Di ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh, terdapat sebuah perpustakaan yang paling lengkap dan paling besar di Aceh. Ya iya dong, perpustakaan ini harus lebih lengkap dan lebih besar. Secara, ini kan perpustakaan Provinsi Aceh. Unsyiah (Universitas Syiah Kuala) juga memiliki perpustakaan besar dan lengkap, tapi tentu saja buku-buku di perpustakaan tersebut lebih didominasi oleh buku-buku science serta buku-buku untuk penunjang perkuliahan mahasiswa di Unsyiah. Nah, bedanya untuk perpustakaan wilayah Aceh, koleksi buku-bukunya lebih umum dan luas, jangkauan peminjam dan pengakses buku-bukunya juga bisa untuk umum.
Saat ini, begini bentuk gedung perpustakaan wilayah Aceh. Di Aceh, kami lebih sering menyebutnya dengan ‘Puswil’ (Pustaka Wilayah).
Puswil Aceh, Banda Aceh. Gambar; article.wn.com |
Gedung Puswil ini sempat terkena tsunami juga lho. Syukurnya, gedung Puswil tidak mengalami kerusakan yang teramat parah, misalnya gedungnya hancur dan tak berbentuk lagi.
Namun, untuk koleksi buku-bukunya, tentu saja semua buku di Puswil banyak yang lenyap dan rusak akibat terendam air laut. Setelah tsunami, Puswil memulai denyut kehidupan di dunia literasi dari nol kembali. Untungnya, banyak bantuan dari mana-mana, menyumbang buku untuk Puswil. Buku-buku kembali memenuhi rak-rak dalam Puswil, jumlahnya bahkan lebih banyak dan lebih lengkap dibanding ketika sebelum tsunami, fasilitas Puswil juga tampil lebih ciamik dari sebelumnya. Memang selalu ada hikmah di balik setiap musibah.
Malam kemarin, seorang teman meng-upload sebuah foto desain untuk sebuah gedung. Inilah foto tersebut.
Foto saya pinjam dari facebook teman saya, Ferhat |
Desain gedungnya agak mirip dengan desain museum tsunami. Ternyata, itu adalah maket untuk calon gedung baru Puswil. Wow…saya langsung berdecak kagum. Saya memang sudah lama sekali tidak berkunjung ke perpustakaan tersebut. Setiap kali pulang ke Aceh, saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk pulang ke kampung dan bersilaturahmi ke tempat sanak saudara. Dan melihat foto yang di-upload oleh teman saya tersebut, agaknya cukup membuat saya terharu dan bahagia. Sekian tahun tak berkunjung ke Puswil, ternyata akan ada perubahan besar untuk Puswil kami tercinta. Saya memimpikan sebuah gedung perpustakaan yang elit dan eksklusif ada di kota saya, seperti perpustakaan-perpustakaan di luar negeri. Saya tidak masalah jika kota saya tidak memiliki mal yang mewah dan megah, tidak terlalu risau jika perpustakaan lebih diutamakan keberadaannya daripada bioskop, jika demi sebuah perpustkaan impian.
Saya membayangkan di masa yang akan datang, ketika gedung ini selesai, di situ tidak hanya berdiri gedung yang megah saja, namun mampu menarik minat membaca masyarakat Aceh yang lebih besar. Selama ini, masyarakat Aceh identik sebagai masyarakat yang suka cang panah di warung kopi (menghabiskan waktu berjam-jam di warung hanya untuk ngobrol ngalor ngidul). Saya membayangkan, anak-anak akan senang datang ke Puswil sebagaimana mereka senang jika diajak ke zona bermain, remaja menghabiskan sisa waktu mereka di tempat ini. Semua akan merasa senang berada di tempat ini; Pustaka Wilayah.
Semoga saja Puswil baru nanti, seperti yang terlihat dalam gambar di atas, akan menyediakan banyak fasilitas yang nyaman untuk mendukung kegiatan membaca atau kegiatan apapun yang berhubungan dengan dunia perbukuan.
2 comments
Write commentswaahhh mantap perpusnya..
Replyterimakasih min..
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon