Gambar: iStockphoto.com |
Lebih
kurang setahun lalu, ketika saya baru balik dari luar negeri, suami saya
membelikan saya sebuah smartphone. Katanya supaya saya bisa online di
manapun dan kapanpun, tanpa harus membawa-bawa laptop saya yang beratnya minta
ampun itu.
Jadi
begini, selama saya tinggal di luar negeri, saya merasakan benar bagaimana
nikmatnya berselancar di dunia maya dengan akses internet yang super duper
kencang. Percaya tidak kalau saya bilang bahwa sampai saat setahun lalu, saya
belum memiliki gadget apapun yang bisa membuat saya terhubung dengan dunia maya
tanpa harus tersambung ke laptop. Satu-satunya alat komunikasi selular yang
saya punya adalah hape jadul yang bahkan tak memiliki kamera.
Nah,
berhubung saya berstatus mahasiswa, jadi saya memiliki dua akses inernet yaitu
Wi-Fi di apartemen saya dan Wi-Fi kampus. Dan berhubung lagi, wilayah jangkauan
saya berada nggak jauh-jauh dari seputar kampus dan apartemen yang juga dekat
dengan kampus, jadi saya sudah sangat merasa puas dengan hanya surfing di internet melalui laptop.
Laptop memang saya bawa ke mana-mana. Memang, agak merepotkan, sih. Tapi
kerepotan saya sudah terobati dengan puasnya saya menggunakan jaringan internet
di sini.
Sampai
akhirnya suami saya membelikan saya smartphone. Saya senang sih, tapi
saya harus mengalami kejadian-kejadian seperti ini;
“Honey,
kenapa hapenya jarang dipegang?”
“Tanganku
kaku Bang dengan layar sentuh.”
“Disentuh
dengan penuh kasih sayang dong, Honey.”
“Udah
baaaang…tanganku tetap kaku nih, hiks.”
Walhasil,
selama lebih kurang seminggu itu, saya tetap membuka internet pakai laptop, tetap
membawa laptop saya yang berat itu ke mana-mana; ke tempat sodara, ke rumah
mertua, bahkan meski cuma ke pasar ikan, wkwkwk… dan bukannya berlatih
menggunakan samertphone itu supaya kami bisa lengket satu sama lain.
Saya sampai diledekin sama keponakan atas kekampungan saya itu.
“Makcik
gitu deeeh…ada yang praktis dan simpel, mau-maunya bawa laptop setebal papan
cucian gitu.”
Hiiiiksss…
Lain
waktu, saya harus membalas pesan penting dari teman saya di luar negeri,
melalui facebook. Tapi yang terjadi adalah;
“Arrrrgghhh…lama
kali ngetik pakai hape Baaaang, beda kalo ngetik dengan sebelas jari di laptop.”
“Ngetiknya
yang sabar Honey.”
“Okeee…aku
ngetik denga sabar, nih,” kata saya sambil memencet huruf satu persatu, seperti
mengeja.
Namun
pas chatting dengan teman;
“Bang,
aku nggak bisa nih menerapkan mengetik dengan sabar. Temanku mengetik satu
paragraf panjang, aku malah ngetik satu kalimat pendek. Dia heran, itu bukan
kebiasaan aku bang. Kok aku kurang bercandanya akhir-akhir ini. Nggak asik ah
bang chatting pake smartphone, aku jadi lelet ngetik nih, kayak
siput bunting kejepit pintu, ” kata saya sambil ngedumel. Bukannya memberi
solusi atau minimal menyemangati, suami saya malah nanya ‘Siput bunting kejepit
pintu itu kayak gimana, sih?’ Gubraaaakss…
Lain
waktu;
“Bang,
aku kok ya ndak bisa baca blog seseorang ini, aku mem-follow blog beliau
karena aku suka tulisannya.”
“Kenapa
kok nggak bisa, Honey?”
“Ini
nih bang, tampilannya gak sepenuh layar hape, tulisannya kecil-kecil, dibesarin
juga gak bisa.”
Atau,
lain waktu:
“Bang,
aku mau ikut lomba menulis di fanpage ini, tapi aplikasinya gak bisa dibuka
pakai hapeku ini. Jadi, gimana dong, Baaaang.”
“Hmmm…Honey,
Abang rasa sebaiknya honey harus banyak beramal soleh dan banyak berdoa supaya
tuh hape bisa diajak bekerjasama.”
“Nggak
hubungannya kaleeee bang.” Saya menimpuknya dengan bantal.
***
Itulah
saya sejak setahun lalu, sejak saya punya smartphone. Meski saya lebih
suka bawa laptop ke mana-mana, tetap pada waktu-waktu tertentu saya harus
meninggalkannya di rumah. Sebenarnya, keadaann ini masih berlangsung sampai
saat ini. Memang sih, smartphone saya nggak canggih-canggih amat. Tapi,
sekali lagi, sehebat apapun smartphone bisa menghubungkan saya dengan
dunia maya, saya tetap merasa lebih nyaman menggunakan PC/laptop. Kalian boleh
bilang saya kampungan, ketinggalan jaman, konservatif, atau apalah sejenisnya,
saya terima kok. Kenyataannya, saya
memang begitu, huhuhuuu…
Tapiiii…biar
kolot-kolot begini, di antara teman-teman saya di sini, di dunia nyata (Aceh),
saya termasuk pegiat dunia maya yang super duper aktif. Yang ngebloglah,
facebook, twitter, mengirim tulisan ke media, dan lain-lain. Menulis nyaris
setiap hari meski yang ditulis cuma status hahaha…, memosting tulisan di blog
minimal ada seminggu sekali (kalo nggak sibuk bisa lebih banyak lagi), membaca koran
online nggak boleh ketinggalan, ngikutin diskusi di grup grup kepenulisan juga
hampir setiap hari. Itu baru ngomongin soal menulis untuk diri sendiri lho yaa,
belum tentang lomba-lomba yang saya
ikuti. Karena saya ini banci kontes, mau kontes menulis di blog kek, kontes
yang pakai aplikasi-aplikasian, kontes foto, kontes testimoni, semuaaaa saya
ikuti kalo saya sempat dan punya banyak waktu, hahaha… Enaknya sekarang,
lomba-lomba ini bisa diikuti melalui intenet. Modalnya cuma pulsa hape atau
pulsa modem. Semakin ke sini, saya semakin gila ikut kontes, soalnya ada
beberapa yang menang, meski banyak juga yang kalah. Teman-teman di facebook
taunya saya menang terus, padahal aslinya lebih banyak yang kalah. Maklum, kalo
menang suka pamer di fb, tapi kalo kalah diam aja, hahaha…
Oleh
karena itu, solusi utnuk online praktis, nggak saya bikin ribet, nggak banyak ‘gangguan’
saat surfing bahan untuk menulis dan bisa saya lakukan di mana saja kapan untuk tipe
konservatif kayak saya adalah dengan menggunakan laptop yang tipis. Yang paling
penting lagi adalah ketahanan baterainya. Saya ini punya mobilisasi tinggi
namun di saat yang sama juga punya tingkat keterhubungan dengan internet yang
juga tinggi. Dua-duanya mesti saya jalani. Jadi, kalau cuma tipis aja tapi
ketahanan baterainya sama kayak laptop jadul saya, percuma dong. Karena tau
nggak, bawa-bawa charger itu selain bikin repot, juga akan menambah
beban bawaan. Adaptor-nya itu berat maaak… nggak cocok untuk emak yang
tingkat mobilisasinya tinggi kayak saya, xixixii..
Untungnya
Acer sudah mengeluarkan produk baru yaitu Acer Aspire E1-432, notebook
yang bikin saya mupeng banget. Praktis karena lebih ringan 30% di kelasnya.
Untuk
bikin online lebih praktis, Acer E1-432 ini menggunakan monitor LED berukuran
14” dengan resolusi 1366×768 px yang memadai untuk kebutuhan office basic,
browsing, multimedia. Selain itu, untuk kebutuhan konektivitas, Acer AspireE1-432 ini menyertakan satu buah port LAN (RJ-45) yang dapat digunakan tanpa
memerlukan converter apapun, dan sebuah wireless adapter Acer Nplify
802.11b/g/n untuk berselancar ke dunia maya menggunakan jaringan hotspot yang
tersedia disekitar kita.
Tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis
di kelasnya, bikin mobile & online Emak makin praktis. Mupeng?
Saya juga :D
“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”
7 comments
Write commentsKunjungan ke-2. Tulisannya belum selesai, ya, Mak? :)
ReplyPapan cuciaaan, ooh tidaaak?
ReplyAahh... Abang suka gitu deh... Hihihi, geli baca dialog honey dengan abang.
ReplySukses yah mak dengan notebook slimnya :)
Replyhttp://chemistrahmah.com
Ujungnya kok nggantung Mak, udah melebihi 1000 kata ya :D
Replykak eky di animated gifts nya punya jadwal harian menulis yaa, kalau azhar kan sabtu buatnya nostalgia day, minggu buat tema-tema santai, udah. lainnya belum tau dibuatin apa... tapi belum bisa konsisten juga sih hehe...
ReplyEnggaaaak azhar. zaya gak punya jadwal dan menulis juga gak rutin. Kalo rutin, udah penuh postingan saya kayak azhar yang publish hampir setiap hari :D
ReplyYang rutin itu mah nulis thesis :D
ConversionConversion EmoticonEmoticon