Apa
yang saya tahu tentang laos? Jujur saya katakana tidak banyak, selain kenyataan
bahwa Laos adalah negara paling bontot gabung dengan ASEAN, barengan dengan
Myamnar. Itu saja. Mungkin kalau Laos tidak pernah bergabung dengan ASEAN,
mungkin saya tidak akan pernah mendengar nama negara ini. Apa bedanya dengan
Myanmar? Bukankah mereka sekali bergabung ke ASEAN. Bukankah mereka sama-sama
negara yang berkonflik? Wah, beda dong. Konflik yang terjadi di Myanmar adalah
konflik yang melanggar SARA banget. Bukan hanya suku yang dinistakan, tapi juga
agama. Kalau sudah menyangkut SARA, khususnya agama, apalagi salah satunya
adalah agama yang paling penganutnya di muka bumi ini, maka dunia akan
bereaksi. Menjadi berita di mana-mana.
Maka
ketika di hari keenam ini topiknya bergerak ke Laos, ketika saya tidak terbayang
apapun tentang Laos selain nama bumbu masakan yang sangat familiar di
Indonesia, maka andalan saya tidak bisa tidak adalah membaca-baca sejarah
negara ini, apa yang melatarbelakangi konflik di sana, melalui interet, dari
SINI dan SINI. Ya, hanya itu panduan praktis dan cepat untuk tulisan yang
tenggat waktunya cuma 24 jam saja. Beda kalau nulisnya sebulan atau dua bulan,
mungkin saya bisa hunting buku-buku di perpustkaan, itu juga kalau ada.
Mendapati
kenyataan bahwa Laos adalah negara yang kecil, salah satu negara miskin di
dunia, ditambah dengan kenyataan tidak punya laut…rasanya komplit sudah ‘penderitaan’
negara ini. Padahal mereka merdeka setelah empat tahun Indonesia merdeka. Ya,
sudah lebih setengah abad, tapi mereka tertinggal sangat jauh dari
negara-negara tetangganya.
Sebagai
seseorang yang hidup di sebuah perumahan di mana orang-orangnya adalah
sekumpulan orang berduit, di mana tetangga-tetangga saya berlomba-lomba
mempercantik rumah, berlomba-lomba membeli perabotan mahal; apakah kemudian
saya menjadi minder karena ternyata rumah saya masih sangat sederhana, masih
kecil, dan tidak punya perabotan mahal? Sebagai manusia normal, tentu saya
pernah mengalami yang namanya minder. Kalau rasa percaya diri terlalu rendah,
maka mungkin selamanya saya akan minder dan berada dalam bayang-bayang rumah
gedong tetangga-tetangga saya.
Syukurnya,
meski tetangga-tetangga ini kaya harta tapi mereka tetap rendah hati,
menghargai siapapun tanpa pandang bulu, tetap mau bekerjasama kalau ada gotong
royong misalnya. Sekarang, tergantung sayanya, dengan keadaan yang serba
positif begitu, apakah saya akan terus merasa minder?
Gitu
kali ya hubungan harmonis yang tercipta di ASEAN ini. ASEAN seperti sekelompok teman bermain yang
selalu bergandeng tangan. Ketika seorang
dari mereka terjatuh dan nggak mau bangun-bangun, maka yang lain akan saling
membantu.
Jika posisi Anda
adalah negara Laos, investasi diplomatik apa yang diharapkan dengan kemitraan
yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya negara-negara ASEAN.
Tuliskan pendapatmu di blog tentang hal tersebut. Fokus pada peran Laos sebagai
anggota Komunitas ASEAN.
1. Saya akan menjalin kerjasama dengan
negara ASEAN yang paling dekat dengan saya terlebih dahulu, Thailand misalnya.
Laos dan Thailand dibatasi oleh sungai Mekong. Saya dan pemerintahan Laos akan
memberdayakan sungai Mekong ini sebagai tempat wisata, membuat sungai Mekong
sebagai wilayah perdagangan sekaligus perbatasan yang sibuk. Intinya menjadikannya
sebagai jalur keluar masuk sekaligus menjadi tempat wisata. Sungau Mekong merupakan
salah satu tempat yang menarik dikunjungi di Laos. Dalam hal ini, saya akan
bekerjasama dengan Thailand untuk mempelajari bagaimana cara mereka bisa maju
di dunia pariwisata. Sekarang, yang diburu orang-orang di luar ASEAN adalah
bisa melihat tempat-temapt indah di Thailand. Saya akan belajar bagaimana
Thailand bisa berhasil membuat negaranya dikenal dunia.
2. Karena Laos tidak punya laut, maka saya
akan fokus untuk menitikberatkan pada kerjasama meningkatkan sarana transportasi
semisal pesawat dan membuat jalur kereta api.
3. Saya akan mengundang investor-investor
dari negara-negara tetangga saya agar membuka usaha-usaha kecil di Laos dan
memperluas lapangan kerja. Saya miris dengan kenyataan bahwa banyak orang-orang
pintar dan terpelajar di Laos pada ‘melarikan’ diri ke negara lain, hanya karena
di Laos tidak memiliki lapangan kerja
yang luas.
4. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya
alam yang dimiliki Laos. Laos memang miskin, tapi sumber daya alamnya kaya. Hanya
saja belum dimanfaatkan secara maksimal.
3 comments
Write commentsduh..si kakak mah kalau udah nulis bisa panjang banget ya.Hahah :D
ReplyLia: padahal ini asliiii tulisan geje, hahaaa
ReplyJohannes; tenaaaang...saya selalu ada untuk Indonesia, ini kan temanya sedang membahas Laos ;)
hu
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon