Perempuan dan Pemberdayaan Diri Melalui Internet

Gambar: iStockphoto.com
 
Pengaruh isu emansipasi hasil dari perjuangan seorang perempuan ningrat bernama Kartini, telah membuat dunia perempuan tidak hanya selebar lantai rumah yang diurusnya. Perempuan sudah bisa bergerak keluar rumah, keluar dari zona nyamannya, lalu bergerak lebih jauh lagi ke tempat-tempat yang disebut sekolah, kantor, atau komunitas yang diminati. Emansipasi menurut KBBI adalah persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat (dalam hal ini persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). Jika dilihat dari artinya, jelaslah bahwa perempuan memiliki hak yang sama seperti laki-laki; hak untuk hidup layak, hak untuk hidup sehat, hak untuk pintar, hak mendapatkan informasi, dan lain sebagainya. Intinya adalah mendapat hak yang sama di luar hak yang sudah menjadi kodrat yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Jadi, adalah salah jika mempersepsikan bahwa emansipasi adalah persamaan antara laki-laki dan perempuan. Sampai kiamatpun, laki-laki dan perempuan tidaklah sama dan tidak akan pernah bisa disamakan. Lantas, apakah hanya dengan keluar dari rumah, baru bisa disebut perempuan yang telah mendapat hak yang sama dengan laki-laki? Jawabannya tentu saja tidak. Apalagi bagi perempuan yang hidup di era digital seperti saat ini, mendapatkan persamaan hak tidaklah berarti harus berpindah tempat, apalagi sejauh mungkin dari rumah.

Kita patut bersyukur dengan adanya internet. Dunia yang luas, yang dulu rasanya sulit dijangkau, kini sudah tak berbatas lagi. Dunia ada dalam genggaman Anda. Begitulah kira-kira gambaran kondisi masyarakat yang hidup di era digital seperti saat ini.  Cukup dengan hanya dengan menyambungkan perangkat seperti komputer, telepon genggam, dan berbagai gadget canggih lainnya dengan internet, maka Anda tak perlu harus bergerak jauh untuk bisa menjelajahi dunia dan seisinya. Kehadiran internet cukup menguntungkan bagi perempuan. Berkat internet, perempuan yang dulunya identik dengan lingkup domestik rumah tangga, baik itu perempuan bekerja maupun ibu rumah tangga sendiri, sudah bisa membuat dirinya lebih berdaya guna dan bisa mengaktualisasikan dirinya secara lebih luas. Sudah bukan jamannya lagi membanding-bandingkan harga diri dan kehormatan seorang perempuan hanya karena dia seorang ibu rumah tangga, tidak berpendidikan tinggi, dan memiliki keterbatasan fisik. Harga diri seorang perempuan, diri pribadi perempuanlah yang menentukannya, bukan orang lain.
 Dalam artikel 'Perempuan di Era Digital: Pilihan Bekerja di Rumah atau Di Luar Rumah', saya pernah menulis kesimpulan Ratna P. Tjaja tentang peningkatan angka tenaga kerja perempuan. Tentunya ini kabar gembira. Perempuan sudah bisa duduk setara dengan laki-laki di kantor-kantor, atau di lapangan pekerjaan apapun. Namun sayangnya, masih banyak pihak yang hanya melihat peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di berbagai sektor yang menjadi salah satu indikator kesuksesan emansipasi perempuan di jaman ini. Mungkin kita sering mendengar pernyataan-pernyataan seperti: masih sedikitnya perempuan yang menjadi bupati, atau camat, atau gubernur; atau masih sedikitnya perempuan yang menjadi anggota legislatif, atau yang lebih miris, anggapan bahwa perempuan yang menjadi full time mother (ibu rumah tangga sepanjang waktu)  adalah perempuan yang tersisih dari kerasnya dunia kerja. Istilah emansipasi menjadi sempit karena indikator-indikator di atas, bahkan tak jarang oleh sebagian perempuan itu sendiri.
Sebenarnya, yang paling penting adalah, bahwa apapun yang dikerjakan oleh perempuan, tentu  akan lebih bermakna jika perempuan bisa mengembangkan dirinya menjadi lebih berdaya guna. Di era digital, sebagaimana laki-laki, perempuan juga mendapat hak yang sama untuk bisa menjangkau akses internet di mana saja dan kapan saja, sehingga perempuan bisa eksis tak hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.
 Dua perempuan yang saya kenal di dunia maya, boleh saya bilang sukses memanfaatkan adanya internet; seorang ibu rumah tangga yang memiliki keahlian merancang tata letak sebuah blog dan seorang lagi adalah lulusan design grafis sebuah universitas.  Salah satunya adalah Mira Julia. Silakan klik link yang saya taruh di namanya untuk berkunjung ke blognya. Melalui blognya, Mira Julia pernah menulis bahwa meskipun pendidikannya hanya sampai jenjang SMA saja, namun itu tak membuatnya kehilangan semangat untuk terus belajar. Tak melanjutkan pendidikan di bangku universitas, baginya bukan berarti berhenti menuntut ilmu. Passion-nya ada di dunia IT dan komputer. Berkat belajar secara otodidak, Mira Julia kemudian menjadi seorang web designer dan banjir tawaran job dari mana-mana. Dengan internet, Mira Julia bisa menggapai dunia luar. Mira Julia adalah sedikit dari contoh Ibu yang berani tidak menyekolahkan anaknya di lembaga-lembaga sekolah pada umumnya. Dia bersama suaminya mengambil langkah mendidik anak dengan cara yang tidak biasa di Indonesia, yaitu homeshooling. Baru-baru ini, dia mengabarkan bahwa dia diminta menjadi dosen mahasiswa IT di UI. Sebuah langkah baru untuknya ketika mendapat tawaran menjadi dosen.
Dalam artikel yang saya link tadi, saya juga menuliskan dua contoh perempuan hebat yang ada di kampung saya, Aceh. Satunya penulis dan editor sebuah penerbit nasional, satunya lagi adalah perempuan enterpreuner yang menggeluti dunia usaha warnet dan bisnis properti, usaha yang jarang di-handle oleh perempuan. Yang saya salut, mereka semua bekerja dari rumah, memberdayakan diri mereka semaksimal mungkin. Mereka memanfaatkan ilmu yang mereka miliki dari rumah dan memiliki penghasilan yang tak kalah menggiurkan sebagaimana orang yang bekerja di kantoran. Sehingga kemudian muncul istilah di kalangan perempuan yang bekerja di rumah; penampilan berdaster tapi penghasilan manajer.
Selamat untuk perempuan-perempuan hebat di manapun kalian berada. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

9 comments

Write comments
10 September 2013 pukul 20.32 delete

Setuju sekali, bahwa tolok ukur keberhasilan perempuan bersanding [bukan bersaing] sejajar dengan kaum laki-laki bukanlah terletak pada berapa banyak perempuan yang bisa bekerja di kantoran, atau duduk di legislatif atau pun hal-hal terkait lainnya, namun bisa dilihat dari keberhasilan kaum perempuan untuk mandiri, mampu berdikari di bidang yang digelutinya, tanpa melupakan kodratnya sebagai ibu, istri dan perempuan Indonesia. :)

Nice post! Sukses yaaa.

Reply
avatar
Liza
AUTHOR
10 September 2013 pukul 21.03 delete

wah kakak ikutan lomba kak olive ya. pingin ikutan juga tapi blog ane down lagi servernya

Reply
avatar
10 September 2013 pukul 21.13 delete

kak Alaika:
iya kak, mesti saya adalah perempuan bekerja, saya sangat mendukung perempuan-perempuan yang sukses dari rumah. Bahkan meski itu hanya sukses dalam hal mendidik anak misalnya. perempuan memang hebat ya kak

Liza:
Iya za, ini GA-nya kak Olive za :D

Reply
avatar
Meutia
AUTHOR
10 September 2013 pukul 21.19 delete

nice post cut kak :), sekarang bekerja di rumah pun bisa berpenghasilan ngak meski yg kantoran :), dengan internet dunia jadi tambah sempit..sukses GA nya

Reply
avatar
11 September 2013 pukul 08.04 delete

Makasih cut adek. Thanks for sharing ya ;)

Reply
avatar
Anonim
AUTHOR
14 September 2013 pukul 08.24 delete

Fardelyn Hacky, terima telah berpartisipasi di 2nd Giveaway #PerempuanKeumala, teruslah berkarya perempuan Indonesia

Reply
avatar
16 September 2013 pukul 03.08 delete

Makasih juga atas GA-nya kak :D

Reply
avatar
17 Januari 2014 pukul 12.42 delete

Iya mak, perempuan sangat dimudahkan dengan adanya internet, sehingga kita bisa berkarya dari rumah tanpa meninggalkan tanggung jawab kita sebagai ibu yg mengurus anaknya ^^ alhamdulillaah

Reply
avatar
23 Januari 2014 pukul 15.30 delete

Betuuuuul mak, Makasih udah berkunjung ya maaaak ;)

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky