Sensasi Tantangan #10daysforAsean


Gambar: iStockphoto.com
Sejak 26 Agustus sampai dengan 4 September 2013 lalu, saya mengikuti tantangan menulis 10 hari persembahan dari @aseanblogger. Tantangan menulis ini bertajuk #10daysforAsean. Terus terang, baru kali ini saya mengikuti tatntangan yang ekstrim seperti ini. Bagaimana tidak? Di saat saya mengambil keputusan untuk ikut tantangan ini, sementara saya sedang ikut tantangan menulis #30HariNgeblogNonstop persembahan Blogdetik dan @dBlogger. Itu alasan pertama kenapa saya bilang ekstrim. Alasan kedua, tantangan #10daysforAsean ini memiliki peraturan yang berbeda dengan tantangan sebelumnya yang sedang saya ikuti. Kalo yang sebelumnya saya ikut karena saya bakal enjoy aja karena temanya bebas, justru di tantangan menulis 10 hari berturut-turut ini, kita dikasih tema dan agak berat pula, setidaknya begitu menurut saya. Tema-tema yang harus kita tulis adalah tema tentang seputar komunitas ASEAN dan isu-isu yang menyertainya. Ini sungguh ekstrim sekaligus menguji nyali. Bagimana di saat yang bersamaan; saya bisa menulis dua tulisan sekaligus, mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan isu-isu yang dilemparkan oleh @aseanblogger, membacanya dengan seksama dan saling mengait-ngaitkan isu tersebut, lalu menuliskannya. Dan itu semua dilakukan dalam waktu 24 jam. Oh, Gosh!

Maka yang saya alami selama sepuluh hari tersebut adalah: ketika selesai membaca, rasanya kepala saya penuh sehingga tidak tahu harus menuliskannya yang mana terlebih dahulu; namun ada kalanya juga bahkan saya tak punya ide sama sekali. Faktanya, dari 10 hari tantangan menulis, saya sempat absen satu hari, yaitu bahasan tentang Vietnam. Selain tak punya ide, hari itu saya merasa sangat kelelahan, jangankan berpikir untuk menulis, membaca saja rasanya tidak sanggup, sehingga saya melewatkannya begitu saja.
Sebenarnya, saya tidak asing lagi dengan ASEAN Community. Waktu semester dua kuliah di Thailand, saya mendapat dua kali materi tentang AEC. Memang sih, saat kuliah, kami lebih fokus ke AEC, sebagaimana nantinya ASEAN Community akan lebih fokus ke AEC, tanpa menyampingkan dua pilar lainnya. Jadi, masih ada beberapa jurnal sama saya yang menjadi penduan saya menulis. Jadi kalo topik yang dilemparkan panitia ada hubungannya dengan AEC, saya lancar jaya aja nulisnya. Tapi kalo nulisnya nggak ada hubungannya dengan pilar AEC, barulah saya jumpalitan, hahaa…
Betewe, apa saja ya tema ke-sepuluh hari tersebut? Check it out di mari:
Hari pertama: Thailand
Bagaimana kalau di sekitar perumahanmu banyak berdiri salon-salon Thailand yang profesional dan mempunyai sertifikat tingkat internasional, apakah itu akan menggeser salon lokal? Apa analisismu?

Hari kedua: Kamboja
Sudah pernah berwisata ke Candi Borobudur? Menurut penjelasan ahli sejarah, relief Borobudur ada kemiripan dengan Candi Angkor Wat, yang berada di Kamboja. Padahal, Borobudur dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat ada.  Apakah ini menandakan bahwa negara-negara di ASEAN itu serumpun? Apa pendapatmu mengenai hal itu?

Hari ketiga: Branding Nation
Indonesia kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih berhasil mem-brandingTruly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok untuk Indonesia di kawasan ASEAN.

Hari keempat: Myanmar
Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata?  

Hari kelima: Vietnam
Di dunia, negara penghasil kopi terbesar adalah pertama: Brazil,  kedua: Vietnam dan ketiga adalah Indonesia. Kedua negara terakhir adalah anggota ASEAN. Menuju Komunitas ASEAN 2015 ini, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia? Bisakah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan menjadi rival atau saling bersaing.

Hari keenam: Laos
Visi ASEAN 2015 adalah menjadi ASEAN komunitas tunggal, baik di bidang ekonomi mau pun politik. Laos, atau Republik Demokratik Laos, meski sudah bergabung dengan ASEAN sejak tahun 1997, namun baru membuka diri seluas-luasnya dengan negara lain pada tahun 2004, dan melakukan kerjasama di berbagai bidang. Peran Republik Demokratik Laos di ASEAN, bisa dikatakan belum banyak berkontribusi, tenggelam di bawah bayang-bayang negara ASEAN lainnya yang semakin maju. Dengan adanya Komunitas ASEAN, diharapkan Laos menjalin kemitraan yang baik dengan  negara ASEAN lainnya. Jika posisi Anda adalah negara Laos, investasi diplomatik apa yang diharapkan dengan kemitraan yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya negara-negara ASEAN.  Tuliskan pendapatmu di blog tentang hal tersebut. Fokus pada peran Laos sebagai anggota Komunitas ASEAN. 

Hari ketujuh: Konflik Singapura dan Malaysia
Tahun 2015 diharapkan ASEAN menjadi satu komunitas tunggal, yang merangkul seluruh negara di ASEAN.  Namun di antara anggota ASEAN, ada juga yang memiliki sengketa antar negara, terutama terkait dengan perbatasan antar negara. Seperti yang terjadi dengan Singapura dan Malaysia. Singapura mempunyai sengketa perbatasan dengan Malaysia pada pulau di pintu masuk Selat Singapura sebelah timur. Ada tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca atau oleh masyarakat Malaysia dikenal sebagai Pulau Batu Puteh, Batuan Tengah dan Karang Selatan. Persengketaan yang dimulai tahun 1979, sebenarnya sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008, dengan menyerahkan Pulau Pedra Branca kepada pemerintahan Singapura. Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyrakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat. Bagaimana menurut teman-teman blogger penyelesaian konflik ini terkait dengan Komunitas ASEAN 2015?

Hari kedelapan: Filipina
Kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di negara-negara anggota ASEAN tidak sama. Beberapa negara, termasuk Indonesia, bebas atau longgar dalam hal kebebasan pers dan kebebasan berekspresi bagi para blogger, yang sekarang ini menjadi salah satu alternatif dalam penyebaran informasi atau jurnalis warga. Tetapi ada juga negara yang mengekang kebebasan berekspresi warganegaranya, dan ada negara yang memenjarakan blogger jika tulisannya menentang pemerintahan negaranya. Bagaimana dengan Filipina? Apakah Filipina termasuk negara yang longgar dalam kebebasan berekspresi dan informasi bagi para warganegaranya, termasuk blogger atau jurnalis warga? 

Hari kesembilan: KTT ke-22 di Brunei Darusssalam
Dalam KTT ke-22 di Brunei Darussalam ,  tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015. Dengan ketiga pilar tersebut, bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan?

Hari kesepuluh: Jakarta, Diplomatic City of ASEAN
Ibukota negara Indonesia, yang juga menjadi markas ASEAN Secretary bertempat di Jalan Sisingamangaraja 70 A, Jakarta Selatan.  Keberadaan markas ASEAN Secretary di Jakarta merupakan suatu kepercayaan bahwa Indonesia bisa menjadi penghubung antar negara-negara anggota ASEAN atau Diplomatic City of ASEAN. Menurut teman-teman blogger mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?
***
See? Dahsyat dan cetar membahana kan tema-tema yang dilemparkan setiap hari? Dan untuk satu tema di atas, waktu menulis dikasih hanya 24 jam. Bayangkan saja, gimana nggak penuh ini kepala, hahaa…
Well, bagaimana perasaan saya setelah mengikuti tantangan tersebut? Seperti saya bilang, ternyata ini benar-benar ekstrim. Saya berasa jumpalitan. Nggak tau mau baca yang mana duluan, nggak tau mau tulis yang mana duluan, tau-tau aja waktu udah jalan segitu lama. Begitu juga jika saya sedang tidak ada ide, waktu jalan aja teruuuus, saya masih tetap tidak tau mau menulis apa.
Di hari pertama, ketika melihat tema yang dilemparkan, saya shock. Oalaaah…temanya ternyata begini tho? Saya pikir, karna ini nulis di blog, tentu temanya yang ringan-ringan saja. Apalagi yang ngikut tantangan ini dari segala umur dan segala profesi. Saya lihat bahkan banyak juga yang emak-emak. Tapi karena saya pikir saya sudah kepalang tanggung, yang namanya udah daftar ya nggak boleh mundur lagi. Apalagi nama-nama peserta beserta alamat blognya udah terpampang gede-gede di web mereka. Jadi kan pasti dibaca sama peserta lain, termasuk peserta yang sudah saya kenal dalam dunia blogging. Maluuuu kan kalo saya tiba-tiba nggak ikut. Lagian, saya anggap aja ini kayak kuliah master yang lagi saya jalani. Baca baca jurnal lalu analisa, dan tulis. Kalo yang ini, baca-baca  referensi lalu analisa dan tulis. Jujur saya, tema di hari pertama saya nggak tau mau menulis apa. Ini tentang Thailand, negara tempat saya tinggal dan menuntut ilmu selama dua tahun ini. Tapiii…saya nggak pernah nyalon di salonnya Thailand yang terkenal akan ‘Thai Massage’-nya itu. Kemudian saya mencoba ‘membidiknya’ dari sudut pandang ekonomi (halah…kayak pakar ekonomi aja ngomogn kayak gini, xixixi) dan hubungannya AEC. Nggak bisa ngomongin banyak soal salon Thailand karena saya tak punya pengalaman. Akhirnya jadilan tulisan geje dan super singkat dibandingkan tulisan-tulisannya; Pilih Mana, Salon Thailand atau SalonIndonesia?
Setelah hari pertama saya blank sama sekali, namun ketika membaca tema yang dilemparkan di hari kedua, saya justru memiliki semangat yang menggebu-gebu ketika menuliskannya. Di hari kedua peserta berasa belajar sejarah, balik ke cerita-cerita ribuan tahun lalu. Dan ini saya suka banget! Udah soalnya nggak berat (menganalisa ‘Apakah Kita Serumpun’, nggak berat kan, ya?), terus baca-baca sumber, sungguh bikin dahaga ilmu saya terpuaskan, hahaa…lebay. Iya lho…saya jadi banyak tau tentang candi dan kesamaan cerita antara kita dengan  bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Maka jadilah tulisan ASEAN, Benarkah Kita Serumpun?
Nah, setelah semangat yang menggebu-gebu di hari kedua, ealah…di hari ketiga semangat saya malah kendur. Ini kita ngomongin tentang Branding Nation. Saya tuh ya, paling nggak bisa kalo disuruh bikin tagline atau branding sebuah produk. Maksud saya, untuk kategori penulis yang lama ketemu ide kayak saya, saya bakal nyerah kalo berurusan sama yang beginian. Lha wong tagline untuk blog sendiri aja, udah lebih setahun ngeblog baru dapat tagline yang di atas, wkwkw… Saya sempat membuat status tentang branding ini, kali aja ada yang bisa bantu kasih ide, heuheu… Tapi ternyata, tetap tidak membantu. Usul-usul yang muncul di status saya unik-unik dan lucu-lucu; The Ancient Archipelago, ‘Puppet of Asia’, ‘Let’s Dive Our Sea,  Couldn't Stop Exploring’, sampai tagline yang agak ekstrim ‘What A Funny Country’, tapi tetap nggak ada yang ‘klik’ sama saya. Yang terakhir itu jelas nggak mungkin saya pakai, saya kan sedang tidak mempermalukan negeri saya sendiri, heuheu. Akhirnya saya pakai; Indonesia, The Pearl of Khatulistiwa.
Hari keempat, semangat saya balik lagi kayak hari kedua. Jadi kelihatan kan gimana fluktuasi mood menulis saya. Kadang naik kadang turun. Yeah...sebenarnya ini karena tergantung tema. Entah kenapa kalo ngomongin tema-tema sejarah, saya jadi suka dan isi kepala saya jadi penuh. Nah, di hari keempat sebenarnya kita ngomongin soal kenapa Myanmar belum memiliki kebebasan Visa sebagaimana negara-negara lainnya di ASEAN. Untuk menuliskan ‘kenapa’ ini, kita mesti ngulik-ngulik lagi sejarah perpolitikan Myanmar sejak puluhan tahun lalu hingga sekarang. Ditambah lagi, untuk tema ini, saya punya narasumber yang bisa saya wawancarai langsung via inbox fb-nya. Kebetulan beliau pernah tinggal di Myanmar dan pernah menulis tentang situasi politik di Myanmar. Jadi klop deh. Maka jadilah tulisan Dukung Bebas Visa untuk ASEAN.
Nah, hari kelima, saya balik down lagi, hahaa.. Ini down yang luar biasa buat saya. Jangankan membuat postingannya, membaca sumber-sumbernya saja, saya sudah tidak sanggup lagi. Saya nyaris tumbang di sini. Sepertinya, semangat dan energi saya sudah terserap habis di hari-hari sebelumnya hingga tak menyisakan sedikitpun untuk di hari kelima ini. Sebenarnya, menulis tema-tema yang agak berat itu harusnya ada jeda ya, jadi begitu selesai yang satu, kita masih punya waktu untuk refreshing, tanpa mikir apapun, untuk mengumpulkan kembali energi yang terkuras di hari sebelumnya. Tapi namanya juga yang punya gawean @aseanblogger, bukan gaweannya saya, heuheu…  Jadinya di sini saya ABSEN. Sebenarnya saya agak was-was dengan keabsenan saya di hari ini, takut di-diskualifikasi. Meski kata teman-teman tak apa-apa kalau hanya sehari, tapi saya tetap merasa ‘apa-apa’. Gimana kalo usaha maksimal saya di hari-hari sebelumnya menjadi gagal karena nila yang setitik ini? Mungkinkah keabsenan satu hari akan memengaruhi tulisan yang lain? Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur absen juga, mau ngapain lagi -_-
Hari keenam tentang Laos, saya masih tak punya ide tentang negara ini selain saya memang sangat jarang dengar segala hal tentang Laos. Meski demikian, jadi juga tulisan nggak jelas tentang Laos; Untukmu Laos.
Hari ketujuh topiknya tentang konflik Malaysia dan Singapura terkait pulau Pedra Panca. Di sini semangat saya sudah kembali lagi. Saya jadi banyak tahu tentang sengketa dua negara kaya ini serta masa lalu yang menyertai keduanya. Hmmm…asyik. Setelah tulisan jadi, saya tersendat di judul. Saya memang payah kalo bikin judul, selalu nggak oke dan nggak menarik, menurut saya. Namun akhirnya saya buat judul yang nggak lucu sama sekali; Malaysia dan Singapura; Peace dong ah!
Hari ke delapan, ngomongin tentang Filipina dan kebebasan pers-nya. Di hari ini, saya balik down lagi, wkwwk…ampuuun deh saya. Setelah saya lihat-lihat lagi, kalo temanya saya suka dan saya punya ide menulis tentangnya, maka saya akan bersemangat sekali dan biasanya, output-nya akan jadi sebuah tulisan sangat panjang, hahaa… Udah baca-baca tentang Filipina dan dunia pers-nya, saya tetap blank. Ditambah dengan kenyataan bahwa saya kayaknya udah mulai jenuh di titik ini. Setiap hari membaca dan menulis yang berat-berat, bikin jenuh juga, kan? Saya coba blogwalking ke blog-blog yang sudah selesai menulis duluan. Maksud hati mau cari ide dengan membaca tulisan-tulisan orang. Biasanya suka dapat ide sehabis baca tulisan orang, eee….hasilnya malah makin membuat saya tidak tahu mau menulis apa. Meski demikian, saya tetap mencoba menulis aja, takut absen lagi, Maka jadilah tulisan geje ini; Bebas Tanpa Bablas.
Sejak di hari ke delapan saya sudah mulai jenuh. Maka di dua hari terakhir, saya sedang berusaha untuk melawan kejenuhan. Usaha keras saya melawan kejenuhan membuahkan tulisan di hari kesembilan dan kesepuluh; ‘We are One for ASEAN’ dan ‘Jakarta, Go!
 Setelah rabu pagi saya submit tulisan di hari terakhir, saya terkapar. Ibarat orang yang baru selesai berjuang di sebuah perang, saya butuh dua hari istirahat tanpa ngapa-ngapain. Tubuh saya terasa lelah, pikiran saya pun lelah. Saya pernah seperti ini ketika mengejar dateline mengerjakan paper saya, setelahnya saya akan tidur belasan jam. Nyaris orang tak sadarkan diri. Untunglah saya sedang dalam masa ‘mengasingkan’ diri. Sedang jauh dengan anak dan suami. Kalo tidak, tentu saya tidak dapat ikut tantangan ekstrim ini, heuheu…
Secara keseluruhan, meski ada masa-masa saya merasa down, no idea, jenuh melanda di jelang hari-hari terakhir, saya beruntung bisa ikut tantangan ini. Setidaknya saya bisa ambil hikmah bahwa ternyata selama ini saya nggak tahu banyak tentang ASEAN. Saya hanya tahu apa itu ASEAN, kapan dibentuk, kapan KTT, acara-acara apa saja yang sudah dibuat, dan terakhir… tentang komunitas ASEAN yang saya dapat waktu semester dua kuliah di Thailand. Saya jadi tahu banyak tentang candi-candi beserta kesamaan sejarah kita tempo dulu, jadi banyak tentang tempat-tempat wisata di ASEAN, jadi tahu banyak tentang Myanmar serta perang saudara di sana, jadi tau tentang Laos, Singapura, Filipina, dan sebagainya. Buanyaaaaak sekali ilmu yang saya dapat dari mengikuti tantangan ini. Beneran, saya berasa sedang ikut kuliah. Salut untuk program ini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

8 comments

Write comments
10 September 2013 pukul 11.58 delete

iya bener banget mba.. berasa kuliah hihi

Reply
avatar
Katerina
AUTHOR
10 September 2013 pukul 15.51 delete

Mbak Eki konsisten menulis. Salut.

Reply
avatar
10 September 2013 pukul 17.34 delete

Mbak Monik: iyaaa...jadi pinter kita kan mbak, hahaa...

Mbak Rin: lebih tepatnya berusaha untuk konsisten mbak, ini juga karna lomba :D

Reply
avatar
Anonim
AUTHOR
10 September 2013 pukul 19.05 delete

Wow.. Salut deh tulisannya keren. *klik post #10daysforAsean satu-satu*

Reply
avatar
Meutia
AUTHOR
10 September 2013 pukul 19.41 delete

wah cut kak hebat wlpn absen sehari, saya dua2nya ngak bisa ikut karena aktivitas dunia nyata sangat menguras energi dan pikiran...

Reply
avatar
10 September 2013 pukul 20.12 delete

meutia: Sebenarnya rada maksa sih cut dek, wkwwkk...
Insya Allah lain kali Cut Dek pasti bisa ikut ;)

Buzzer: Iyaaa...sengaja saya link-kan ke masing-masing tulisan. mana tau ada yang penasaran dengan tulisan-tulisan geje saja, hahaaa...

Reply
avatar
10 September 2013 pukul 20.24 delete

Haiyaaa, baru kali ini baca postingan Eki yang panjang dan serius begini. Saya malah udah ga ikutan lagi di hari ke 5 apa ke 6 deh, gara2 ditelantarkan oleh si singa terbang, terpuruk di bandara SIM Banda Aceh selama lebih dari 9 jam. Hilang deh mood saya untuk menulis, dan menyerah, malah akhirnya banting stir, menulis tanpa henti dengan tema yang saya tentukan sendiri. Haha.

Salut dg Eki yang lancar jaya menjawab tantangan ini. Sukses yaaa!

Reply
avatar
10 September 2013 pukul 21.10 delete

Ooooh...jadi itu tho yang menyebabkan kakak putus di tengah jalan. Memang entah di hari ke berapa itu, saya nggak lihat lagi nama kakak nongol sebegai peserta yang tulisannya terdaftar. Saya kira kenapa. Karena setau saya kakak paling getol deh kalo menulis. Saya pikir gak mungkin kak Alaika menyerah, toh kakak pada waktu-waktu itu kakak tetap menulis.
Gak apa kak, yang penting kakak tetap menulis tho ;)

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky