Jakarta, Go!


Jakarta. Gambar: commons.wikimedia.org

Ketika pertama kali ke Jakarta di tahun 2005, selain rasa kagum karena itu pertama kalinya saya melihat kota besar, terbersit juga rasa heran; kenapa kota ini kok sumpek sekali? Macet menggila. Polusi udara nyata. Bising karena perpaduan suara klakson tat tit tut tiada henti-hentinya dan teriakan manusia yang membahana. Sampah berserakan di mana-mana. Belum berita-berita negatif yang saya baca di surat kabar maupun media online; banjir bandang yang melanda nyaris setiap tahun, buruknya sistem transportasi dan pelayanan umum, kemiskinan….Arrrrggghhhh
Apakah memang seperti itu keadaan kota besar, ibukota sebuah negara besar pula?

Jakarta… Riwayatmu Kini
Di kawasan Asia Tenggara, Jakarta adalah kota terbesar setelah Manila dan Bangkok. Dari segi kepadatan penduduk, Jakarta masih kalah dibanding Bangkok yang saat ini menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan penduduk terpadat di Asia Tenggara. Secara logika, harusnya semakin padat penduduk sebuah kota, akan semakin susah mengatur kota tersebut untuk penataan kota yang lebih baik dan lebih maju dari berbagai segi. Nyatanya logika ini tidak terbukti. Bangkok mematahkan logika tersebut.
Masih kurang? Saat ini Bangkok bahkan sudah menjadi kota tersibuk di Asia Tenggara, saing-saingan tuh dengan Singapura.
Lantas, adilkah jika kita membandingkan Jakarta dengan kota-kota besar lainnya di Asia Tenggara? Jika yang dibandingkan itu Singapura, saya dengan lantang akan menjawab ‘Tidak adil! Ini sungguh tidak Adil!’ Singapura adalah kota yang sekaligus sebagai negara, kotanya kecil dan penduduknya juga tidak sepadat Jakarta. Tapi kalau dengan Bangkok? Yang 25 tahun lalu kita masih lebih baik dari mereka? Silakan anda jawab sendiri :D
Di tahun pertama saya tinggal di Thailand, dua tahun lalu, saya baru tahu kenapa negara ini bisa mengejar ketertinggalannya dahulu. Disiplin yang tinggi, itu yang bikin saya salut banget sama masyarakat Thailand. Contoh kecil saja ya, suasana di kantin kampus saya. Kantinnya bersiiiih dan kinclong, di-pel sama petugas dua kali sehari. Padahl ini kantin kecil lho. Mirip-miriplah dengan kantin sekolahan. Penjaga kantin ramah-ramah dan jujur sama mahasiswa asing. Dan, pemandangan yang jarang saya temui di Indonesia tapi selalu saya temui di sini adalah… barisan antrian yang rapi. Ketika tiba waktu makan siang, nggak ada tuh yang namanya main serobotan pengen duluan. Di setiap counter makanan dan minuman, baris panjang antrian mengular dengan rapi. Dan tau nggak, yang sering  bikin kacau baris antri adalah mahasiswa dari Indonesia dan Bangladesh, hahaa… kacau dah. Ketauan banget gimana kemajuan intelektual sebuah bangsa hanya melihat dari gaya antrinya :p
 Awal-awal tinggal di Thailand, saya juga sering membuat status di facebook atau menulis di rubrik ‘Citizen Reporter’ surat kabar di daerah saya, Aceh, tentang hal-hal yang baik dan positif di negeri gajah putih ini. Eeee…. ternyata saya diprotes sama teman di Aceh sono. Katanya saya kok selalu ngomongin kebaikan Thailand, Thailand, dan Thailand melulu. Nulis kek sesekali tentang dunia perpolitikan Aceh atau tentang kebaikan Aceh, biar daerah kita bisa dikenal dunia. Pada teman saya itu, saya tidak perlu menjelaskan kan, apa yang sudah saya tulis tentang daerah kami? Lebih dari itu,  ketika ada yang ‘koar-koar’ banyak hal positif di negara orang, kadang kita suka mengambil kesimpulan sendiri dan tragisnya, sering salah; nggak cinta negeri sendirilah, mentang-mentang kuliah di luar negerilah. Oalaaaaaah….kalau mau didengerin, capek!
Then, what is the main point of the paragraphs above? (pertanyaan ini udah kayak pelajaran mengarang, yak :D). Cuma mau bilang, nggak ada salahnya ‘menyenter’ negara tetangga, nggak ada salahnya sesekali membanding-bandingkan, supaya kita bisa belajar dan mengevaluasi diri. Lagian yang ‘disenter’ adalah hal-hal positif kok, kalau bisa mengubah hal yang sama di tempat kita, kenapa tidak? Yang negatif biar aja tinggal di negaranya.
Yang lebih penting, meski kita punya banyak kekurangan di sana-sini, Indonesia punya nama yang harum di mata dunia. Bukan berkat lagu Kartini Harum namanya :D tapi sudah sejak lama Indonesia menjadi bangsa yang pro aktif memperjuangkan perdamaian dunia. Nggak percaya? Yuk, baca ulasan saya berikut.

Indonesia di Kancah Internasional
Adalah hal yang menggembirakan ketika Jakarta ditetapkan sebagai Diplomatic City of ASEAN.  Putusan ini disahkan ketika dilaksanakannya agenda tahunan KTT ASEAN ke 21 di Pnom Penh, Kamboja, Juli 2012. Pengesahan Jakarta sebagai ibu kota diplomatik ASEAN ditandai dengan penyerahan Piagam Pengesahan (Instrument of Ratification) Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan ASEAN mengenai Ketuanrumahan dan Pemberian Keistimewaan dan Kekebalan kepada Sekretariat ASEAN (Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and ASEAN on Hosting and Granting Privileges and Immunities to the ASEAN Secretariat/Host Country Agreement) dari Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, kepada Sekretaris Jenderal ASEAN.  

Hmmm…di tengah karut marutnya negeri ini, di tengah banyaknya persoalan Jakarta yang belum dituntaskan, saya kira nama baik Indonesia di kancah dunialah yang membuat Jakarta dipercaya oleh negara-negara tetangga sebagai Ibu kota Diplomatik ASEAN. Apa sajakah ‘nama baik’ Indonesia di kancah dunia?

1.      Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB)

GNB dibentuk pertama sekali pada tahun 1961. Dan Indonesia bergabung dengan GNB sejak pertama kali gerakan ini didirikan.  Oleh karenanya, di GNB, Indonesia termasuk dalam jajaran anggota penting bersama 11 anggota penting lainnya. Dalam anggota jajaran anggota penting ini, cuma Indonesia satu-satunya dari kawasan Asia Tenggara. Anggota penting lho ya, bukan anggota biasa, karna kalo anggota biasa, nyaris semua anggota ASEAN adalah anggota GNB.  GNB menyelenggarakan KTT setiap tiga tahun sekali, dan Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT GNB pada tahun 1992. Hebatnya, Indonesia nggak jadi anggota aja, tapi ikut berperan aktif dalam gerakan ini. Contohnya; membantu perjuangan rakyat Palestina, membantu penyelesaian masalah semenanjung Korea, membantu rekonstruksi dan rehabilitasi  Bosnia, dan banyak lainnya tak bisa saya sebutkan satu persatu di sini, heuheu…
2.      Peran Indonesia dalam  APEC
3.      Peran Indonesia di PBB
Indonesia resmi menjadi anggota PBB pada tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.  Adakah yang seberani Indonesia? Baru lima tahun merdeka, langsung membuka diri dan bergabung dengan organisasi paling tinggi di dunia. Peran Indonesia di PBB diperkuat dengan dibentuknya Kontingen Garuda atau sering disingkat dengan KONGA. KONGA adalah Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan khusus untuk perdamaian di negara lain. KONGA I dikirim ke Mesir pada tahun 1957. Hingga saat ini, tercatat sudah sampai ke KONGA XXVII yang menjalankan misi perdamaian dunia di Lebanon. Wuah…banyak beneeeer, yak! Dan sebagian besar negara tujuan kontingen ini adalah negara-negara di Timur Tengah, lho. Taulah ya, Timur Tengah sejak dulu selalu bergejolak.
4.      Peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) 
Salah satu yang bikin Indonesia bangga di mata dunia adalah  karena Indonesia merupakan penggagas diselenggarakannya KAA di Bandung tahun 1955.
5.      Peran Indonesia di ASEAN
Nah…kalau ngomongin apa peran Indonesia di ASEAN, sepertinya nggak akan cukup lembaran postingan ini. Banyak euy, heuheu…  Salah duanya yang cukup penting adalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memprakarsai berdirinya ASEAN sekaligus menjadi tuan rumah pada KTT ASEAN yang pertama dan pernah menjadi mediator saat perang saudara di Kamboja.
Ternyata, Indonesia ini luar biasa yak ;)

Dampak untuk Indonesia dan Jakarta
Dengan terpilihnya Indonesia sebagai Ibu Kota Diplomatik ASEAN, menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN percaya Indonesia akan membawa nama ASEAN berjaya di kawasan sendiri maupun di dunia internasional. Melihat track record dan ‘jam terbang’ Indonesia yang sudah tinggi di kancah internasional, maka dengan dipilihnya Indonesia sebagai basis, diharapkan Indonesia bisa menjadi seperti sebuah jembatan di antara negara-negara ini. Menghubungkan satu sama lain tanpa pilih kasih.
Bagi Indonesia sendiri, ini adalah peluang emas untuk semakin mengangkat nama Indonesia di kancah internasional. Nanti jika orang-orang di luar sana, generasi-generasi mudanya, nanya; ‘apa itu ASEAN’? ‘Di mana  tempatnya?’, ‘Jakarta? Nggak pernah dengar, di mana itu?’ maka nama Indonesia-lah terlebih dahulu yang disebut. Selanjutnya, dengan ‘jabatan’ ini di pundaknya, Indonesia akan lebih berhati-hati ketika menyikapi persoalan-persoalan internal ASEAN maupun persoalan dengan negara-negara Non-ASEAN.
Khusus untuk Jakarta, inilah kesempatan Jakarta untuk berbenah. Benahi kota, benahi manusianya juga. Semua negara-negara ASEAN akan berpusat ke Jakarta.  Dampak akan meningkatnya wisatawan mancanegara sudah sangat mungkin terjadi, yang secara langsung akan meningkatkan taraf perekonomian kota Jakarta. Apalagi ke depan, single market akan segera diluncurkan. Dan dengan adanya Jakarta sebagai Diplomatic City of ASEAN, nantinya semua mata akan tertuju ke sini. Maka bersiaplah, kita akan menjadi pusat perhatian. Yang paling penting seperti saya bilang kemarin, ‘Jangan Ada Dusta Di Antara Kita’. Sekali dipercaya oleh ‘sahabat-sahabat’ tercinta, jangan sampai menyalahgunakan kepercayaan yang sudah susah payah didapat.
Setiap melakukan atau menerima sebuah tanggung jawab, maka itu tak lepas dari semua konsekuensi yang menyertainya. Setiap yang berdampak positif, pasti tetap ada dampak negatif di baliknya.  Kalau dari kacamata saya, ini bisa jadi berkaitan dengan Jakarta sebagai kota yang belum tertata dengan benar. Tetangga-tetangga kita yang datang ke Jakarta, yang mereka di  negaranya tinggal di kota yang nyaman, mungkin sedikit banyak akan mengkritik Jakarta; ‘jadi begini ibukota negara Indonesia?’ Ya, tidak apa kita dipandang sebelah mata dulu. Kita jadikan kritikan itu sebagai masukan. Orang maju adalah orang yang mau menerima kritikan. Kota ini akan maju setelah menerima banyak masukan di sana-sini.
  Apa yang harus disiapkan  oleh Jakarta? Benahi kota dan benahi manusia. Jika sudah disebut ‘benahi kota’, itu termasuk di dalamnya semuuuuua yang menyangkut dengan tersedianya  sarana dan prasarana yang menunjang hidupnya sebuah kota metropolitan di era sekarang, bukan kota metropolitan di jaman dulu. Dan yang tak kalah penting adalah perilaku warga kota Jakarta juga harus berubah. Mulailah dari diri sendiri dan mulai dari yang kecil dulu. Kalau sebagian besar orang -jika tidak bisa saya sebut semua- memiliki pemikira yang sama, bukan tidak mungkin roda Jakarta akan bergerak maju.

Untungnya, Jakarta sekarang dipimpin oleh Jokowi dan Ahok. Duet pemimpin keren ini super-duper peduli dengan Jakarta. Udah banyak tempat-tempat di Jakarta mereka benahi. Memang belum selesai, tapi ingat satu hal, Jakarta itu kotanya semrawut banget, besar banget, bukan pekerjaan mudah mengubahnya menjadi kota yang nyaman dan indah dalam waktu setahun dua tahun. Tidak seperti ‘Simsalabim’, hap! Berubaaaah! 
Hebatnya lagi, Jokowi dan Ahok ini mendukung sekali dengan ketika Jakarta dinyatakan sebagai Diplomatic City of ASEAN. 
We will do anything within our power to prove ourselves as an extraordinary host," gitu kata Jokowi saat pertemuannya dengan tim dari sekretariat ASEAN, di Jakarta. Sebuah pernyataan luar biasa dari pemimpin yang luar biasa. Sebagai bentuk dukungannya yang pertama, Jokowi dengan senang hati menyerahkan bekas kantor walikota Jakarta Selatan untuk sekretariat ASEAN.  Jempol buat Pak Jokowi!
Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta Selatan. Gambar: metro.news.viva.co.id
 
Sekali lagi, selamat untuk Jakarta. Go, Jakarta, Go!
  

Referensi: 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

6 comments

Write comments
Keke Naima
AUTHOR
6 September 2013 pukul 23.06 delete

semoga Jakarta semakin bebenah :)

Reply
avatar
10 September 2013 pukul 17.35 delete

Aamiin. semoga ya mbak Myra ;)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
10 September 2013 pukul 21.39 delete

go jakarta go,
sedang mencuat isu pemindahan ibukota #again :)

Reply
avatar
11 September 2013 pukul 08.06 delete

tapi saya sedang tidak membicarakan tentang pemindahan Jakarta lhooo ;)

Reply
avatar
19 September 2013 pukul 21.05 delete

Semoga Jakarta menjadi kota yang aman dan damai

Reply
avatar
21 September 2013 pukul 22.42 delete

Aamiin. makasih atas kunjungannya mbak ;)

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky