Karena Facebook, Aku Kembali Menulis


Credit Pic: weheartit.com

Saat ini, hampir semua orang, tua-muda, kaya-miskin memiliki akun di facebook, sehingga keberadaaanya sudah seperti fungsi mobile phone. Kapanpun di manapun, bisa update perkembangan facebook. Terutama untuk anak-anak muda yang hidup dan mengenal teknologi di era digital seperti ini, rasanya hampir tidak ada yang tidak memiliki akun di situs jejaring sosial ini. Realita di dunia nyata tergantikan dengan ‘autisme’ dunia maya. Buat pecandu facebook, hidup menjadi tak lengkap rasanya jika tidak melihat dan membaca news feed di halaman akun masing-masing. Juga, tak lengkap rasanya jika tidak membuat status atau berita apapun. Tak peduli itu penting atau tidak. Bayangkan, jika memiliki contact list lebih dari seribu saja, jika setiap harinya hampir tujuh puluh persen meng-update status, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh si pecandu facebook  untuk melihat semua status contac list-nya. Belum lagi jika ikut memberi komentar di status temannya dan membalas komentar di status sendiri. Itu pun tidak hanya cukup sekali balas, tapi menjadi semacam balas membalas ‘pantun’, tak peduli jika kemudian topik yang menjadi pembicaraan pada balas membalas ‘pantun’ ini  merembet ke mana-mana alias out of topic dari status yang ditulis. Pun, ketika mendapat notifikasi dari teman-teman yang ‘memanggil’ kita untuk urun komentar pada sebuah topic yang tidak  diikuti sejak awal. Layanan untuk ‘memanggil’ teman ini menyediakan link akun teman sebagai contact mention. Jadi, dengan adanya notifikasi ini, kapanpun kita tahu siapa yang ‘memanggil’ siapa,  dan siapa menandai siapa. Intinya, facebook menyediakan segala kemudahan untuk pelanggannya. Jadi wajar, jika kemudian facebook berkembang dengan sangat cepat dan dimiliki oleh siapa saja.
***
Boleh dibilang, aku orang baru di dunia per-facebook-an. Sebelum memutuskan membuka akun facebook kurang lebih setahun lalu, aku hanya seseorang yang hanya punya blog saja. Hobiku di dunia tulis menulis aku salurkan melalui blog.  Banyak manfaat kurasakan sejak nge-blog; selain bisa punya banyak teman juga bisa bikin aku rajin menulis.
Namun sejak tiga tahun lalu, aku mulai malas mengisi blog-ku dengan cerita-cerita. Apalagi sejak pamor facebook meningkat secara drastis dan pamor blog di sebuah domain gratis; multiply, menurun secara drastis. Teman-teman di blog pun beralih ke facebook. Sementara aku masih bertahan dengan blog tersebut dan akhirnya kubiarkan terbengkalai. Setiap kali posting tulisan, tidak ada lagi yang memberi komentar.  Cuma dua atau tiga teman yang sesekali masih berkunjung, yang memiliki prinsip yang sama denganku, yaitu bertahan untuk tidak membuat akun di facebook.  Kemudian aku pun punya tugas baru sebagai dosen baru dan ibu baru di saat yang hampir bersamaan. Maka lengkaplah sudah ketakpedulianku pada blog tersebut.  
Aku tenggelam dalam dunia kerja dan dunia rumah tangga. Pagi hingga sore aku di kampus, sore hingga paginya lagi ada di rumah dengan pekerjaan yang tak kalah banyak dari pekerjaan di kampus. Tak jarang, pekerjaan yang tak selesai kukerjakan di kampus, aku bawa pulang dan kukerjakan di sela-sela pekerjaan rumah tangga sambil mengurus bayi sendirian. Aku jadi melupakan tekadku ingin berkarya lagi dan lagi setelah sebelumnya beberapa karyaku dibukukan. Aku jadi melupakan tekadku ingin menang lomba menulis lagi dan lagi setelah sebelumnya memenangkan lomba menulis. Aku jadi melupakan tekadku ingin punya buku sendiri karena aku memang belum punya buku solo. Ya, tekadku sejak dulu, aku ingin membuat novel. Mungkin benar, aku hanya mencari pembenaran atas ketidakberkaryaanku karena alasan kesibukan. Toh, banyak orang yang kesibukannya mengggunung, yang lebih sibuk dari diriku yang hanya sok sibuk, tapi tetap bisa membuat buku. Aku hanya seseorang yang menyerah untuk pembenaranku yang tidak benar. Penaku tumpul. Aku mati suri selama dua tahun.
***
Tahun 2011, akhirnya aku tergoda membuat akun di facebook, karena beberapa hal. Pertama, group yang aku ikuti semua beralih ke facebook. Milis sepi, facebook menanti. Sempat posting-posting bahan diskusi di milis tapi tak mendapat tanggapan. Katanya kehebohan di milis sudah berpindah ke grup di facebook. Kedua, ternyata aku cukup banyak ketinggalan info tentang perkembangan teman-teman.  Kenyataanya sekarang, walaupun sudah memiliki nomor telepon genggam atau selalu mengikuti berita-berita di media online maupun media massa, tak menjamin untuk tidak ketinggalan info.  Di facebook, orang bisa mengabarkan apa saja walau hanya dengan status sebaris kalimat pendek dan semua teman kontak akan tahu kabar dari kita tersebut. Contoh kecil ketika seorang teman mengganti nomor telepon genggamnya dan aku tidak tahu hal tersebut.  Aku mendapatkan nomor barunya dari teman lainnya. Kukonfirmasi ke nomor barunya, kenapa ganti nomor kok tidak bilang-bilang. Aku tahu itu bukan dia banget. Dia, apapun hal apapun, selalu mengabari via SMS. Selama ini dia tak lelah mengirim quote-quote manis yang cukup panjang untuk sebuah SMS ke nomor teman-temannya. Tapi sejak facebook memberi kemudahan dibandingkan layanan SMS, aku tak lagi menerima kabar apapun darinya, juga quote-quote manisnya. Semua sudah berpindah ke dinding facebook, termasuk soal pemberitaan hal remeh temeh semisal mengganti nomor telepon genggam. Ini hanya satu contoh kecil ketertinggalanku akan perkembangan teman-teman.
Begitu dahsyatnya facebook hingga mampu menyedot perhatian orang dari dunia nyata beralih sibuk mengutak-atik perangkat yang bisa menghubungkan ke situs jaringan sosial ini. Apalagi saat kemudian facebook bisa diakses melalui telepon genggam bahkan yang bentuknya sederhana sekalipun. Keasyikan ketak-ketik SMS tergantikan dengan keasyikan mengikuti perkembangan status teman-teman di facebook.   Menjadi manusia autis hanya dengan menatap layar komputer atau layar hape tanpa peduli dengan lingkungan sekitar. Asyik kegiatan balas membalas ‘pantun’ yang tak habis-habisnya, atau mengikuti berita dan cerita unik dan langka dari web-web yang di-link-kan oleh teman ke facebook, yang sebelummnya kita tidak pernah tahu. Boleh dibilang facebook sudah hampir menggantikan posisi komunikasi via telepon genggam. Cukup sekali menginfokan di status, semua orang yang menjadi kontak kita bisa mengetahuinya. Termasuk soal kirim-mengirim undangan, baik pernikahan, arisan, reunian, dan banyak lainnya.
***
            Sejak aku bergabung di facebook, yang pertama sekali aku lakukan adalah mencari nama-nama teman yang pernah menjadi teman kontakku sewaktu masih nge-blog di multiply. Sebagian aku dapatkan dengan mudah, tapi tak sedikit pula yang aku tak tahu lagi di mana dan bagaimana kabarnya. Mereka tidak merespon balik pesanku di blog karena mungkin blog tersebut tak pernah dibuka lagi (waktu itu). Keasyikan facebook telah menyingkirkan keindahan dunia blog multiply. Alasanku mencari teman kontakku di blog tersebut adalah karena sebagian besar dari mereka yang jumlahnya tidak sebanyak jumlah temanku di facebook sekarang, sudah aku kenal dengan baik dan menjadi akrab di blog meski kami tidak pernah bertemu di dunia nyata. Berbeda sekali dengan facebook. Punya kontak hampir lima ribu tidak menjamin kita mengenal mereka secara baik di dunia maya, apalagi di dunia nyata.
Facebook memang tidak seperti blog. Mungkin teman-temanku itu memiliki nama akun yang berbeda dengan blog sehingga sulit aku temukan. Asyiknya facebook, kita bisa mengubah-ubah tampilan nama sesuai keinginan kita. Tapi, tidak asyiknya cara ini adalah kita jadi tidak mengenal lagi siapa dia karena memakai nama yang sama sekali berbeda.
Kemudian aku ditarik ke beberapa grup menulis nasional, yang anggotanya tak hanya penulis pemula tapi juga senior. Dan, woooooww...aku merasa seperti sesorang yang datang dari masa lalu tiba-tiba dihempaskan ke zaman yang aku tidak tahu sama sekali. Ternyata perkembangan kepenulisan sudah begitu maju dan pesat. Ada banyak penulis-penulis muda bermunculan yang karyanya dimuat dalam puluhan antologi bahkan memiliki beberapa buku solo. Ada banyak kegiatan lomba menulis yang pengumumannya hanya ada di facebook dengan iming-iming beberapa tulisan terbaik dari lomba menulis tersebut akan dibukukan. Yang mengikuti lomba ini tentu saja harus memiliki akun di facebook karena mensyaratkan harus dimuat di catatan (halaman note) dengan menandai beberapa orang termasuk panitia lomba. Ada banyak istilah-istilah baru kepenulisan yang belum pernah aku dengar, misalnya; apa itu ‘FF (flash fiction)’, apa itu ‘bahasa alay’, apa itu ‘unyu-unyu’, ‘apa itu curcol’, dan berbagai pertanyaan ‘apa itu’ lainnya. Perkembangan baik ini juga ditandai dengan menjamurnya penerbit-penerbit indie (self publishing) yang memfasilitasi penulis-penulis muda tersebut. Intinya, saat ini siapa saja bisa punya buku, siapa bisa jadi penulis.
Sejak itu, aku mulai merasakan semangat menulisku kembali naik setelah lewat setengah tahun mencari tahu dan mencoba-coba ikut lomba di tingkat yang paling sederhana, meskipun ternyata naskahku tidak lolos. See? Bahkan jika kau seorang jawara tapi tak pernah melanjutkan karya, kau bukan saja seperti mati, tapi kau akan sulit memulai lagi, begitu kira-kira nasehat untuk diriku sendiri. Ya, aku tiba-tiba saja menjadi sangat bodoh sekali. Aku kembali membayi. Mencoba merangkak dengan lutut merah dan bengkak. Tertata-tatih di dua-tiga-empat langkah pertama lalu terjatuh dengan gusi berdarah. Tapi aku tidak pernah malu dengan kebayianku. Kulakukan untukku menuju besar dan dewasa.
***
            Kini, aku merasakan betul manfaat memiliki facebook. Temanku semakin bertambah dan Alhamdulillah aku memiliki teman-teman yang baik, yang selalu menulis status dengan kata-kata motivasi dan semangat hidup. Isi status kita adalah cerminan siapa kita, begitu kata seorang teman. Sesekali aku menulis status yang agak konyol sebagai penyegaran untuk membuat bibir ini terkembang dengan mengajak teman-teman ikut ngocol dengan komentar di statusku.
Manfaat yang sangat kurasakan sekali adalah kini semangat menulisku kembali menggebu-gebu. Rasanya ingin kutuliskan apa saja di layar komputerku. Terakhir kali aku memenangkan lomba menulis cerpen, itu di tahun 2006, mendapat juara satu, dan terakhir karyaku dibukukan di antologi di tahun 2009. Waktu yang lumayan lama untuk vakum. Tahun lalu, aku membuat resolusi menulisku yaitu; ingin menang lomba menulis lagi dan ingin punya buku lagi.  Aku memenangkan lomba menulis meski bukan juara satu dan aku punya buku (antologi) lagi. Tuhan sungguh murah hati. Resolusiku tercapai. Awal tahun, beberapa minggu setelah kuikrarkan resolusiku, namaku masuk dalam daftar lima besar pemenang Sayembara Cipta Cerpen Berbahasa Aceh. Sebulan setelah kukirim, keluar pengumuman lomba tersebut. Sehari setelahnya, diumumkan pula siapa-siapa saja di antara lima besar tersebut yang berada di urutan juara pertama sampai juara lima, di sebuah media di Aceh. Dan aku, cukup beruntung berada di urutan kelima karena aku memperkirakan naskah tersebut tidak menang setelah mengetahui karya-karya peserta lainnya sangat bagus-bagus. Buatku, ini prestasi besar meski hanya di peringkat kelima. Setidaknya untuk seseorang yang sedang memulai bangkit dan berkarya lagi seperti aku. Ini semua, tentu saja karena peranan facebook. Info lomba tersebut ditandai ke facebook-ku oleh seorang teman. Sebuah info yang sangat bermanfaat untukku yang sedang berada di luar negeri. Selama proses pembuatan cerpen tersebut,  teman-teman di facebook senantiasa siap sedia membantu proses kreatifku di negeri seberang, baik yang sudah aku kenal di dunia nyata sebelumnya maupun yang cuma baru kukenal di dunia maya. Mereka memberikanku link-link belajar bahasa Aceh di internet dan memasukkanku ke sebuah grup belajar bahasa Aceh. Dari link-link tersebut dan grup belajar bahasa Aceh di facebook, selain bisa kujadikan referensi menulisku, aku juga jadi lebih banyak mengetahui kosakata bahasa daerahku yang sebelumnya tak pernah kudengar sama sekali.
Lalu tentang resolusi memiliki buku lagi, tahun itu juga tulisanku mendapat kabar positif dimuat dalam sebuah antologi di sebuah penerbit besar di negeri ini, yang kini sudah menjadi buku. Gagasan membuat buku ini bermula dari ide di sebuah grup menulis di facebook tentang pengalaman hidup di luar negeri. Tentu saja pengalaman ini tidak boleh aku sia-siakan. Hatiku sangat bersuka cita ketika diumumkan namaku lolos untuk proyek buku tersebut. Semoga akan menyusul dengan buku-buku lainnya.
Tahun ini, resolusi menulisku adalah mengirimkan tulisan-tulisan yang sempat ngejogrok lama di komputerku, ke media nasional. Dan yeeyyyy…resolusiku tercapai lagi. Tulisanku disambut baik oleh majalah Femina. Alhamdulillah.
Grup menulis di facebook merupakan grup yang paling sering aku kunjungi. Selain mendapat info-info lomba menulis dan tips-tips menulis dari penulis senior di grup tersebut, ada juga grup yang memfasilitasi bedah karya anggota-anggotanya. Aku paling suka dengan kegiatan bedah karya ini, terutama jika karyaku dibedah. Aku jadi tahu di mana kekurangan tulisanku yang tak ‘terlihat’ olehku. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk siapa saja yang suka dengan kegiatan menulis.
Jadi, facebook buatku menyimpan banyak ‘harta karun’. Sebagai media penyambung pertemanan yang sempat terputus (teman kecil, teman sekolah, teman kuliah, dan teman ngeblog dulunya), penyemangatku untuk kembali menulis, dan sebagai tempat berburu banyak hadiah.  
***
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

15 comments

Write comments
18 Juli 2013 pukul 09.27 delete

emang di dunia sosial media ada suka dukanya. kalo saya di sosmed cuman buat ngasi tahu kalo ada tulisan baru. dia kun facebook cuman pengen liat perkembangan politik lokal aja. dan sampe sekarang hy satu, tetep nulis pilihan sy, gak ikut2an bikin status2 alay

Reply
avatar
18 Juli 2013 pukul 10.02 delete

Iya males banget lhat status-status alay ya, mending kasih info tentang menulis aja :)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 10.05 delete

akun sosmed, dijadikan ajang berlatih menulis saja dan nostalgia temen2 lama biasanya hhe...
salam kenal, mohon berkenan berkomentar disini ya http://pudjakusumah.blogspot.com/2013/07/kota-santri-cetak-ilmuwan-religi.html trims :)

Reply
avatar
Leyla Hana
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 10.05 delete

betul banget mba.. facebook salah satu penyambung rejekiku juga

Reply
avatar
Imaniar
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 10.10 delete

Saya aktif sih di sosmed, tapi di twitter aja, soalnya informasinya lebih cepet dan yang akses semua pengguna.
Kalau facebook jaraaang banget buka, paling-paling buat profil publik atau informasi penting dari grup/lembaga. Soalnya ada beberapa temen yang masih alay, males ! T_T

Reply
avatar
Meutia
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 11.54 delete

sosmed memang mendatangkan manfaat selama kita memanfaatkan dengan baik :). terus semangat menulis cut kak :), saleum meuturi

Reply
avatar
Lisa Tjut Ali
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 12.57 delete

lisa melalui facebook selain dapat silahturrahmi dengan teman2 lama yang semula hilang jejak, juga dapat mencari info2 tentang kepenulisan

Reply
avatar
Khaira
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 13.07 delete

benar sangat kak, banyak sekali info di facebook yang berguna dan tidak, tinggal gimana kita pilih aja... :)

Reply
avatar
Diyanika
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 13.59 delete

Aktif di facebook dan aktif di blog? Saya sendiri lebih dulu di facebook. Dan saya rasa memang benar kalau di facebook banyak sampahnya dibandingkan manfaatnya (facebook saya dulu).
Tapi setelah saya mengenal dunia blog? Alhamdulillah, semua justru berbeda. Pertemanan lebih hidup di blog dibandingkan di facebook.

Reply
avatar
Kinzihana
AUTHOR
18 Juli 2013 pukul 20.31 delete

asikkk mak hacky nulis lagiiiiiiii kangen

Reply
avatar
19 Juli 2013 pukul 00.21 delete

Makasih atas kunjungannya ke postingan ini ya emak-emak dan bapak-bapak :D
Yuuuuk..berburu harta karun di media sosial. bejibun lhoooo :p

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 Juli 2013 pukul 01.17 delete

Mantab.. mantab kak..
semenjak facebook menjadi tren, negeri kita memang banyak melahirkan penulis.. setidaknya penulis status.. :p

tapi kita bisa tampil beda kak, karena #PenaKamiTidakPuasa :D

Reply
avatar
19 Juli 2013 pukul 02.24 delete

Semoga tegadnya membuat sebuah buku akan segera terlaksana mbk :). Pengen follow tapi gak ada widget follownya,, nice blog

Reply
avatar
19 Juli 2013 pukul 03.13 delete

Follownya ada di bawah gak kelihatan, 107 follow back yah :)

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky