Jam baru menunjukkan
pukul sembilan pagi, tetapi matahari
sudah bersinar dengan begitu terik.
Tiga pemudi berpakaian
serba putih, semuanya berjilbab, memakai syal merah putih di leher mereka dan
memakai peci, terlihat melangkah tegap dengan gerak yang serentak. Ketiganya
menuju di satu titik, dengan di sana telah berdiri satu sosok. Seorang dari
mereka maju menuju sosok tersebut. Sosok yang hari ini menjadi titik pusat
kegiatan hari ini; pengibaran bendera. Tanpa kehadirannya di titik tempat dia berdiri saat ini, bisa
jadi kegiatan hari ini tidak bisa dimulai. Lihat saja, rombongan yang entah
dari mana yang sudah menyemut di halaman gedung berlantai dua ini. Mereka
menunggu sosok itu berdiri di titik tersebut, sejak matahari masih malu-malu.
Terlihat
sosok tersebut mengambil sebuah baki berisi kain dan menyerahkan kepada satu di
antara tiga gadis yang hari ini akan disematkan kepada mereka gelar pahlawan. Pahlawan
pembawa kain dalam baki; bendera.
Langkah tegap
tiga pemudi tersebut terdengar seperti gerak para prajurit di lapangan meski
tanpa peluit. Hanya berjalan beberapa langkah saja, mereka tiba di depan sebuah
tiang nan menjulang. Bendera diikat pada
talinya, lalu dibentangkan dengan selebar-lebarnya. Bersamaan dengan itu, terdengar
suara dengungan membahana di ujung kiri sana. Seorang dirigen cantik memimpin
mereka dengan enerjik. Benar, dia perempuan muda yang cantik dan cekatan. Tangannya
bergerak ke kiri ke atas ke atas ke bawah, tubuhnya kadang condong ke depan kadang
tegak. Senyumnya ditebar ke sepenjuru rombongan penyanyi. Mereka bernyanyi,
mengiringi merah putih.
Para pemudi pengibar bendera hari ini. Photo was taken by Bayu Adi Kusuma at KRI Songkhla, Thailand. |
Aku dan
rombongan biasa kami di sudut lainnya, juga ikut bernyanyi. Tanpa meletakkan
tangan kananku di samping pelipis kananku, aku menatap lurus ke selembar kain
merah putih yang terbentang gagah, pelan-pelan lepas dari pegangan seorang gadis,
pelan-pelan naik seiring gerakan tarikan si tali. Satu tarikan, dua tarikan,
tiga tarikan, mungkin di keempat atau kelima, dia lepas dari pegangan, untuk siap-siap
mengangkasa.
Aku
berpikir, alangkah terhormatnya si kain merah putih hari ini. Semua mata
tertuju adanya. Tangan-tangan memberi hormat padanya. Dada kami bergemuruh kencang
ketika gema ‘Indonesia raya… Merdeka… Merdeka…’ terdengar membahana. Kami telah
larut dalam alunan ‘Indonesia raya… Merdeka… Merdeka…’
70 tahun
lalu, negeri kami telah dinyatakan kemerdekaannya dari penjajahan negeri asing. Nenek
moyang kain berwarna merah putih tersebutlah saksi atas sejarah atas kedaulatan
bangsa ini. Saksi untuk sebuah pekikan akbar; Merdeka!
Dari Negeri
Gajah Putih, berkibar merah putih.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 70.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 70.
Kupertahankan kau demi kehormatan bangsa
Kupertahankan kau demi tumpah darah
Semua pahlawan-pahlawanku
― Bendera, COKLAT
15 comments
Write commentssaya paling senang melihat para paskibraka mengibarkan bendera, ikut bangga. Dirgahayu Indonesia
ReplyKeren kak
Replyjadi pingin rasain, 17-an di luar sana :)
Sering aku merasa merinding saat ikut upacara 17 Agustusan..saat pengibaran merah putih dan menyanyikan Indonesia Raya dgn khidmat.. Terbayang perjuangan para pemuda yg berjasa menjadikan negara ini merdeka..
Replybelum pernah aku jadi pengibar bendera..cuma pembacaan UUD ama Pancasila aja selama sekolah dulu...
ReplyBener2 khidmad ya mak koo sudah da pasukan pengibar bbaju putih2 bersih gitu
ReplyLebih syahdu saat lagu dinyanyikan ya, mba. Di sini juga ada nyanyi bareng pas tasyakuran.
ReplyMerinding disko kalau mendengarkan lagu kebangsaan dan lagu mengeningkan cipta, aaah love INDONESIAKU
ReplyAku tau persis rasanya mba.. Saat menyanyikan lagu tanah air, suara sudah ngg karuan karena tercekat air mata..
ReplyKalau lagi di tanah orang, harunya memang lebih berasa ya mak :')
ReplyPas SD pernah jadi team pengibar bendera
ReplyMEDEKAAAAAA
Replymerdekaaaaaaaaaaaa....
Replymeskipun sudah lewat.. perayaan kemerdekaan di tasik masih ada di daerah - daerah tertentu. terutama dangdutan. hehe
Replykalau lihat gambar seragam putih-putih gini aku jadi inget zaman SMP dan SMA pas jadi Paskibra. Posisiku biasanya pengerek hehe. Dan aku selalu spare waktu buat nonton upacara pengibaran bendera di istana walau lewat TV :)
ReplyWaaaaah...pengalaman yan samaaaaa.... aku juga pernah jadi penggerek bendera dan selalu nonton upacara bendera di Jakarta melalui TV. Toss lah, hahaaa
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon