota Hatyai. Gambar: ASEAN Community |
Propinsi Songkhla terdiri dari 5 Municipal (Kotamadya), 16 Amphoe (Distrik), 124 Tambon (sub-distrik) dan 994 Mubaan (desa)/biasanya lebih sering ditulis ‘Ban’ saja. Misalnya, Bang Khlong, itu artinya Desa Khlong. Di sepanjang jalan-jalan nasional di Thailand, cukup banyak kita jumpai nama-nama tempat yang ditulis dengan awalan ‘Ban’, sesuai dengan nama desa di jalan yang dilalui tersebut.
Mayoritas
penduduk provinsi Songkhla beragama Buddha. Namun belakangan ini, persentase
penduduk muslim di Provinsi Songkhla semakin meningkat seiring banyaknya warga dari
beberapa provinsi di Thailand Selatan seperti Pattani, Yala dan Narathiwat yang
pindah dan menetap ke Songkhla dengan berbagai alasan, antara lain karena
Songkhla dirasa lebih aman daripada Pattani yang merupakan daerah konflik. Selanjutnya
adalah karena alasan ekonomi dan pekerjaan.
Ohya,
perlu saya tuliskan juga bahwa Thailand memiliki kebijakan khusus untuk
provinsi-provinsi di Thailand Selatan, tapi Songkhla tak termasuk di dalamnya. Kebijakan khusus
ini hanya berlaku untuk provinsi Pattani, Yala, Satun, dan Narathiwat. Ya,
hanya empat provinsi itu saja. Kebijakan khusus ini misalnya dalam hal
penetapan hari libur. Tahu sendirilah, Thailand kan mayoritas Buddha, di mana
kebijakan-kebijakan yang berlaku sering berpihak pada umat Buddha. Misalnya,
saat libur Idul Fitri dan Idul Adha, atau hari-hari besar umat Muslim lainnya, tak
ada tanggal merah di kalender Thailand. Namun pemerintah Thailand memberlakukan
hal yang berbeda hanya pada empat provinsi yang saya sebutkan tadi. Saya kira,
meski negara ini memiliki konflik yang cukup signifikan dengan isu perpecahan antar
agama, namun saya cukup salut dengan sikap toleransi pemerintah Thailand.
Nah, berhubung saya tinggal di Hatyai, dua kali merayakan Idul Fitri dan
Idul Adha di sini, saya sempat merasakan juga kebijakan yang tak berlaku di
Songkhla ini. Di hari Idul Fitri dan Idul Adha, kampus saya tetap melakukan
aktifitas seperti semula. Untungnya, kami mahasiswa muslim, baik mahasiswa
muslim Thailand maupun mahasiswa muslim asing (seperti saya), diberi libur di
har-hari tersebut. Liburnya memang sehari tok dan besoknya sudah kembali
beraktifitas di kampus, tapi ini aja udah bikin kami bersyukur banget. Ini yang
tadi saya sebut toleransi mereka begitu tinggi.
Lalu kenapa Songkhla tidak termasuk salah satunya, padahal Songkhla juga
berada di kawasan Thailand Selatan? Bagaimanapun Songkhla bukan basis umat
muslim di Thailand. Lagian, ada provinsi lainnya kok yang berada di kawasan
Thailand, yang kebijakannya sama seperti di Songkhla.
Secara geografis, Provinsi Songkhla berbatasan langsung dengan Provinsi
Patthalung di sebelah utara, Provinsi Satun di bagian Barat, Provinsi Yala dan
Pattani di bagian Tenggara, dan laut China Selatan di bagian Timur. Ini gambar
jelasnya.
Map of Songkhla Province. Pic: thai-tour.com |
Dari
segi ekonomi, Provinsi Songkhla, khususnya kota Hatyai, boleh dibilang termasuk
kawasan yang maju di Thailand Selatan. Hatyai
merupakan kota pusat perdagangan dan merupakan gerbang selatan Thailand. Ada
banyak pelancong dari Indonesia, Malaysia, dan negara lainnya berdatangan
Songkhla. Bagi pelancong Aceh yang datang ke Malaysia, mereka biasanya
memanfaatkan jalur penerbangan via Pulau Pinang (Penang) atau Kuala Lumpur,
jika ingin melancong ke Songkhla dan Hatyai, seperti yang biasanya saya lakukan
selama ini. Bagi pelancong yang datang dari kota-kota lainnya di Indonesia,
biasanya mereka akan melakukan
perjalanan melalui Kuala Lumpur. Dari Penang, bisa melanjutkan via Van (sejenis bus
kecil) ke Hatyai, sementara jika dari Kuala Lumpur, bisa melanjutkan perjalanan
ke Hatyai via bus atau kereta api. Ongkosnya nggak mahal-mahal amat. Masih
standarlah.
Trus, kalo ke Songkhla dan Hatyai, bisa jalan ke mana aja? Tunggu
catatan saya berikutnya. Kalo saya tulis semuanya di sini, nanti akan terlalu
panjang. Katanya, tulisan yang terlalu panjang, tidak baik untuk satu kali postingan
blog. Melelahkan untuk dibaca, apalagi blog adalah bacaan digital, bacaan yang
dibaca di PC atau hape :D
So, see you in the next writing, ya ;)
22 comments
Write commentsAsyik jalan-jalan ,,,,
Replyyoook...jalan-jalan ke Hatyai :D
ReplyDitunggu tulisan lanjutannya Kak Eqi :)
ReplySiiiip jeung Nufus ;)
ReplySeruuuuu. Ajakin ke sana, dong. :D
ReplyAyok..ayok...selagi saya masih ada di sini lhoooo ;)
Replynunggu lanjutannya.. seru :-)
ReplyBersih yaaa makkk
ReplySeru yah ceritanya, ditunggu sambungannya. :D
ReplyKak, memang PSU Thailand keperawatannya bagus ya? kakak ambil master keperawatan kan?
ReplyMbak Ofi, Mbak Hana, dan Makmur:
ReplySiiiip...tunggu saya cari foto-foto narsis selama di Songkhla dan Hatyai yak, xixixi....
Aslan:
Iya Aslan, kakak ambil master Keperawatan spesialis Kepeawatan Jiwa.
Di sini dunia keperawatannya bagus sekali Aslan. Sangat berkembang. Kabarnya, terbaik di Asia Tenggara. Nggak rugi kan saya kuliah di sini? :D
kemarin waktu ke KL hampir aja ke Thailand, mau jenguk kak eki, tapi dirimu masih di aceh dan kami cuma beberapa hari disana
Replypengen, tapi kok ya mahal ya dari Jawa.. :(
Replyaduuh mbak seumur-umur kok belom pernah nyampe ke LN, apalagi yang seAsteng, wuuuuuih mimpi sj, kpn bisa kopdaran ..hihi. Nice blog mb, bikin adem ^_^
ReplyLiza:
Replywah, kalau saja saya sudah di Thai saat itu, harusnya kita bisa bertemu di sini
mbak Riski:
Tergantung prmo juga sih sebenarnya mba, temanku pernah dapat tiket seharga 200-an ribu naik Air Asia ke KL :D
Mbak Arty:
Nggak apa mbak Arty, mimpi kan gratiiiis, xixixii...
Maksiiiiih blog saya udah dikomentari sama blogger senior :D
Wuih, pengen ke Thailand... kak dari Penang atau KL berapa biayanya ke sana?
Replykalo penang naik van ongkosnya 35 Ringgit Hijrah, sementara kalo naik kereta api atau bus dari KL berkisar antara 40-60 ringgit. gak terlalu mahal lah saya kira :D
Replysomeday going to be there (y)
ReplyAyo ke sini bang ari, selagi masih ada saya :D
Replysalam kenal . . .
Replyemm nicepost . . .:D:D
Halo Lupa nama, salam kenal juga yak
Replybtw kok nama sendiri bisa lupa ya :D
I am very honored to introduce a free date recovery products to you, it is very useful and free,and
Replyprofessional technical support.
ConversionConversion EmoticonEmoticon