Kisah Sebuah Buku


Bagi yang suka membaca, aku yakin mereka punya, satu atau lebih, buku yang terus diingat karena mendapat ‘sesuatu’ atas buku yang dibacanya tersebut. Termasuk aku salah satunya. Namun kenanganku akan sebuah buku yang akan aku ceritakan di bawah ini, mungkin agak istimewa, setidaknya buatku. Perjalanan panjang dengan ending yang mengejutkanlah yang membuat buku tersebut istimewa.
***
Dalam tulisan Tujuh Buku yang Paling Berkesan Buat Saya, salah satunya aku menyebut buku berjudul ‘Berguru pada Sastrawan Dunia’ karangan Joseph Novakovich. Sebenarnya, lebih tepat jika aku menyebut buku ini merupakan buku ‘Ajar Kelas Menulis Fiksi’ yang wajib dipunyai oleh seorang guru menulis fiksi. Aku bukan seorang guru, tidak juga pernah mengenyam pendidikan dalam dunia sastra. Namun  dimulai sejak delapan atau sembilan tahun lalu, aku beberapa kali mengisi kelas menulis. Awalnya kelas menulis fiksi, lalu berlanjut ke kelas menulis umum. Namun itu dulu, waktu masih (sok) terkenal, hahaa…
Buku ‘Berguru pada Sastrawan Dunia’ bukan hanya telah berjasa karena padanya aku telah ikut berguru pada sastrawan dunia melalui buku, namun setelah delapan tahun sejak pertama sekali buku tersebut kubeli, ada sebuah kisah menarik yang menyertai perjalanan buku tersebut. Bukan perjalanannnya denganku, melainkan ke beberapa (mungkin) pemiliknya.
Awalnya sesaat setelah tsunami. ada beberapa buku yang masih layak, aku kumpulkan meski terkena lumpur. Salam satunya adalah buku ‘Berguru pada Sastrawan Dunia’ ini. Seharusnya buku ini sudah tak terbentuk lagi. Jadi bubur hitam. Maksudku, terendam dalam air hitam yang tergenang di kamar kosku. Nyatanya, dia selamat. Tubuhnya terkena lumpur di bagian pinggir saja. Waktu kejadian, aku baru saja membacanya dan meletakknya di atas kasur spring bed-ku. Jadi dia dan sebagian kecil teman-temannya selamat, meski ada ‘luka memar’ di sana sini. Aku merawat mereka, namun beberapa ‘luka’ masih meninggalkan bekas kecoklatan pada lembaran-lembaran putihnya.  
Setahun kemudian, temanku meminjam buku tersebut. Katanya, ingin mempraktekkan latihan menulis di buku tersebut untuk anak didiknya. Buatku, buku bukan hanya untuk dikoleksi dan diambil ilmunya sendiri, tapi juga harus berbagi. Tentu saja aku akan membarenginya dengan wanti-wanti untuk menjaga buku tersebut sebelumnya.
Lalu aku lupa. Lupa bahwa aku pernah meminjamkannya pada temanku. Sampai saat aku menyadari aku kehilangannya. Parahnya, temanku ternyata tidak bertanggung jawab. Dia lupa di mana menaruh buku itu. Singkat kata, buku itu sudah tak bisa dilacak lagi keberadaannya. Bayangkan saja. Benda yang kuselamatkan pertama kali ketika melihat air hitam menggenang di kamarku, adalah buku-bukuku. Aku bersihkan mereka. Aku jemur. Kubuka lembar per lembarnya saat kujemur agar merata masaknya, eh salah, keringnya. Lalu salah satu dari buku-buku itu hilang karena sebuah kecerobohan oleh non-pemiliknya. Tentu saja aku jadi kesal dan marah.  Sudahlah dia meminjam buku orang, bukannya menjaga baik-baik. Tapi kesal dan marahku hanya dalam hati saja, hehee. Aku kek gitu orangnya, susah marah sama orang :p 
Akhirnya aku memaafkannya. Aku berpikir positif saja, mungkin suatu saat, buku itu akan kembali ke pangkuanku.
Sampai beberapa waktu lalu, seseorang mengirimiku sebuah pesan di inbox facebook.
“Kak Hacky, salam kenal. Kemarin saya ke gudang buku. Saya beli buku kakak. Josep Novakovick. Harganya Rp. 25. 000.” 
Aku kaget. Aku seperti diingatkan kembali akan kejadian hilangnya buku yang dimaksud.
“Buku saya? Saya memang pernah punya buku itu. Tapi kok bisa ada di Gudang Buku?” tanyaku.
“Ya, kak Hacky. Bukunya sudah saya beli. Awalnya nggak terlalu berminat, tapi karna itu buku kakak, akhirnya saya beli juga. Nggak tau juga kenapa bukunya ada di situ. Udah lecek kali dan ada bekas pernah basah. Jadi, kakak nggak pernah menjualnya?
Dia mengatakan bahwa dia sengaja mengirim inbox, karena dia melihat namaku tertera dengan sangat jelas di halaman depan buku. Aku memintanya mengambil beberapa foto penampakan terakhir buku tersebut. Ternyata penampakannya masih sama seperti ketika terakhir kali aku melihatnya.
Yang kulakukan kemudian adalah mengirim pesan ke temanku yang dulu meminjam buku tersebut. Aku menceritakan perihal buku tersebut. Temanku juga kaget. Katanya, saat dulu dia mengatakan bahwa dia tak tahu di mana buku itu, saat itu dia benar-benar kehilangan buku tersebut dan tak pernah menemukannya lagi. Dia bersumpah tidak pernah menjualnya. Aduh! Aku merasa bersalah karena dia sampai bersumpah hanya untuk sebuah buku, hehe. Aku percaya temanku itu. Mungkin seseorang meminjam atau mengambil buku tersebut, lalu menjualnya karena sebuah kondisi. Di sisi lain, si adik pengirim pesan sampai merasa tidak enak karena aku sempat mengatakan bahwa buku tersebut sangat penting buatku.
“Kak, saya jadi nggak enak nih. Sekarang terserah kakaklah, minta saya mengembalikan  buku ini ke kakak atau gimana. Tapi kalau boleh jujur, saya sangat senang bisa membeli dan punya buku ini. Apalagi karena ada nama kakak. Itulah penyebab utama saat saya memutuskan untuk membelinya, karena ada nama kakak.” Aku kan jadi terharuuu, hiks... lebay!
Akhirnya aku berdamai dengan kenyataan. Aku membalas pesan si adik pengirim pesan. Kukatakan aku bahwa aku sudah merelakan jika buku tersebut memang harus berpindah ke orang lain, bahkan saat temanku menghilangkan buku tersebut. Toh, aku sudah membacanya sampai tuntas.
“Sekarang, buku itu bukan punya saya lagi, tapi punyamu. Kau yang mengeluarkan ‘mahar’ untuk sebuah hak atasnya. ‘Mahar’ saya dulu sudah terputus sampai di sini saja, tapi mudah-mudahan ilmunya tak pernah putus. Semoga bukunya bermanfaat dan kamu bisa jadi penulis fiksi tenar.”
Ini penampakan bukunya setelah berada di tangan si adik calon penulis tersebut. Dia mengirimkan foto-foto ini beberapa waktu lalu.




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Previous
Next Post »

5 comments

Write comments
8 Februari 2016 pukul 05.47 delete

hmm. walau diterpa badai tsunami..tapi buku berguru pada sastrawan dunia itu masih utuh...luarbiasa,
keep happy blogging always..salam dari makassar - banjarbaru :-)

Reply
avatar
8 Februari 2016 pukul 13.40 delete

wah keren juga nih kayaknya bukunya..
jadi penasaran pengen beli bukunya

Reply
avatar
zaenudin
AUTHOR
10 Februari 2016 pukul 09.45 delete

bisa gitu ya.. "bukuku sayang bukuku malang" hehe

tenang mbak yang penting udah khatam dan bisa dipraktekkan

Reply
avatar
11 Februari 2016 pukul 21.59 delete

wah suka baca nih kaykanya..
berarti sama mbak haha , btw salam kenal
sutopo blogger jogja

Reply
avatar
Syuhada Ahmad
AUTHOR
5 September 2019 pukul 23.00 delete

Kak Eky....
Masya Allah. Baru khatam baca blog kakka....

Reply
avatar

Instagram @fardelynhacky